Ruangan Shon Suppapong
Becca duduk di hadapan ayahnya Freen, kali ini tuan Shon menyiapkan teh hijau untuk Becca. Sekarang ayah Freen tersenyum sambil memegang buku yang dia pegang sebelumnya. Tuan Shon berkata, "Apa kamu sudah membaca buku ini, Becca?"
Ketika semua bahagia, judul buku yang pernah Freen buat di musim hujan keluaran dua tahun yang lalu. Penulis Srch selalu membuat tulisan yang bisa memainkan hati orang lain, bahasanya amat lembut seolah dibuat dari hati yang paling dalam. Saat itu, Freen pernah bertanya pada Becca, menurutmu? Kisah itu bisa dikatakan akhir...? Becca menjawabnya dengan singkat, iya, judul buku itu adalah jawaban Becca. Freen menyukai kata-kata Becca, isi buku itu pun juga bukanlah sebuah kisah yang menyedihkan, namun penuh dengan kalimat manis tentang kisah cinta yang Freen inginkan.
Senyuman Becca amat manis jika membicarakan tentang kekasihnya, "Sudah paman, tampaknya akulah yang pertama kali membacanya dari semua orang yang membeli buku itu." Nada suaranya terdengar bangga kali ini.
Tuan Shon tertawa mendengar jawaban Becca, dia mengangguk dan paham tentang keuntungan posisi Becca, "Paman rasa jika Freen menunjukkan dirinya ke publik, kamu tak akan bisa tersenyum bangga seperti itu lagi Bec. Dia akan banyak penggemar, dan setiap hari akan memberi hadiah untuk penulis favorit mereka. Kamu harus siap-siap mental jika itu terjadi." Sebentar, tuan Shon hanya ingin menggoda Becca.
Becca sedikit berpikir tentang ini, namun tampaknya perkataan pamannya tak membuatnya gundah, "Tidak, merekalah yang harus siap-siap paman, sebab Freen sudah punya calon istri." Senyum Becca sungguh sombong kali ini.
Kedua alis tuan Shon terangkat, dia terkejut mendengar perkataan Becca, "Kalian sudah tunangan dan tidak mengundang paman?"
Tawa Becca terdengar, dia menggeleng dan melambaikan tangannya cepat, lalu berkata dengan senyuman lebar, "Jika itu terjadi, aku rasa anda orang ketiga yang akan mengetahuinya paman." Raut muka tuan Shon penuh tanya dengan kata orang ketiga itu, Becca tertawa kecil, "Setelah orang tuaku, paman."
Tuan Shon menghela napas, dia tetap kesal mendengar itu. "Aku ingin jadi orang pertama, Becca. Bagaimanapun kamu ingin menikahi anakku."
Becca tak sanggup menahan tawa itu, dia sangat senang, "Jadi anda merestui kami?"
Raut muka pendiri yayasan ini sungguh lucu, dia berkata dengan bingung, "Jadi ini cara anak muda zaman sekarang meminta restu, huh? Paman hampir tertipu."
"Aku akan membiarkan paman jadi orang yang pertama tau jika paman merestui hubungan kami." Becca tampak senang sekali dengan arah percakapan ini.
Tuan Shon menatap Becca agak lama, lalu dia berkata, "Kamu cocok menjadi pebisnis dari pada jadi dokter, Becca."
Anak Armstrong pun tertawa seru, lalu dia kembali tenang dan berkata, "Tidak, aku mungkin bisa menjadi keduanya, paman." Suara penuh percaya diri ini sungguh terdengar dari perkataan si calon dokter, bagaimanapun dia pernah menempuh kuliah manajemen dengan tumpukan ilmu bisnis di dalamnya, baginya dia bisa menguasai semua ilmu itu. Tapi yeah, dia hanya bercanda sekarang. Becca tak mau mendalami ilmu bisnis, dia hanya ingin menjadi dokter. "Jadi bagaimana? Anda merestui kami?"
Paman Shon diam sejenak, dan akhirnya tersenyum lagi, "Aku akan merestui hubungan kalian kalau Freen yang meminta restu itu." Suara tuan Shon juga penuh harap, dia ingin sekali Freen mendatanginya untuk sesuatu seperti ini.
Becca tau bagaimana hubungan ayah dan anak ini. Senyum Becca akhirnya tak selebar tadi, dia menghela napas dan mengangguk pelan saja. Dia juga berkata, "Freen bilang dia selalu menuruti permintaanku," Tersenyum dan melihat tuan Shon dengan tatapan penuh arti, "Jadi paman, tenang saja. Freen akan datang dan meminta semua restu itu pada paman."