Menelusuri waktu yang terlewati, di mulai dari Becca yang telah menyelesaikan urusannya di kampus dan kembali ke rumah sakit.
"Ahm, TF." Becca sedikit ragu mengutarakan permintaannya. Perjalanan ke rumah sakit hampir sampai, dari tadi wanita ini memikirkan, apakah tak apa aku meminta bantuannya lagi besok? Becca ingin membeli cincin itu dan memberi kejutan pada Freen di akhir pekan ini. Namun, dia sungkan, bagaimanapun dirinya tak pernah meminta bantuan seperti ini.
Wanita yang menyetir itu tersenyum, dia menunggu Becca berkata. Dia tak masalah Becca mengambil jeda yang cukup lama, asalkan Becca memulai pembicaraan, dia sudah sangat senang. Karena, selama ini, hampir tujuh puluh persen awal perbincangan itu, selalu dirinya yang memulai. Sementara tiga puluh persennya lagi, Becca hanya mengajak diskusi tentang pelajaran atau menanyakan tentang situasi rumah sakit.
Setelah beberapa saat kemudian, suara yang sedikit ragu dan gesture tubuh tak enakan tampak dari Becca, dia berkata, "Ahm, aku mau minta tolong." Becca sempat memikirkan hal lain, seperti meminta tolong pada supir pribadi ayahnya atau pun Jackson untuk mengantarnya membeli cincin itu. Namun, itu akan menimbulkan tanya dari orang tuanya, jadi dia berpikir lagi, lebih baik meminta tolong pada teman kerja, itu lebih baik.
"Minta tolong apa, Bec? Aku selalu siap membantu, katakan saja." TF tak pernah merasa lelah jika ini tentang Becca. Namun, apa yang dikatakan Becca selanjutnya, membuat hatinya sakit saat itu juga, dia tak menyangka Becca meminta bantuannya untuk hal seperti itu.
Becca berkata, "Aku mau minta tolong antarkan aku ke toko perhiasan besok, jadi bisakah kamu menjemputku lagi? Aku mau beli cincin itu."
TF bisa merasakan hatinya seperti ditusuk jarum, dia ingin membeli cincin untuk Freen denganku? TF bahkan tertawa kesal dalam hatinya. Dia sungguh cemburu mengenai ini, mengapa juga aku menanyakan soal cincin sebelumnya? Wanita ini menggerutu dalam hati, dia sungguh enggan untuk mengantarkan Becca besok. Tapi apa boleh buat, ini resiko menjadi teman yang belum mengungkapkan perasaan. TF harus terpaksa berbuat baik walaupun menyakitkan. Dengan tersenyum paksa, dia berkata sambil melihat Becca, "Tidak masalah, aku akan menjemputmu besok." TF pandai menyembunyikan rasa kesalnya, sekarang suaranya terdengar riang dan terkesan tulus. Padahal, hatinya ingin kabur dari situasi ini.
Becca yang tak menangkap sinyal cemburu itu, sekarang hanya tersenyum dan merasa lega. "Aku kira kamu akan menolaknya, TF." Becca sempat melihat alis yang sedikit berkerut sebelumnya, namun saat mendengar jawaban TF dia mengabaikan raut muka itu. "Aku tak sabar untuk besok. Semoga saja ada cincin yang aku suka." Yeah, wanita ini sangat pemilih dalam menentukan perhiasan, dia punya selera sendiri.
TF tersenyum lagi, namun senyum itu tak melengkung hingga ke mata. "Mana mungkin aku menolak, Bec." Aku masih sangat menyukaimu, "Aku tak punya kuasa untuk itu." Suaranya sedikit canda, namun sebenarnya dia mengatakan kata yang penuh arti terselubung.
Becca tertawa kecil dan menghadap ke depan, gedung rumah sakit telah tampak dari pandangannya. Mereka sebentar lagi sampai. TF tak mengindahkan tawa Becca, tatapannya sekarang dibiarkan serius dan menghela napas beberapa kali, wanita ini dengan cepat menuju parkiran rumah sakit dan setelah itu, dia segera turun. Becca ikut menyusul di belakangnya.
Mereka berjalan bersamaan, TF memulai perbincangan lagi. Dia ingin mengeluarkan beban berat dalam hatinya, "Kamu lihat kirimanku sebelumnya?"
Alis Becca terangkat, dia tak tau apa yang TF maksud. "Kiriman apa TF?"
Suara tawa TF terdengar, "Coba buka ponselmu, aku kirim ke media sosialmu. Sebuah video."
Huh? Video? Sambil berjalan Becca mengeluarkan ponselnya dan mencari video yang TF maksud. Lalu alisnya berkerut melihat rekaman seorang tentara yang pulang dari masa militernya dan ingin menemui istrinya, namun ternyata wanita yang dia cintai selingkuh dengan temannya sendiri, yang kebetulan bekerja di tempat yang sama dengan istrinya. Becca merasa mengapa TF mengirimku video ini? Lalu dia mendengar TF berkata, "Dia temanku. Lelaki itu." Kata TF sambil menjawab raut muka penuh tanya tersebut. Lalu TF berkata lagi, "Aku tak tau mengapa itu sempat viral, tapi yeah, aku hanya ingin mengirimkannya padamu." Menjeda lagi, dan TF berkata, "Ngomong-ngomong mereka pacaran semenjak sekolah. Jadi sudah hampir sepuluh tahun pacaran, dan akhirnya putus juga."