33. o..ow

1K 91 1
                                        


Gama tidak mungkin berpacaran lama dengan Kinan kalau wanita itu bukan wanita baik. Ia tidak mungkin bertahan selama itu kalau Kinan jahat. Kinan adalah salah satu orang paling baik yang Gama kenal. Namun, cinta memang bisa mengubah seseorang. Kinan yang Gama kenal dulu seperti menghilang dan digantikan oleh Kinan yang egois.

Begitu Vara mengusirnya, Gama hanya diam di depan pintu sampai akhirnya mengeluarkan ponsel untuk mencari nama Kinan. Ia tahu ini semua salahnya. Pada akhirnya, Vara akan tahu motif awalnya, tapi ia tidak menyangka bahwa Kinan yang memberitahu Vara.

"Kita harus bicara."

Gama tidak membiarkan Kinan bicara, ia langsung menyebutkan lokasi pertemuan mereka. Restoran hotel lebih aman untuk saat ini.

Gama pun segera menuju ke sana dan mencari tempat yang agak tersembunyi supaya tidak langsung terlihat orang. Ia menunggu selama 10 menit sebelum akhirnya Kinan muncul dengan senyuman.

"Finally. Kenapa kita nggak ngobrol di kamar kamu sih? Atau kamar aku?" Senyum Kinan masih terus terkembang sempurna. Mungkin ia menyangka kalau pertemuan ini akan berakhir bahagia. Namun, setelah duduk di depan Gama yang masam, senyum Kinan pun memudar.

"What did you do?"

"Apa? Aku ngapa-ngapain, Gam."

Gama menatap Kinan dengan tatapan yang sudah tak ramah sama sekali. "Aku tahu kamu ketemu Vara. Untuk apa kamu bilang kalau aku minta kamu ke sini? Siapa yang kasih tahu kalau aku di sini? Untuk apa kamu ke sini?"

Kinan menghela napas lalu bersandar ke belakang sambil melipat tangan di dada. "Aku tahu kalian di sini dari sosmednya dia. Aku sudah tahu apa yang terjadi, aku pengin kamu berhenti pura-pura sama dia. Kalau kamu nggak bisa mutusin dia, biar aku bantuin."

"Aku nggak pura-pura, Kin. Aku dan Vara... aku nggak pura-pura."

"C'mon Gama, kamu masih bohong juga sama aku? Supaya aku pergi dan tetap nikah? Supaya aku bahagia sama orang lain?"

Gama menggeleng. "Aku nggak pernah bohong saat aku bilang aku pengin lihat kamu bahagia dengan tunanganmu. Aku juga nggak bohong soal perasaanku ke Vara."

"Kenapa? Kenapa kamu pengin aku sama orang lain? Gama, aku di sini buat kamu. Aku nggak minta dinikahin sama kamu. Just let me be with you." Kinan memandang Gama setengah kebingungan. Semua hal ia lakukan demi bisa kembali dengan Gama, tapi pria itu malah mendorongnya menjauh.

"Kin, perasaanku ke kamu sudah nggak kayak dulu. Aku sayang sama Vara... sayang banget."

Kinan menatap Gama penuh amarah. "Kamu sayang sama orangnya atau sama duitnya? Kamu memang nggak banyak berubah. Antara cinta atau uang... aku nggak nyangka kamu tetap pilih uang. Vara itu mesin uang buat kamu. Dulu, kamu lebih milih mutusin hubungan kita daripada nikah soalnya nikah ngabisin duit. Sekarang pun sama, kamu lebih milih Vara si anak bos daripada aku. Semua masalah keuangan kamu akan selesai kalau sama Vara."

Gama menggeleng tidak percaya Kinan bisa mengambil kesimpulan seperti itu. "Aku memang salah karena mutusin kamu waktu itu, aku minta maaf. Status Vara sama sekali nggak ada hubungannya sama perasaanku ke dia."

"Bullshit, Gam! Bullshit!" Suara Kinan mulai membesar dan menimbulkan perhatian dari beberapa orang yang ada di sana.

"Aku nggak peduli kalau kamu bilang bullshit. Cuma pendapat Vara yang penting buatku. Kin, I beg you, jangan ganggu Vara lagi. Kalau kamu mau marah, marahlah sama aku. Silakan marah ke aku, tapi jangan temui dia diam-diam dan ngomong macam-macam."

"Kamu tahu kan Gina berharap kita menikah?"

"Yang jalanin ini aku, bukan Gina."

"Gina mau kamu happy."

"Aku happy sama Vara."

***

Gama kembali ke kamar Vara setelah meminta Kinan untuk tidak menemuinya lagi di mana pun. Ia juga memperingatkan Kinan supaya tidak lagi datang ke rumahnya menemui Gina atau siapapun.

Gama mengetuk pintu kamar Vara tapi tidak ada jawaban sama sekali. Ia diam di sana selama dua jam sampai akhirnya memutuskan untuk kembali ke kamarnya sendiri. Tampaknya, ia akan sulit menemui Vara dan hubungan mereka pun berakhir.

****

Havara! ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang