Chapter 5

3.3K 251 6
                                    

Cinta, pencinta, dan bercinta.

Tak ada senyum yang menggoda, sekarang yang hadir hanyalah tatapan yang terjaga dan derapan napas yang memburu para hati yang rindu. Suasana malam yang sunyi dan dingin ini bahkan tak berani mengganggu ikatan antar mata yang terekat begitu dalam.

Becca menarik tangan yang menggenggamnya erat, Freen berdiri tanpa mengalihkan pandangannya. Mereka masih berdiri di depan sofa, Becca mengangkat tangan Freen dan membuat tangan itu menyentuh dadanya, dia ingin Freen merasakan bahwa dia sangat gugup sekarang, "Freen, kamu juga seperti ini?" Detak jantung yang amat cepat.

Freen tetap tidak tersenyum, dia juga gugup. Sekarang telapak tangannya merasakan betapa cepat degup jantung Becca, dia mengangguk sekali, "Mm. Aku juga merasakan hal yang sama, Bec." Napas Freen buktinya, sekarang derapan napas itu sungguh terasa tak teratur. Melihat Becca di depannnya dengan hanya handuk saja, tidak membantunya tenang sedikit pun.

Becca tersenyum sedikit, dia akhirnya menarik tangan Freen untuk segera berjalan menuju kasur. Dia tidak ingin menunggu lebih lama.

....

Ahm suasananya sangat romantis. Aku menyukainya. Bisik calon dokter ini dalam hati.

Becca sekarang membuka baju kemeja Freen dengan pelan, satu persatu. Dia mengabaikan tatapan Freen yang tampaknya tak sabar untuk membuka handuk yang Becca gunakan.

Kancing ketiga terbuka, Pieris itu tampak sekarang. Freen hanya menggunakan bra tanpa tangtop lagi. Becca tersenyum melihat tato putih itu. Dia pun mengisi suasana sunyi itu dengan berkata dengan suara rendah, "Aku juga ingin pieris, Freen." Kancing ke empat telah terbuka, Becca berhenti sejenak, dia melihat Freen sekarang. "Satu saja, di sini." Becca menunjuk bagian bawah perutnya.

Freen segera berkata, "Tidak Bec. Kamu selalu meminta hal itu saat melihat tatoku." Freen selalu melarang Becca untuk membuat ukiran putih itu di kulitnya. Dan lagi, di bawah perut? Freen tak akan membiarkan orang lain untuk melihat bagian itu, tidak akan pernah.

Jika ditanya mengapa harus di bagian sana, mengapa tidak di lengan? Becca jawab, agar pieris bisa menenangkan birahinya. Freen hanya menggeleng tidak percaya dengan jawaban Becca, dia tidak menyangka Becca menjawabnya sesederhana itu.

"Ayolah Freen, aku juga mau punya satu pieris itu." Lagi, selalu seperti ini. Cemberut dan memohon dengan suara kecil, tapi Becca tak pernah mendapatkan izin dari Freen untuk membuat tato itu.

Freen merasa suasana romantis tadi terganggu, dia akhirnya membuka bajunya sendiri. Becca tidak selesai membuka kancing kemejanya. Setelah baju itu terbuka, Freen bahkan membuka bra-nya langsung. Akhirnya tubuh dengan jahitan panjang di tengah dada dan dua pieris pun tak ada yang menganggu. Freen menatap Becca dengan lembut, dia berkata, "Bec, jangan bahas itu lagi." Dia mendekat mencium bibir Becca.

Becca terpejam sebentar, dia menikmati ciuman Freen. Sesekali Freen melumat bibirnya dan handuk itu tampaknya sudah disingkirkan oleh Freen.

Freen melepaskan ciuman itu, dia tersenyum sekarang. Tatapannya tidak ke wajah Becca, namun terjaga di tubuh yang menggoda di depannya. Freen menatap dari bawah leher hingga bawah, dia menikmati pemandangan seksi kali ini.

"Kasur, Bec." Becca tersenyum dan menuruti pinta Freen. Sekarang dia berbaring di kasur dan melihat Freen sedang membuka celana jeans itu. Tanpa melepaskan celana dalam, Freen akhirnya naik dan mulai menggoda wanitanya.

________

"Ah.. Freen." Becca mencapai puncak itu. Dia tak bisa menahannya lagi, jari Freen sangat terampil keluar masuk. Becca bahkan memeluk Freen sekarang, napasnya tidak beraturan. Namun anehnya, walaupun sudah mencapai puncak kepuasan, Becca masih saja ingin di sentuh oleh Freen.

White Butterfly 2 [FREENBECKY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang