"Kamu nggak banyak berubah ya, Gam. I still remember that shirt," ucap Kinan sembari tersenyum melihat Gama mengenakan kaus kesayanganya.
Gama menyambar cangkir kopi panas di meja dan menyeruputnya. Ia seakan mencari waktu untuk berpikir bagaimana membalas ucapan Kinan. Wanita di depannya ini tidak banyak berubah selain potongan rambut yang lebih panjang.
"Aku dengar dari Gina kalau kamu lagi dekat sama seseorang, ya? Wanita yang tadi, ya? Aku nggak bermaksud ikut campur, cuma... aku penasaran apakah kamu serius sama dia?"
"Kin, itu bukan urusan kamu."
Kinan menghela napas panjang. "Aku dengar, dia perempuan pertama yang kamu kenalin ke adik-adik kamu setelah aku. Apa benar?"
"Gina ngomong apa aja sih ke kamu, Kin?"
Kinan mengangkat wajah dan menatap Gama. "Almost everything. Dia berharap kalau kita bisa menikah. So do I..."
"Kinan, kita ini sudah nggak ada hubungan apa pun. Kamu juga sudah tunangan, kan?"
"Masih bisa dibatalkan. Aku masih sayang kamu, Gama."
Gama tidak bisa menutupi keterkejutannya saat mendengar ucapan Kinan. Gama tahu Kinan adalah orang yang baik. Sepuluh tahun mereka bersama melalui manis pahit kehidupan. Gama sudah mengenal Kinan luar dan dalam. Ia yakin Kinan masih orang baik seperti yang ia temui bertahun-tahun yang lalu. Ia yakin Kinan tidak akan menyakiti hari orang lain. Namun, cinta memang bisa membuat orang melakukan hal-hal gila. "Kinan, stop. Jangan ngomong kayak gitu."
"Kenapa? Kamu takut orang dengar? Kamu beneran punya perasaan sama si Vara itu, ya?"
Gama tidak menjawab.
"Gama, please. Aku balik lagi kerja di Jakarta, kita bisa sama-sama lagi mulai dari awal semuanya."
"Kin, hidup kita sekarang sudah beda. Kamu sudah punya seseorang yang sayang kamu dan mau nikahin kamu. Jangan disia-siakan. Lupain aku."
"Kok kamu gampang banget nyuruh lupain kenangan kita? Kamu sudah lupa semua? Kok gampang banget lupanya, Gam."
Raut Gama berubah mengeras. Ia mengeluarkan sura tegasnya sambil menatap Kinan. "Siapa yang bilang? Kita pacaran 10 tahun, Kin. Itu nggak mudah buat dilupain. Kamu tahu keinginanku dari dulu itu apa, tapi aku sampai saat ini masih nggak bisa mewujudkan itu. Itu berat, Kin. Kalau aku harus balik lagi sama kamu, aku jadi ingat itu semua dan aku nggak suka."
"Aku nggak pernah minta apa pun ke kamu, Gam. Bahkan aku nggak maksa kita harus nikah saat itu juga. Tapi, kamu yang mutusin kalau kita nggak bisa nikah. Aku bisa nunggu, aku bisa bantu biaya adik-adik kamu tapi kamu kenapa nggak mau ngejalanin itu sama aku? Kamu yang milih mutusin aku. Aku tuh bakalan nunggu asalkan kamu mau nikah sama aku."
Keduanya sama-sama emosi dan terbakar amarah.
"I miss you, Gam," bisik Kinan pelan tapi cukup terdengar di telinga Gama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Havara! ✓
RomanceAvara Dala, si spoiled brat, harus berhadapan dengan mentor di kantor Papi yang bernama Gama. Kehidupan keduanya sangat berbeda. Vara selalu berhasil mendapat semua keinginannya, sedangkan Gama perlu berusaha dengan keras. Ending lanjut di Karyaka...