"You're my first love." Becca mengatakan ini dengan nada serius, matanya tertuju pada Freen yang baru saja sedang meneguk air minumnya.
Ya, Freen tersedak. Dia batuk beberapa kali dan akhirnya melihat Becca yang sedang duduk di meja makan sambil menatapnya penuh perhatian. Sedikit berdehem, Freen tertawa kecil dan berkata, "Tiba-tiba, Beb?"
Calon dokter ini tidak menggubriskan suara ringan kekasihnya, dia malah melanjutkan kata-kata yang dia siapkan dari kemarin. Ya, ini tentang membalas surat pesawat kertas yang Freen berikan beberapa hari yang lalu. Dengan aksen british, dia berkata, "You and I will never be separated, I am here today just to tell you that you are everything to me. I love you, and so do you. But allow me to thank you for surviving until today and accompanying me all this time. Thank You. Thank you, My Love."
Translate: Kamu dan aku tidak akan pernah terpisah, aku di sini hari ini hanya untuk memberitahumu bahwa kamu adalah segalanya bagiku. Aku mencintaimu, dan kamu juga. Namun izinkan aku mengucapkan terima kasih karena telah bertahan hingga hari ini dan menemaniku selama ini. Terima kasih. Terima kasih, My Love.
Freen menatap sambil berdiri, dia mendengar semuanya. Mungkin hanya senyum lembut yang bisa dia berikan pada wanita yang bahkan tidak riang mengatakan kata-kata itu. Freen menunggu perkataan lainnya, tapi Becca masih duduk dan melihat Freen dengan tatapan penuh arti. Freen tau apa yang harus dilakukan, dia mendekat dan segera memeluk bahu Becca, "Apa yang kamu pikirkan? Jangan terlalu terbebani dengan semua yang aku lalui, Beb. Aku baik-baik saja."
Becca melingkarkan tangannya ke pinggang Freen, dia memeluk erat wanita ini. Sambil menggeleng, Becca berkata, "Aku hanya merasa harus mengatakan itu padamu."
Senyum Freen melengkung indah, dia sudah membaca semuanya di remukan kertas itu. "Baiklah, terima kasih juga Beb. Tapi aku tidak terlalu suka dengan suasana haru ini, kita bahkan belum ke rumah sakit, kamu sudah membuat semuanya terasa sedih." Ringan, Freen tidak suka melihat Becca yang murung seperti sekarang.
Benar saja, si calon dokter langsung tersinggung. "Aku sudah menyiapkan semuanya cukup lama Freen, kamu seharusnya diam saja dan menikmati kata-kata manis itu."
Oh? Itu kata-kata manis ya? Aku pikir itu kata-kata perpisahan? Freen tertawa kecil, dia melepaskan pelukan itu, dan mengambil kumpulan kertas yang Becca buat. Dengan mudahnya dia berkata, "Aku sudah membaca semuanya. Ini."
Sontak saja si penulis dadakan itu terkejut melihat tulisannya sudah disusun rapi dan bahkan sudah di-setrika? "Beb!" Becca segera berdiri dan meraih kumpulan kertas itu, tapi tak bisa, Freen segera menaikkan tangannya.
Saat Becca ingin menjinjit dan melompat untuk mengambil kertas itu, Freen segera memberinya satu kecupan. Setelah itu si penulis asli langsung tersenyum melihat Becca terdiam sambil menatap dirinya. Ya, senyuman Freen tampak bercahaya sekarang, sangat tulus hingga tampak jelas ke matanya.
Dengan lembut, Freen berkata, "Ini milikku. Kamu sudah membuangnya sebelumnya."
Saling tatap, Becca memandang paras itu cukup lama.
Kenapa dia begitu cerah hari ini? Itulah yang Becca pikirkan saat melihat wajah Freen, selama ini wajah itu tampak sedikit pucat, tapi sekarang, tidak sama sekali. "Kamu terlihat.." Sangat cantik. Tidak, dia terlihat sangat bahagia.
"Hm? Terlihat apa, Beb?" Tanya Freen, dia sudah menurunkan tangannya dan menatap Becca tepat di matanya. Sejujurnya, entah mengapa, perasaan Freen seolah berbunga hebat, dia sangat senang hari ini. Padahal seharusnya, dia harus khawatir untuk pemeriksaan selanjutnya. Namun, Freen seolah bahagia. Dia seolah tidak perlu merasa cemas atau pun gelisah, Freen benar-benar merasa amat bebas. Alasannya? Tak tau, dia hanya merasa seperti itu.