Vara mengetuk pintu ruangan Gama yang sudah terbuka kecil. Ia kemudian masuk setelah dipersilakan. Namun, tanpa diminta, ia menutup pintu.
"Kenapa ditutup? Buka aja, nanti banyak yang mikir macam-macam."
"Biarin aja. Aku butuh ngomong serius sama Mas Gama. Ini soal kerjaan kok."
Gama pun bersedia mendengarkan Vara. Ia menyuruh Vara duduk supaya lebih tenang.
"Aku baru dapat notice dari HR kalau tiga minggu lagi aku dirotasi jadi harus nyelesain tugas di divisi ini dulu. Mas Gama sudah dengar? Apa aku nggak bisa terus di bawah supervisi Mas Gama terus? Mas Gama tuh sudah mentor paling the best."
"Iya, baru kemarin dikasih tahu. Aku nggak bisa ngapa-ngapain karena itu permintaan Pak Bimo. Dari awal, program kamu kan memang itu." Gama juga baru menerima kabar itu kemarin dan belum sempat ia bahas dengan Vara. Vara akan dipindahkan ke divisi lain dan Gama diminta untuk mempersiapkan kepindahan Vara.
Vara merajuk. "Aku nggak suka. Maunya sama Mas Gama aja. Mas Gama bilang ke Pak Budi dong kalau aku masih bloon, butuh dibimbing lagi. Supaya Pak Budi bilang ke Papi."
"Nggak mungkin, Vara. Pak Budi tahu progres kamu. Kita semua tahu progres kamu di monthly meeting kemarin."
Vara mendengus. "Kalau tahu hasilnya gini, aku bakal malas-malasan bikin presentasinya."
"Nggak boleh gitu. Itu tandanya kamu nggak ngehargain aku."
Vara kembali merengut. "Aku kayaknya baru sebentar kerja bareng Mas Gama."
"Hampir 6 bulan, Vara."
"Aku maunya lebih lama. Mas Gama tahu aku dipindahin ke mana?"
Gama mengangguk, tapi menolak untuk memberitahu. Ia meminta Vara untuk sabar menunggu info dari HR.
Vara menghela napas panjang lalu duduk bersandar di sofa. Wajahnya terlihat kesal. "I hate it. Aku mau minta Papi buat izinin aku di divisi Mas Gama aja. Aku nggak mau pindah lagi. Gimana kalau aku nggak bisa adaptasi?"
"You'll be fine, Vara." Gama sebenarnya lumayan kaget mendengar berita ini. Ia pikir, ia masih harus mengajari Vara sampai 6 bulan mendatang. Saat pertama kali ditawari posisi ini, timeline-nya disebutkan selama setahun. Namun, ternyata dipersingkat. Gama tidak bisa membantah karena ini keputusan Bimo aka bapaknya Vara.
"Mas Gama nggak jadi mentor aku lagi dong?"
Gama menggeleng. "Nanti ada mentor baru di departemen baru. Jadi, kamu nggak bakal sendirian kok. Bakal dibantuin kerjanya."
Vara merengut. Ia masih tampak tak suka dengan info yang diberikan Gama. Ia pun mengubah posisi duduknya menghadap Gama. "Terus kita gimana? Aku masih boleh ketemu Mas Gama?"
"Sure, kita masih sekantor."
"No, I mean... us? Tetap pacaran kan?"
"Do you want to call it off?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Havara! ✓
RomanceAvara Dala, si spoiled brat, harus berhadapan dengan mentor di kantor Papi yang bernama Gama. Kehidupan keduanya sangat berbeda. Vara selalu berhasil mendapat semua keinginannya, sedangkan Gama perlu berusaha dengan keras. Ending lanjut di Karyaka...