Gama sudah sehat seperti semula walaupun masih belum bisa naik motor lagi. Begitu tiba di kantor, ia tiba-tiba disambut oleh rekan-rekan lain atas inisiatif Vara. Vara senang karena ternyata itu bisa membuat Gama tersenyum. Ia akan melakukan semua hal yang bisa membuat Gama bahagia.
"Kalau sudah sembuh, berarti Mas Gama bisa ikut outing, ya? Ada malam penghargaan lagi, rugi kalau Mas Gama nggak datang, nanti nggak menang," ucap Joan dengan riang.
Vara langsung menoleh ke arah Joan karena baru kali ini ia mendengar soal outing. "Memangnya sudah diumumin, ya?"
"Sudah, Var. Kemarin kan ada email tuh, kamu nggak baca, ya?"
Vara terkekeh malu sendiri karena ketahuan skip pengumuman. Namun, tidak apa-apa karena sekarang ia sudah tahu kalau akan ada outing yang artinya ia bisa liburan bareng Gama—ya tidak liburan berdua sih, tapi kan tetap saja.
"Tapi, pas outing nanti, kamu sudah bukan di tim kita. Kamu sudah pindah," ucap Joan lagi seperti menjatuhkan bom.
Vara otomatis menatap Gama. "Mas Gama, bantuin aku dong supaya tetap bisa di tim ini dulu. At least, sampai outing selesai."
Gama mengangkat bahu. Bukannya tidak mau membantu, tapi itu di luar kewenangannya. "Yang anaknya bos besar kan kamu, Vara."
Gama tidak sepenuhnya salah. Memang Vara seharusnya langsung protes pada ayahnya saja.
***
Liburan–outing bersama Gama ternyata kurang memuaskan bagi Vara. Ia sudah pindah divisi, jadi mereka tidak bisa selalu bersama. Kalau mau bermanja-manja juga mereka harus berhati-hati karena takut ketahuan karyawan lain. Intinya, Vara sebal.
Vara harusnya tinggal di tempat yang sama dengan karyawan lain, tapi begitu Rima menyusul, ia langsung ditarik sang ibu untuk menemaninya. Saat aktivitas siang, Vara juga tidak bergabung bersama Gama. Jadi, Vara memang tidak memiliki banyak waktu berduaan dengan Gama.
Dua hari terasa sangat cepat. Mereka sudah di acara puncak dan pesta di hotel tempat Vara dan keluarganya tinggal. Ia ingin sekali bertemu Gama sebelum acara dimulai, untung saja ia dapat kesempatan itu walau harus curi-curi di pojokan.
Vara merapikan dasi yang dikenakan Gama dengan santai. Sesekali ia meliriknya sambil tersenyum. Ia bangga sekali setelah mendapat bocoran bahwa Gama terpilih menjadi salah satu karyawan teladan. Namun, Vara tidak bisa membocorkan itu untuk memberi efek kejutan pada Gama.
Setelah selesai, Vara mundur selangkah lalu tersenyum menatap Gama. "Ganteng banget. Fans kamu pasti senang deh lihat kamu hari ini."
Gama tersenyum pada Vara. "Pak Bimo nggak nyariin kamu?"
"Aku sudah bilang sama Papi mau ketemu kamu dulu."
"Okay," balas Gama. Ia melirik sekelilingnya sebelum kemudian maju dan melingkarkan tangannya di pinggang Vara yang ramping. Vara mengenakan dress maroon berkerah Sabrina bahan satin yang jatuh. Rambut panjangnya diurai bergelombang dan hiasan wajahnya terlihat natural. Cantik. Ia pun tak ragu untuk memuji Vara. "Sudah berapa banyak yang muji kamu cantik hari ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Havara! ✓
RomanceAvara Dala, si spoiled brat, harus berhadapan dengan mentor di kantor Papi yang bernama Gama. Kehidupan keduanya sangat berbeda. Vara selalu berhasil mendapat semua keinginannya, sedangkan Gama perlu berusaha dengan keras. Ending lanjut di Karyaka...