16. Lunchie

951 93 5
                                        


Vara belum cerita pada Rima soal keinginannya untuk berhenti bekerja. Ia masih mencoba terus bertahan sampai mendapatkan gaji bulan ini. Vara masih realistis dan membutuhkan uang ini untuk bertahan sebelum berhenti.

Selama satu minggu, ia hanya berinteraksi seadanya dan meeting seperlunya dengan Gama. Sampai pada suatu siang, Gama tiba-tiba menghampiri Vara sebelum break makan siang. Gama bertanya apakah Vara ada rencana makan siang dengan sang papi atau ada rencana lain. Namun, sebelum Vara menjawab, Gama melanjutkan bahwa pria itu ingin mengajak Vara makan siang berdua. Tentu saja hal itu sangat mengejutkan. Ia dan Gama tidak pernah makan berduaan sebab Gama selalu menolaknya.

Ini adalah hal yang amat di luar perkiraan Vara. Bahkan Vara tidak pernah berpikir bahwa ini akan terjadi setelah pengakuannya beberapa waktu yang lalu. Ia pikir, Gama akan makin anti padanya.

"Nothing fancy though, just casual lunch," jelas Gama. "Naik mobil kok, bukan motor."

Walaupun masih bingung, Vara tetap mengangguk untuk menerima ajakan Gama. Gama tidak mungkin mengajaknya makan siang berdua tanpa agenda. Jadi, ia penasaran apa motif Gama.

Ketika jam makan siang tiba, Gama keluar dari ruangannya lalu mengajak Vara pergi. Gama membawa Vara ke sebuah restoran yang tidak jauh dari kantor mereka. Tidak seperti kantin, much better.

Vara tidak bisa menyembunyikan fakta bahwa ia sedikit merasa senang. Sepanjang jalan, ia diam-diam tersenyum membayangkan lunch dengan Gama. Apa yang akan terjadi atau apa yang ingin Gama bicarakan dengannya?

Vara ingin memulai pembicaraan tapi juga sedikit bingung mau mulai dari mana. Ia tidak ingin membicarakan pekerjaan pada saat seperti ini. Gama pun terlihat sedang berpikir untuk mencari topik pembicaraan.

Keheningan pun pecah ketika akhirnya Gama berkata, "I wanna try something, Vara..."

"Something?" Vara mengernyit.

"Get to know you kalau tawarannya masih berlakus."

Vara tidak bisa menyembunyikan kekagetannya. "Wait... beneran?"

Gama mengangguk.

Vara tidak pernah membayangkan dan menyangka bahwa Gama mengatakan hal itu. "Mas Gama nggak lagi bercanda, kan?"

"Saya serius."

Vara hendak mengatakan sesuatu tapi kemudian tidak jadi. Ia diam lagi. Bukannya tidak ingin, tapi ini terlalu tiba-tiba dan mengagetkan baginya. Ia tidak berpikir bahwa Gama berubah pikiran dan hubungannya dengan Gama seperti ada harapan.

"Tapi satu hal yang perlu kamu tahu, saya nggak bisa janji kita akan pacaran atau gimana."

"NoI mean, yes. Butwait... aku nggak ngerti. Kita nggak akan pacaran? PDKT-an aja?"

"Saya setuju untuk kenal kamu lebih dekat dulu."

"Oh—okay. Apa alasan Mas Gama berubah pikiran?"

Gama menggeleng. "I don't know..."

Vara tersenyum simpul. Ia biarkan Gama dengan jawabannya. Namun, Vara yakin bahwa Gama tahu pasti alasannya berubah pikiran. Pria itu hanya tidak mau bicara saja. "Ya sudah, nggak apa-apa kenalan dulu."

Gama ikut tersenyum.

Senyum Vara terkembang begitu saja dan kepercayaan dirinya pun mendadak naik lagi. "Aku bisa bikin Mas Gama naksir aku kok."

Selesai makan siang, mereka kembali ke kantor dengan perasaan yang berbeda. Vara tidak pernah berhenti tersenyum walaupun masih merasa sedikit ada yang mengganjal di hatinya. Namun, perasaan senangnya lebih besar daripada perasaan tidak enaknya.

"Kamu tadi pagi berangkat sendiri atau sama supir?"

"Sama Papi, Pak Supri tadi pagi antar mami ke rumah kakakku. Aku lagi nggak boleh bawa mobil sendiri, soalnya kemarin nabrak pagar rumah karena bengong."

"Kamu nggak cerita kalau kemarin kecelakaan."

"No biggie. Aku nggak apa-apa, cuma Mami ngelarang bawa mobil. Jadi, nanti pulang dijemput Pak Supri atau sama Papi lagi."

"Nggak usah telepon supir kamu, nanti aku yang antar. Aku bawa mobil."

"Sampai rumah?"

Gama mengangguk.

Vara pun tersenyum lebar lalu mengangguk senang. Ia tidak pernah menyangka bahwa akhirnya hubungannya dengan Gama bisa semulus ini. Perasaan Vara mendadak berubah 360 derajat.

"Mau mampir sekalian nggak? Ketemu Mamiku?"

Gama terlihat berpikir. "Lain waktu aja ya, nggak enak bertamu malam-malam."

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Havara! ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang