"....."
"....."
"Em, sayang? Kita tidak ke rumahku?"
"Hm? Tidak. Ibumu memintaku menemuinya ke lapangan tenis, dia akan meeting jam sepuluh di sana. Jadi tidak bisa datang menemui kita ke rumah."
"......" Huh? Sht.
________
Jackson sedang menyetir, dia lah yang mengantar kedua orang ini sekarang. Ibu Becca tak ingin Freen menyetir sendiri ke Tennis Club Bangkok, tempat para konglomerat berkumpul. Bukan karena alasan ini dan itu, Ibu Becca hanya ingin bertemu dengan anak Sarocha sekarang juga. Sebenarnya, sebelumnya, beliau tidak meminta Becca untuk datang, karena dia tau jika anaknya datang, dia akan bertemu seseorang di sana. Ya, keluarga Dokter Jae yang selalu meminta Becca untuk menjadi menantu mereka.
Tapi apa daya, Freen hanya tak ingin pergi sendiri. Dia juga merasa tak ada salahnya Becca untuk ikut bersamanya, bukankah ini Ibunya sendiri?
Note: Freen tak tau gossip dan kabar apa pun itu, Becca tak pernah memberitahu kekasihnya masalah tersebut.
Namun sekarang, setelah Becca mendengar perkataan lapangan tenis dari Freen, dia tak bisa menutupi rasa takutnya jika saja kekasihnya ini mendengar sesuatu yang tak dia inginkan. Salah satunya, gosip dirinya berpacaran dengan asisten dokter itu. Hampir saja keringat dingin membasahi dahinya, dan gelagat Becca sekarang tampak jelas di mata penulis ini.
Freen melihat tangan Becca yang tak diragukan lagi kalau pacarnya ini cemas akan sesuatu, mengabaikan Jackson yang akan mendengar pembicaraan mereka, Freen mengatakan dengan lembut, "Ada apa? Kenapa tiba-tiba gelisah?"
Becca menggeleng dan tersenyum canggung. Aku harus mengatakannya sekarang, sebelum Ibunya Dokter Jae malah menegurku nanti. Dia meraih tangan Freen sambil berkata, "Kamu percaya padaku, kan? Maksudku, aku tidak melakukan kesalahan apa pun selama ini." Awal diskusi yang menarik.
Tidak melakukan kesalahan apa pun? Freen hampir tertawa mendengarnya. "Beb? Kamu melupakan tumpahan air di laptopku beberapa hari yang lalu?" Freen mengingat jelas dia hampir saja pingsan melihat genangan air itu, untunglah Becca segera mengeringkan air itu. Ya, dengan bajunya sendiri.
"Sayang! Bukan itu maksudku! Em, kamu tau? Aku kan cantik-" Seketika Freen tertawa mendengar Becca memuji dirinya sendiri, si calon dokter langsung berkata, "Sayang? Jangan ketawa dulu. Dengarkan aku dulu." Semoga Freen tidak salah paham.
Freen mengangguk saja, dia mencoba untuk tidak tertawa lagi walaupun sesekali tawa kecil itu terdengar. Penulis ini segera menghela napas dan mencoba melihat ke depan saja, melihat Becca kali ini tak membantu dia untuk diam. "Selesai, aku tidak tertawa lagi. Jadi, apa?"
Becca yang masih saja menggenggam tangan Freen, sedikit ragu untuk mengatakan sebenarnya ada gosip di rumah sakit. Sekarang dia malah diam sambil menggigit bibir dalamnya. Dengan keberanian yang sudah terkumpul, Becca berkata, "Jadi, sebenarnya, ketika magang kemarin, ada sesuatu..."
Mendengar kata magang, Freen segera menoleh. Dia tiba-tiba ikut penasaran, "Hm? Ada apa?"
Sedikit mengusir rasa gugupnya, Becca akhirnya berkata, "Jadi, kemarin ada gosip kalau aku berpacaran dengan asisten dokter." Oh God, Freen pasti akan cemburu!
Oke? Freen menatap kedua mata itu agak lama, dia tak tersenyum atau apa pun. Tapi di pikiran Freen hanyalah, aku sudah menduga itu terjadi sih. Dante saja menyukainya, apalagi orang lain? Ya, kan? Gosip seperti itu pasti ada. Tapi Freen hanya mengangguk dan berkata, "Lalu?"