Vara duduk di samping tempat tidur dan menatap Gama yang sedang tertidur. Gama sudah terlihat lebih baik, tapi masih belum masuk kerja. Vara selalu mampir tapi hanya sebentar karena Gama selalu sedang tidur ketika ia datang. Vara tidak ingin mengganggu, jadi ia tidak lama. Namun, hari ini ia ingin berlama-lama di sini karena sudah terlalu kangen.
Semalam, Vara tidak bisa tidur karena terus teringat ucapan Gina padanya. Vara sampai terkejut dan bingung bagaimana harus membalas ucapan Gina. Jadi, ia diam dan langsung menuju kamar Gama. Ketika tiba, Gama sedang tidur, jadi Vara belum ada kesempatan mengobrol dengan Gama.
Vara tidak ingat kapan tepatnya ia memiliki perasaan yang begitu besar pada orang yang tidur di depannya. Ia dan Gama memiliki kehidupan berbeda dengan gaya yang berbeda. Namun, entah bagaimana mereka bisa menyesuaikan diri satu sama lain.
Ketika bertemu dengan Gama, Vara sadar bahwa dunianya berubah menjadi lebih berwarna dan hidup kembali. Vara yang tidak memiliki tujuan hidup mendadak memiliki keinginan besar untuk mandiri agar Gama melihatnya sebagai seorang wanita. Vara sudah mulai rela untuk bekerja keras.
Vara juga takjub dengan kegigihan dan pengorbanan Gama kepada keluarganya. Gama sudah menjadi kepala keluarga yang baik dan bertanggung jawab.
"Vara?"
Vara setengah terlonjak ketika mendengar suara berat memanggil namanya. Saking seriusnya bengong, ia tidak sadar bahwa Gama sudah bangun. Senyum Vara terkembang. "Mas Gama, gimana tidurnya? Nyenyak? Mimpi apa? Mimpiin aku nggak?"
Gama memberi isyarat meminta minum sebelum menjawab pertanyaan Vara yang tidak berjeda.
Vara pun mengambil gelas berisi air putih dan memberikannya pada Gama. Ia kembali tersenyum setelah meletakkan gelas kosong di nakas. "Kata Gadis, kamu sudah tidur pas dia pulang. Kamu sudah makan siang?"
"Iya, kamu dari kantor?"
Vara mengangguk. "Aku langsung ke sini bawain makanan buat kalian. Mas Gama mau makan sekarang?"
"Aku baru bangun tidur, Vara. Nyawaku belum terkumpul."
Vara terkekeh-kekeh. Ia senang selera humor Gama sudah kembali. Setidaknya Gama sudah tidak terlihat menahan sakit.
"Kamu dari tadi duduk di situ diam aja?"
Vara mengangguk lagi. "Aku seharian ini sibuk di kantor. Recharge energinya ngelihatin Mas Gama ternyata cukup. Aku kangen sama Mas Gama di kantor. Minggu depan, aku sudah rotasi ke divisi lain."
"Lusa aku sudah masuk kantor, Var," sahut Gama.
Tidak ada yang lebih menyenangkan dari kata-kata Gama barusan. Vara tersenyum lagi lalu sesaat ia malah menunduk dan memainkan jarinya sendiri. Ia teringat ucapan Gina tadi di depan mukanya. "Aku sempat dengar katanya Mas Gama diserempet motor gara-gara aku, ya? Apa benar?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Havara! ✓
RomanceAvara Dala, si spoiled brat, harus berhadapan dengan mentor di kantor Papi yang bernama Gama. Kehidupan keduanya sangat berbeda. Vara selalu berhasil mendapat semua keinginannya, sedangkan Gama perlu berusaha dengan keras. Ending lanjut di Karyaka...