Bagian 47 : Fakta yang terungkap

2.6K 185 11
                                    


بِسْــــــــــــــــــمِاللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

🍁🍁

Disaat hari mulai gelap, mobil BMW mewah berwarna hitam berhenti di kediaman Rifki Faizal.

“Kak Zai ....” Seorang gadis cantik membuka pintu dan berhambur ke pelukan Kakaknya.

Zaidan tersenyum. Tangannya terangkat mengusap kepala gadis itu yang tertutup khimar.

“Hana, Kakak kamu baru pulang, lho. Suruh masuk dulu dong!” tegur Rima yang menghampiri keduanya.

“Nggak papa, Umi.”

Begitu Hana melepas pelukannya, Zaidan mencium punggung tangan Rima. Rindu sekali rasanya setelah satu minggu dirinya bolak-balik luar kota mengurus beberapa proyek.

Ketiganya berhambur masuk ke dalam.

“Kamu mau makan dulu atau bersih-bersih dulu? Umi udah masakin makanan kesukaan kamu, lho.”

“Zai mandi dulu aja ya, Umi. Habis itu Zai makan sana kalian.”

Zaidan mengangguk.

•••

Selama dua tahun terakhir ... Fariza Group kini telah berhasil membangun Apartemen dengan nuansa penghijauan, membuat Apartement ini mendapat julukan tempat paling asri dan bebas polusi se-Jakarta. Selain itu, perusahaan dalam bidang properti yang dipimpin oleh cucu Direktur ini telah menghasilkan ....”

“Kak, kata Ibu disuruh—” Perkataan Shafiya terhenti saat matanya menatap ke layar televisi yang saat itu tengah memperlihatkan seseorang yang amat dia kenali dan yang sedang dia usaha lupakan, Zaidan.

Masyaa Allah ... Zaidan sekarang hebat banget ya, Dek. Dia termasuk dalam pengusaha muda yang sukses, lho. Keren-keren!” puji Raftan.

Shafiya menelan ludahnya. Gadis itu dengan cepat mengalihkan pandangannya.

“Kak ... Ibu tadi panggil Kakak, katanya ada yang mau Ibu omongin soal tokonya yang di Jakarta. Aku masuk kamar, ya.” Setelah berucap demikian, Shafiya langsung bergegas pergi ke kamarnya.

Sesampainya Shafiya di kamar, gadis itu langsung duduk di kursi belajar dan mengambil diary-nya. Buku yang mewakili semua isi hatinya.

Setelah empat tahun menyibukkan diri dengan belajar di Madinah dan hafalan Qur'an, Shafiya fikir semua itu cukup untuk membuatnya melupakan dia. Tapi, ternyata tidak!

Pada kenyataannya, mau sekuat apapun dia mengelak, perasaannya kepada Zaidan masih sama seperti dulu. Jarak yang terbentang luas di antara mereka tak membuat perasaannya hilang. Justru sebaliknya, semakin berkembang yang mana Shafiya sendiri tak tahu harus dengan apa dia menghilangkan perasaan itu.

Ya Allah ... aku tak mau terus-terusan terjebak dalam perasaan yang jelas salah ini. Kumohon bantu aku hilangkan perasaan ini, Ya Rabb ... kumohon ....

•••

Raut wajah Hana menekuk. Saat ni dia sedang mencoba satu demi satu gaun pengantin yang akan dikenakannya nanti di sebuah butik dengan ditemani Zaidan. Pria berkemeja putih itu menghela nafas melihat Hana yang begitu ribet menurutnya. Tak terhitung sudah berapa kali adiknya itu mencoba, tapi tak ada yang cocok katanya. Misalnya seperti ;

“Kalau yang ini kayaknya kegedean, nanti aku dikira gemuk lagi.”

“Yang ini bagus sih, tapi bahannya panas.”

Munajat Cinta Shafiya[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang