Becca tak bisa menatap Freen, entah karena dia marah atau menyimpan sesuatu, tapi sekarang dia menghindari Freen.
Freen berpikir, apa Becca seperti ini karena Nadech? Ketika dia mengulang lagi hari itu, Becca masih seperti biasanya. Bersikap manis dan lengket pada Freen, mereka juga ciuman saat malam. Keesokan harinya juga, Becca masih bersikap seperti biasa, namun dia tetap ingin pergi dengan TF.
Namun, saat Freen menjemput Becca ketika malamnya, calon dokter itu tampak marah dan kecewa pada Freen. Dia juga menatap Freen seolah menunggu Freen untuk mengatakan sesuatu. Sungguh, Freen dibuat bingung dengan perubahan sikap pacarnya. Freen berusaha bercanda dan mengatakan kata-kata gombal, namun Becca masih saja seperti itu, dia hanya diam dan berkata seadanya.
Hingga esoknya, Becca mulai tersenyum dipaksakan, wanita ini hanya menyapa singkat Freen dan pergi kerja. Ya, saat itu juga dia mengatakan pada Freen untuk tidak menjemputnya, dia bisa pulang sendiri. Namun, Freen tidak mau, dia tetap menjemputnya saat itu, tapi apa daya, Becca ternyata selisih jalan padanya, Freen diberitahu bahwa Becca sudah pulang bersama dokter magang lainnya. Tidak lain adalah TF.
Penulis ini segera pulang, dia pikir Becca mungkin punya alasan tertentu, mungkin dia sedang menyelesaikan tugas laporan atau semacamnya. Tapi, malam? Bukankah semuanya sudah selesai, Becca tak pernah seperti ini.
Saat malam itu Freen berkata, "Besok aku antar."
Namun Becca kembali menatapnya cukup lama, dan tiba-tiba bertanya, "Freen, apa aku hanyalah sebatas pacar?"
Freen tak mengerti dengan pertanyaan itu, "Apa maksudmu?"
Tapi Becca hanya diam saja dan mengabaikan perkataan Freen, saat itu juga, dia mulai menghindari tatapan Freen. Becca tampak kecewa pada pacarnya. Calon dokter ini akhirnya berkata satu hal, "Aku harap, kamu mengatakan semuanya padaku, Freen."
Freen sungguh tak tau harus menjawab apa. Dia bahkan tak mengerti situasi apa yang dia hadapi saat itu.
Freen yang harus dipaksa untuk menjalani hari-hari tanpa kegiatan seperti biasanya, jemput dan antar pacar, akhirnya tak kuasa menahan rasa ragu dalam hatinya, sekarang dia meragukan kesetiaan Becca. Freen sebenarnya berusaha untuk tidak mengiyakan perasaan ini, namun, sifat Becca yang terus menerus beberapa hari ini seperti itu, membuat Freen akhirnya memeluk keraguan itu.
Hanya lima hari, keraguan itu muncul.
.....
Pagi pun tiba, Freen tidak mempedulikan cahaya matahari yang masuk atau pun udara segar yang terasa. Sekarang pikirannya hanyalah, Becca harus mengatakan semua ini, aku ingin dia menjelaskan apa yang terjadi, aku ingin tenang.
"Bec?" Freen baru saja bangun, agak kesiangan, sekarang dia lihat Becca sudah siap untuk pergi.
Tak ada jawaban. Bahkan hm? saja tidak. Dia sedang mempersiapkan barang-barang kelengkapan untuk di bawa ke rumah sakit.
Freen menghela napas, dia turun dari kasur dan mendekati Becca, "Aku mau bicara."
Saat itu juga, Becca terhenti. Dadanya tampak menarik napas yang panjang, Becca meletakkan tas itu dan menghadap Freen. Dia menatap Freen dengan tatapan penuh arti, dia pun berkata, "Jika ini tentang sikapku, aku tak mau mengatakannya. Tapi, jika ini tentang kamu, katakanlah." Becca sadar dia berlaku dingin pada Freen akhir-akhir ini. Namun, sekarang dia enggan menjelaskan semua itu, sebelum Freen mengatakan apa yang telah dia ketahui. Ya, Becca mengetahui sesuatu yang Freen tutupi selama ini. Becca masih marah sampai sekarang.
"Tentang aku?" Freen menatap Becca dengan bingung, dia langsung berkata, "Bec, apa maksudmu? Kamu seperti ini karena cemburu atau bagaimana? Tapi aku tau, jika kamu cemburu, kamu tak akan diam seperti ini. Apa yang terjadi, katakan padaku. Aku hanya ingin tenang, Bec. Jangan buat aku khawatir seperti ini." Kata-kata Freen tak beraturan. Dia seolah buru-buru mengatakan semua itu.