Avara Dala, si spoiled brat, harus berhadapan dengan mentor di kantor Papi yang bernama Gama. Kehidupan keduanya sangat berbeda. Vara selalu berhasil mendapat semua keinginannya, sedangkan Gama perlu berusaha dengan keras.
Ending lanjut di Karyaka...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Vara tidak tahu bagaimana hubungan Gama dan adiknya saat ini. Gama menolak waktu Vara mengajaknya curhat kepada Rima. Vara tidak ingin memaksa, jadi ya sudah. Ia hanya menemani Gama sampai cukup tenang barulah mereka kembali ke acara kantor.
Semenjak malam itu, Gama memang jadi sedikit lebih terbuka pada Vara. Vara pun merasa bahwa mereka makin dekat. Beberapa kali, Gama mengantarnya pulang walaupun tetap tidak pernah mampir. Vara juga tidak terlalu memaksa. Baginya, menghabiskan waktu dengan Gama sepanjang hari sudah lumayan cukup.
"Surprised!" Vara berseru begitu pintu di depannya terbuka dan sosok Gama muncul di sana. Vara tersenyum lebar sambil menunjukkan paper bag yang ia bawa. "Aku bawa camilan, mami baru beli keripik dari Solo banyak banget."
Gama mengambil tas yang dibawa Vara lalu mempersilakan masuk. "Not really surprised. Kamu selalu datang setiap weekend."
Vara terkekeh-kekeh sambil mengikuti Gama ke dalam. Ia melihat sekelilingnya yang sepi, tidak ada Gadis atau Gina padahal biasanya mereka berdua selalu ramai di rumah. "Mas, adik-adik kamu ke mana?"
"Pergi jalan-jalan sama Fajar. Aku nungguin karena takut pas kamu datang nggak ada orang."
Vara tersenyum begitu mendengar Gama sengaja menunggunya. Hari ini ia memang datang setelah jam makan siang karena ditahan oleh Rima yang rindu padanya sebab ia jarang sekali di rumah. Sebagai anak, tentu saja Vara kali menuruti keinginan ibundanya.
"Maaf ya kamu jadi nggak ikut jalan-jalan sama mereka. Mau nyusul aja nggak?"
Gama menggeleng. "Nggak usah, mereka lagi nonton. Nanti juga pulang. Atau kamu yang mau jalan-jalan?"
"Aku ikut aja," sahut Vara sembari mengikuti Gama yang duduk di teras belakang. Sudah ada minuman dingin dan camilan di sana. Vara tersenyum melihat dua gelas di sana. "Mas Gama nungguin aku beneran, ya? Sweet."
Gama tidak menjawab. Ia malah duduk dan menepuk tempat di sebelahnya yang kosong supaya Vara ikut duduk. Vara dengan wajah semringah langsung duduk di sebelah Gama.
"Tadi ngobrol apa sama mami?"
Vara makin terkejut lagi ketika mendengar pertanyaan Gama. Tidak pernah diduga bahwa Gama tertarik dengan cerita kehidupannya. Vara mulai mengubah posisinya agak menyamping supaya menghadap ke arah Gama. "Mami kangen soalnya aku sok sibuk. Kalau weekday kerja, weekend pacaran. Dia cemburu sama kamu soalnya bisa bareng sama aku setiap hari. Akhirnya, tadi aku bikin agenda sama Mami mau nemenin beliau belanja besok."
"Iya, kamu nggak usah sering ke sini. Kita masih ketemu di kantor setiap hari."
"Mas Gama nggak senang aku ke sini?"
Gama tersenyum dan tangannya terjulur untuk mengelus kepala Vara. "Bukan gitu, tapi kalau mami sampai protes, berarti memang kamu terlalu sering sama aku. Mami kamu kangen."