21. I'm not ur siz

980 98 4
                                    


"Itu nggak banget deh," ucap Vara setelah melihat potret dekorasi acara kantor akhir pekan ini dari pesan yang dikirim di grup whatsapp

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Itu nggak banget deh," ucap Vara setelah melihat potret dekorasi acara kantor akhir pekan ini dari pesan yang dikirim di grup whatsapp. "Kuno gimana gitu. Memangnya nggak bisa pilih yang lebih elegan ya?"

"Hati-hati, kedengeran panitianya nanti kamu dijudesin." Gama melirik Vara dari ekor matanya. Mereka masih di ruang meeting dan belum keluar dari sana. Masih ada beberapa orang di dekat mereka yang mungkin mendengar omongan Vara.

"Tapi aku benar, kan? Dekornya tuh kayak murahan, nggak kayak wawahyang biasanya deh. Memangnya ganti vendor, ya? Ulang tahun kantor kok kayak gini sih? Aku mau protes ke Papi."

Gama pun punya pendapat yang sama, tapi ia mencegah Vara untuk ikut campur langsung. Ia mengatakan, lebih baik Vara bicara pada panitia dulu daripada langsung ke Bimo. Demi menghindari masalah tak penting di kantor.

"Tapi aku nggak enak kalau ngomong langsung ke panitia, mendingan lewat papi aja," ujar Vara sembari menghela napas.

"Kamu sampaikan ke panitia aja. Biarpun kamu anaknya Pak Bimo, tapi di sini kamu karyawan biasa. Jangan raise issue langsung ke Pak Bimo. Beliau nggak ada waktu untuk urus-urus begini. Kalau kamu ada masukan, disampaikan ke yang bertanggungjawab langsung aja ya."

"Kalau minta ubah dekat-dekat gini, bisa nggak, ya? Aku kurang sreg."

"Kemungkinan besar sih nggak. Sudah terlalu mepet, tapi ya nggak apa-apa kalau kamu tetap mau menyampaikan pendapat atau saran. Nggak ada yang larang."

Setelah mendengar saran Gama, Vara pun mengurungkan niat untuk protes ke Bimo langsung. Ia berjanji akan mencoba menyampaikan suaranya nanti ke panitia. Omong-omong soal acara akhir pekan itu adalah acara perayaan ulang tahun kantor. Bisa dipastikan, seluruh keluarga Vara akan hadir. Saat itu, ia berniat untuk mengenalkan Gama kepada Rima.

Gama mengajak Vara untuk kembali ke tempat mereka masing-masing dan bersiap-siap untuk pulang. Vara berjalan sambil menatap ponsel karena sedang menyusun kalimat yang ingin ia sampaikan kepada panitia acara.

Gama diam-diam melirik Vara seperti menunggunya tidak fokus menatap ponsel. "Kamu pulang sendiri?"

"Belum tahu, Pak Supri tadi info masih di bengkel, aku disuruh nunggu sebentar kalau mau dijemput atau naik taksi," jawab Vara ringan tanpa menatap Gama.

"Mau pulang bareng?"

Vara mengangkat wajahnya karena terlalu terkejut. Momen ini jarang sekali terjadi. Gama memang sudah beberapa kali mengantarnya pulang, tapi itu karena Vara yang minta atau karena situasinya begitu. Bukan karena Gama yang sengaja mengajaknya seperti hari ini.

"Aku bawa mobil lagi hari ini."

Vara memang terkejut tapi ia menyambut tawaran Gama dengan senang hati. Ia pun mengabari Supri untuk langsung pulang saja dan tidak jadi menjemputnya. Ia amat senang karena Gama duluan yang inisiatif mengajaknya pulang bareng.

Havara! ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang