1 tahun kemudian...
Hari ini, acara tahunan kantor dan Gama menerima apresiasi sebagai salah satu karyawan terbaik lagi. Pria itu mendapatkan plakat dan hadiah lain. Tidak hanya Gama, ada beberapa karyawan dari berbagai departemen yang juga mendapat hadiah.
Vara sudah tidak terkejut lagi dengan prestasi Gama. Pria itu memang selalu bekerja keras. Vara ikut bertepuk tangan dan tersenyum dari tempatnya ketika melihat Gama dan beberapa karyawan yang juga mendapat apresiasi berjalan ke panggung.
Vara sudah berbulan-bulan tidak melihat Gama dan pria itu tampak semakin gagah saja. Ia agak kesulitan melepaskan pandangannya dari Gama. Ia tidak bisa memungkiri bahwa hatinya masih milik Gama walaupun saat ini ia datang bersama sang mama dan Benny—calon suaminya. Benny juga bekerja di kantor yang sama dengan Gama dan mereka saling kenal. Bedanya, Benny adalah anak temannya Bimo.
Ketika acara penghargaan selesai, semua orang di panggung turun. Vara ingin menghampiri Gama lalu mengucapkan selamat, tapi ia menahan diri karena mereka sudah lama tidak saling sapa. Ia juga tidak ingin menarik perhatian ibunya.
Rima memang sudah memaafkan Gama, tapi beliau tidak ingin Vara melanjutkan hubungannya dengan pria itu. Vara tidak bisa mengabaikan permintaan ibunya, jadi ia berjanji tidak akan menemui Gama lagi. Mulai saat itu, Vara tidak pernah lagi mengungkapkan perasaannya tentang Gama pada Rima. Ia menyembunyikan semuanya sendiri.
Vara tahu kalau mereka tidak akan bisa bersama. Ia berusaha merelakan hubungannya dengan Gama kandas. Gama pun tidak pernah lagi kembali ke hidup Vara.
"Var, kamu beneran nggak mau ikut Mas Benny ke Hongkong?" Pertanyaan Rima membawa Vara kembali ke saat ini.
Vara memang menolak ajakan Benny liburan ke Hongkong. Ia jarang menolak ajakan liburan kecuali merasa tidak nyaman dengan teman liburannya. Ia masih tidak nyaman bersama Benny. Benny terlalu baik dan Vara terlalu jahat karena masih memikirkan Gama ketika bersamanya.
"Mama ngizinin kamu pergi loh, Var. Kamu kan pergi sama keluarganya juga," tambah Rima.
Vara melihat ke arah samping ternyata sudah tidak ada Benny di sana. Ia bahkan tidak sadar ketika Benny pergi. "Mi, aku nggak pengin jalan-jalan."
"Kamu suka jalan-jalan, Var."
Vara tidak ingin berdebat dengan Rima, ia pun meminta izin mencari udara segar karena merasa sesak. Ia segera berjalan cepat menggunakan high heels 7cm-nya keluar ballroom. Semua hal dalam hidupnya saat ini terasa begitu menyesakkan. Ayah dan Ibu berusaha mewujudkan keinginan Vara melalui Benny, tapi sayangnya Vara sudah tidak lagi menginginkannya.
Vara baru akan keluar ketika ia mencium aroma parfum yang sangat familiar. Vara terkejut tapi mencoba bersikap biasa saja ketika berpapasan dengan Gama di depan ballroom.
"Avara..."
.....
A/N:
Chapter terakhir kemarin ternyata banyak menimbulkan pertanyaan apakah ceritanya dah tamat atau belum. Tentu saja belum, teman-teman.
... nunggu ganti tahun biar ceritanya udah setahun berlalu.
Untuk lanjutan cerita Vara dan Gama, jika berkenan bisa dilanjutkan baca di Karyakarsa ya: https://bit.ly/havara38end
Oh, ya untuk sementara cerita keluarga Wigani kuakhiri sampai sini dulu ya. Sebenarnya belum lengkap, tapi gimana ya hmmm. Ada karakter yang ingin kukenalin, tapi dianya belum mau keluar. Yaudah, gpp, dia mungkin belum siap.
Terima kasih atas support vote dan komennya sepanjang 38.5 chapter. It means a lot to me. Sampai jumpa di cerita selanjutnya!
Aku sudah spill tipis-tipis cerita selanjutnya di IG yy. See you di cerita sebelah~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Havara! ✓
RomanceAvara Dala, si spoiled brat, harus berhadapan dengan mentor di kantor Papi yang bernama Gama. Kehidupan keduanya sangat berbeda. Vara selalu berhasil mendapat semua keinginannya, sedangkan Gama perlu berusaha dengan keras. Ending lanjut di Karyaka...