2. Stop and Stare

1.8K 129 2
                                    

Vara memeluk Rima—mamanya—begitu tiba di rumah. "Kangen sama Mami."

"Kamu nggak lupa pakai sunblock, kan? Kok kelihatannya kebakar ini kulitmu," ucap Rima setelah melepas pelukannya dan menatap Vara dari ujung kepala sampai ujung kaki. Rima juga memerhatikan wajah, lengan, dan punggung Vara. "Aduh, Dek. Kamu kebanyakan main di pantai nih. Lihat nih merah-merah kulitmu."

"Namanya juga liburan, Mi. Kalau nggak kebakar gini, bukan ke pantai dong," sahut Vara sambil terkekeh. Kemudian ia mengajak Rima ke dalam karena Vara sudah merindukan bermanja-manja sambil menikmati masakan Mbok di rumah.

"Lagian kamu bilangnya cuma lima hari, eh tahunya malah betah sampai dua minggu. Ngapain aja, sih? Orang tuanya Kez sama Cindy nggak rewel ya kalian liburan lama?"

Vara menggeleng. "Sekalian aja, Mi. Road trip keliling Bali. Seru banget deh."

"Seru buat kamu tapi Mama deg-degan terus tiap hari. Papa juga sudah nanyain kapan kamu pulang."

Vara langsung memeluk Rima lagi. "Yang penting kan aku sudah pulang, Mi. Aku nggak lupa kok bawain Mami dan Papi oleh-oleh. Aku juga bawain buat Mas Sat dan Mbak Sa."

Rima tidak berkomentar lagi dan ikut memeluk si bungsu. Kangen rasanya dua Minggu ditinggal si bungsu pergi liburan.

"Anyway, Papi mana?"

"Ya masih di kantor. Kalau tahu kamu pulang hari ini, beliau pasti nggak ngantor dan nungguin kamu."

"Ya sudah, Mami jangan bilang-bilang, biar kejutan nanti pas Papi pulang kerja."

Vara berharap mendapat pelukan hangat dari Bimo ketika beliau pulang. Namun, alih-alih pelukan, Vara malah mendapat teguran keras dan Bimo terlihat marah padanya. Vara otomatis meminta maaf karena telah pergi selama dua pekan.

Vara tahu kalau Bimo tidak akan pernah bisa lama marah padanya, jadi ia terus meminta maaf. Namun, ia salah, kali ini Bimo marah besar sampai Rima pun tidak bisa ikut membela Vara.

"Kamu makin dibiarin makin seenaknya aja, Vara. Pergi dua minggu ngabisin uang sampai puluhan juta buat senang-senang. Sebelum ke Bali, kamu ke Singapura ngabisin berapa puluh juta? Kamu tahu, dalam sebulan, pengeluaran kamu tuh lebih besar daripada pengeluaran bulanan rumah ini, Vara."

Rima hendak membela Vara, tapi tertahan karena diminta Bimo untuk tidak membelanya.

"Papi kasih kamu kartu kredit memang untuk kebutuhan kamu, tapi kamu rem sedikit lah pengeluaranmu. Jangan asal belanja ini-itu. Boleh belanja, main, jalan-jalan, tapi asal tahu batasan. Satu hari kemarin, Papi terima notif berkali-kali dalam nominal yang nggak biasa. Kamu ngapain aja sih di Bali? Kamu sewa yatch itu untuk apa?"

Rima terlihat terkejut. Ia menoleh ke Vara. "Kamu sewa yatch? Kok nggak bilang Mama?"

Vara memang tidak bilang kalau ia menyewa yatch untuk mereka jalan-jalan. Ia memang setengah dipaksa oleh teman-temannya tapi ia juga menikmatinya.

"Yah, kalau Mama tahu, Mama pasti nggak bolehin Vara sewa yatch segala," ucap Rima sambil menoleh ke arah Bimo.

"Mama nggak tahu kan Vara ini ngapain aja di Bali?"

Rima menatap Vara. "Kamu memangnya ngapain aja? Ada yang nggak diceritain ke Mama?"

Vara memang tidak menceritakan semua petualangannya. Menyewa vila jutaan semalam, clubbing, kunjungan ke beach club, menyewa restoran, menyewa paralayang supaya bisa seharian terbang, dan lainnya.

"Mulai sekarang, kartu kredit kamu Papi sita," ucap Bimo dengan tegas.

Vara langsung protes. "Pi, aku jalan-jalan pakai apa dong? Minggu depan, aku mau ke Thailand, terus habis itu juga mau Europe trip, Pi."

Havara! ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang