Bagian 20 : Terbongkar

2.7K 170 0
                                    

  بِسْــــــــــــــــــمِاللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

“Tidak ada yang lebih menyakitkan dibanding dibohongi oleh orang-orang yang sudah kita percayai.”

Shafiya Malik Anggiya

🍁🍁

Shafiya berulang kali mengerjap. Sama sekali tak mengerti kenapa Nadira malah membawanya ke Panti Asuhan? Tadinya dia fikir dia akan mengajak dirinya jalan-jalan ke Museum mengingat perkataan gadis itu saat di perjalanan tadi. Aku akan membawa kamu ke tempat yang membuat kamu belajar banyak hal, Shaf. Begitu katanya.

“Kok malah bengong? Ayo!” Tepukan di bahu Shafiya membuat gadis itu langsung tersadar dan mengikuti langkah Nadira untuk masuk ke dalam.

“Assalamu'alaikum.”

“Wa'alaikumussalam. Kak Nanad ....” Anak-anak Panti yang diperkirakan usia sekitar 4-7 tahun itu langsung mengerumuni Shafiya dan Nadira. Awalnya Shafiya kaget dan refleks melangkah mundur, tetapi saat dirinya melihat Nadira yang justru dengan senang hati memeluk mereka satu persatu dengan senyum mengembang, Shafiya mengurungkan niatnya kembali untuk menghindar.

“Wa'alaikumussalam. Masyaa allah, akhirnya kamu dateng juga.” Seorang wanita dengan jilbab berwarna abu-abu menghampiri Shafiya dan Nadira. Dia pemilik Panti Asuhan Kasih Bunda ini.

Wanita itu memeluk Nadira dan tak ragu mencium pipinya. Melihat kedekatan mereka dan bagaimana antusias anak-anak tadi saat melihat kedatangan Nadira, Shafiya menarik kesimpulan dan yakin kalau Nadira sering ke tempat ini.

“Bu Isah kabarnya gimana? Sehat-sehat aja, 'kan?” tanya Nadira.

Alhamdulillah ... kamu sendiri gimana? Udah satu bulan ini kamu nggak kesini, anak-anak kangen katanya.”

Shafiya memperhatikan interaksi keduanya dengan tersenyum tipis. Dia tak terkejut kalau Nadira begitu disayangi dan diperhatikan sedemikian rupa oleh orang-orang di Panti ini. Gadis itu memang memiliki aura yang positif! Shafiya tak menyangkal karena dia pun ikut merasakannya.

Tatapan Bu Isah beralih pada Shafiya, membuat perempuan itu hanya mampu tersenyum tipis dan menunduk.

Seketika Shafiya tertegun dan bingung harus berkata apa saat wanita itu menghampirinya dan melakukan hal yang sama, persis yang dia lakukan pada Nadira. Shafiya terpaku di tempat. Perlakuan hangat dan ramah Bu Isah berhasil membuatnya terkesima.

“Kalian pasti cape, 'kan? Ayo masuk dulu!” ajak Bu Isah dengan senyum yang sedikitpun tak luntur dari wajahnya.

Shafiya menengok ke arah Nadira. Gadis itu menganggukkan kepalanya.

•••

Di sinilah Shafiya berada sekarang. Sembari melihat Nadira bermain bersama anak-anak panti, dia lebih memilih duduk di bangku taman dan memperhatikan mereka dari kejauhan.

Untuk ukuran Panti Asuhan yang luasnya tak seberapa, taman ini sangat berguna untuk membuat mereka agar tidak terlalu jenuh. Apalagi, ditambah banyaknya tanaman indah dan bunga-bunga yang tumbuh. Membuat mata sejuk melihatnya!

Tatapan Shafiya tertarik pada seorang anak yang sedang asyik menggambar dengan seriusnya yang duduk lesehan di ujung taman menggunakan karpet plastik. Tanpa bisa dicegah, kakinya melangkah mendekati gadis yang diperkirakan berusia tiga tahun itu dan ikut duduk lesehan di sampingnya.

Munajat Cinta Shafiya[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang