Sedikit berisik. Suara vacuum cleaner itu terdengar, lantai apartemen itu tak disinggahi beberapa hari, Becca merasa harus bersih-bersih. Padahal, dia tak boleh ini itu dulu. Wanita keras kepala ini meminta Lisa untuk membiarkannya rawat di rumah saja, dia bosan berada di kasur rumah sakit. Itu terlalu sempit dan tak nyaman. Juga, satu hal lainnya, tak ada aroma yang membuat hatinya senang. Apartemen ini, walaupun sang penghuni lainnya sedang pergi, aroma Freen masih berada di kamar itu.
Anehnya, suara berisik vakum itu tak terdengar oleh telinganya. Dia terfokus pada beberapa pertanyaan di benaknya, kenapa Freen lagi-lagi tidak menghubungiku dua hari ini? Sebenarnya apa yang terjadi di sana? Kenapa ini terulang lagi? Apa Freen baik-baik saja? Jarak ini menyiksanya, komunikasi yang tak lancar ini menambah berat titik rindu yang menggumpal di hatinya. Becca tak pernah menyangka ini terjadi, sebab yang dia pikirkan adalah Freen selalu memberinya kabar, Nam memberinya foto-foto istrinya, ataupun Rose memberikan kabar tentang transplantasi di sana.
Tapi apa? Zonk. Becca seolah tak mencapai ekspektasi yang dia inginkan.
Namun tiba-tiba matanya terpejam erat, tangannya dengan lugas mematikan suara vakum itu. Becca segera menumpu tubuhnya di dekat lemari, kepalanya sangat sakit kali ini. Suara erangan terdengar pelan, namun ketika dia membuka matanya perlahan, semua terlihat kabur. Becca buru-buru memejamkan matanya lagi. Dia juga pelan-pelan duduk ke lantai dan bersandar di depan lemari. Becca menyentuh kepalanya sebentar, suara erangan itu masih sedikit terdengar kesakitan. Sampai ketika dia membuka mata lagi, akhirnya semua terlihat jelas.
Napasnya berhembus pelan, Becca sadar bahwa dia tak seharusnya memaksakan untuk menyibukkan diri. Dia sudah diberitahu Lisa untuk, tidur saja, atau kalau bosan, kamu bisa nonton ataupun melakukan kegiatan ringan lainnya. Hingga tiba-tiba suara bunyi pintu apartemen dibuka, saat itu juga Becca perlahan berdiri.
Ibunya pulang dari belanja, beliau ingin masak untuk anaknya. Becca meminta dibuatkan kari yang pernah Freen masakkan untuknya. Dia tiba-tiba saja ingin makan itu. Untunglah Nyonya Rach pernah belajar pada Sarocha dulu tentang cara buat kari tersebut. Ya, Ibu Freen benar-benar pintar masak, Nyonya Rach mengakuinya.
Beliau masuk sambil membawa kantong belanjaan, dia melihat Becca ke arahnya dengan langkah pelan, Nyonya Rach berkata, "Mama sudah belikan bahan-bahannya, jangan bantu Mama masak. Mama tau cara buatnya, kamu tinggal tunggu saja-" Terhenti, wajah anaknya sangat pucat kali ini, Nyonya Rach meletakkan kantong belanjaan itu ke lantai dan segera mendekati anaknya, "Kamu kenapa begini? Ada yang sakit? Kita kembali ke rumah sakit?"
Becca tersenyum dan menggeleng pelan, dia berkata, "Mama lama sekali belanja, Becca pikir Mama pulang ke Bangkok." Dia berusaha bercanda di sini.
Namun, Ibu Becca tak terpancing untuk tertawa, tatapannya sangat perhatian melihat anaknya seperti ini, lalu dengan pelan Ibunya berkata, "Nanti Freen akan menghubungimu, dia pasti punya alasan. Jangan sedih, Mama ikut sedih melihat kamu seperti ini, nak."
Anggukan dan senyuman itu menjadi awalan jawaban, namun Becca tak mengangkat topik itu, "Becca lapar, Ma. Perut Becca berbunyi dari tadi, katanya, mana makanannya? Kami kelaparan di sini!?" Dia tertawa kecil saat mengatakan itu, tapi di dalam hatinya paling dalam, Becca tersentil akan ingatan yang dulu sering terjadi, saat pelayan restaurant lama sekali menyajikan makanan untuk mereka dan Freen kerap mengatakan itu dengan suara yang lucu.
Ibunya mengangguk dan meminta anaknya untuk duduk di kursi makan. Nyonya Rach mengambil lagi kantong belanjaan itu dan segera membuatkan kari untuk anaknya, tahap demi tahap.
Suasana itu diikuti dengan suara pisau yang mengiris bawang bombai, riakan air saat Ibunya membersihkan daging. Juga, riuhnya air mendidih terdengar kali ini. Becca memperhatikan semua yang dilakukan Ibunya. Sekarang, sambil melihat Ibunya memasukkan bahan-bahan itu menjadi satu, Becca berkata sambil melihat punggung Ibunya, "Apa Mama pernah LDR dengan Papa?" Aroma kari itu perlahan tercium, Becca tak sabar untuk mencicipinya.