Hunian Tuan Shon Shuppapong
.....
Sudah kuduga. Mereka mengabaikanku.
Hela napas sengaja dia hembuskan dengan kuat. Di depan meja makan yang mewah, menunggu makanan untuk disiapkan, Becca diam, Ayahnya diam dan tentu, dia ikut diam.
Di malam yang indah itu, Freen tau, seharusnya dia tetap membatalkan saja makan malam ini. Lihatlah, semua orang seolah tak tau harus berkata apa. Suasana yang Freen bayangkan benar-benar tak ada sedikit pun, percikan pun tak nampak. Bajunya sudah mewah, gaun Becca juga terlihat mendukung untuk perkataan, aku ingin menikahi Becca nanti Yah, acara nanti seadanya saja, lalu... bla bla bla. Banyak hal yang ingin dia katakan nanti, tentang perencanaan nikah dan surat nikah yang akan dia ajukan resmi ke negara yang menerima pernikahan ini.
Namun nyatanya, semua tak sesuai rencana.
Hingga akhirnya beberapa orang membawa makanan untuk disajikan di atas meja. Penuh makanan mewah, dan tentu ada makanan sehat untuknya. Namun anehnya, pramusaji itu tetap memberikan tiga piring steak yang nikmat. Semuanya diletakkan masing-masing di hadapan mereka. Freen tertegun, melihat steak untuk dirinya. Hingga Becca menatap Freen seolah menegur kekasihnya untuk tidak menyentuh makanan itu. Freen tersenyum, dia mengangguk dan meletakkan piring itu di sampingnya. Dan sekarang, Ayahnya berkata, "Makanlah. Ayah siapkan semuanya untuk kalian." Ayahnya tak sadar, koki andalannya ikut memberikan daging steak itu untuk anaknya. Dia hanya menatap makanan tersebut dan lanjut makan tanpa berkata apa pun. Sepertinya Tuan Shon masih saja kesal dengan semua itu.
Freen diam. Dia menatap Ayahnya cukup lama, dan akhirnya berkata, "Aku berharap suasananya lebih hangat dari pada ini, Yah."
Tuan Shon terhenti mengiris daging, dia tetap saja menatap piring tersebut, seolah itulah yang lebih utama daripada perkataan Freen. Lalu dia mengangguk saja tanpa menggubris perkataan itu. Becca tak tau harus berbuat apa, tapi dia paham mengapa Paman Shon masih saja kesal. Karena apa? Dia juga masih kesal. Sekarang saja dia berencana untuk menemui ibu-ibu itu dan memarahi beliau karena sudah membohongi kekasihnya. Memikirkan ini, rasanya perasaan kesal dan sedih sebelumnya kembali lagi. Becca akhirnya ikut bertingkah seperti Tuan Shon, mengiris daging steak itu dan makan saja.
Merasakan suasana malah tambah dingin dari apa yang dia katakan sebelumnya, Freen berpikir, apa mereka tidak merasa aku perlu dihibur karena kejadian ini? Apa mereka tidak menyadari kalau akulah yang menahan rasa kesal itu dari siang tadi? Rasanya, Freen ingin berteriak dan mengatakan semuanya bahwa dia sangat sedih dan kecewa pada dirinya sendiri karena semua yang dia alami. Tapi... Lagi, dia tau, jika kejadian ini terulang, mungkin dirinya akan melakukan hal yang sama. Bagaimanapun, pasien itu sangat membutuhkan pendonor itu daripadanya.
Lalu Freen sedikit menunduk dan mengangguk saja. Entah apa yang ada di pikirannya, Freen malah menggeser steak itu lebih dekat dengannya. Dia mengirisnya dengan pelan dan memakan daging itu. Rasanya amat lembut, enak dan sangat enak. Freen bahkan tersenyum mengunyah steak lezat itu, tapi hatinya terenyuh karena tak ada satu pun yang melihatnya dan melarangnya memakan daging itu. Satu orang di depannya dan satu lagi di sampingnya sepertinya sedang berpikir banyak hal dalam pikiran masing-masing, sehingga apa yang Freen lakukan kali ini bukanlah fokus utamanya.
Lagi, dan lagi. Dia mengiris dengan pelan, takut alat makan itu berbunyi dan menarik perhatian, setelah itu dia makan lagi dan tersenyum lagi. Tapi dalam senyum itu, air matanya sedikit terbendung dan akhirnya dia berkata, "Aku ingin makan ini setiap hari. Ini sangat enak." Seketika tatapan Becca dan Ayahnya melihat apa yang Freen maksud, dan mereka terkejut melihat ulah Freen yang sudah memakan hampir setengah daging itu.