بِسْــــــــــــــــــمِاللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
||
اَلْخَبِيْثٰتُ لِلْخَبِيْثِيْنَ وَالْخَبِيْثُوْنَ لِلْخَبِيْثٰتِۚ وَالطَّيِّبٰتُ لِلطَّيِّبِيْنَ وَالطَّيِّبُوْنَ لِلطَّيِّبٰتِۚ اُولٰۤىِٕكَ مُبَرَّءُوْنَ مِمَّا يَقُوْلُوْنَۗ لَهُمْ مَّغْفِرَةٌ وَّرِزْقٌ كَرِيْمٌ ࣖ
Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan
laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang
keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik dan
laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula). Mereka itu bersih dari apa yang dituduhkan orang. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia (surga).
——QS.24 (An-Nur) :26——🍁🍁
“Shafiya, apa kau bersedia menerima lamaranku?”Tangan Zaidan yang hendak mengetuk pintu tergantung di udara. Tubuhnya mematung.
“Iya, saya terima.”
Seluruh persendian tubuh Zaidan serasa lemas hingga tak mampu menopang beban badannya. Lelaki itu berjalan mundur, kemudian beranjak pergi dengan perasaan hancur.
————
Mobil Zaidan melaju kencang. Ingatan tentang percakapannya dengan Pak Rama tadi siang kembali terlintas. Setelah selama empat tahun dia menahan diri untuk tidak mencari tahu sedikitpun tentang gadis itu, kemarin dia menghubungi Pak Rama--Detektif kepercayaan Kakek dan dirinya untuk mencari tahu soal Shafiya.
“Nona Shafiya Malik Anggiya adalah Mahasiswi semester 6 di Universitas Taibah Madinah. Dia sedang mengambil cuti kuliah selama dua semester dikarenakan harus merawat keponakannya yang Ibunya meninggal saat melahirkan dia. Keluarganya memiliki usaha aneka kue tradisional yang dijajakan ke acara-acara besar. Toko itu juga sudah memiliki cabang di kota Jakarta dan Bogor sekitarannya.” Pak Rama menutup dokumen di tangannya. Dia menatap ke arah Zaidan.
“Dari informasi yang saya dapat, Nona Shafiya belum pernah menikah apalagi sampai punya anak. Dia hanya fokus kepada pendidikan dan keluarganya. Dan satu-satunya anak kecil yang dekat dengannya adalah putra dari Kakaknya sendiri.”
Satu tangan Zaidan terkepal kuat. Kenapa dia begitu bodoh dan dengan mudahnya mengambil kesimpulan sendiri? Kenapa dia begitu pengecut langsung pergi meninggalkan gadis itu yang masih dalam keadaan berduka?
“Maaf, Shafiya. Maaf ....”
Sekarang Zaidan mengerti alasan dibalik sikap dingin Shafiya saat pertemuan mereka di kafe tempo hari. Gadis itu pasti kecewa padanya.
Membutuhkan waktu sekitar satu jam kurang lebih dengan melintasi tol Jagorawi, mobil Zaidan sampai di sebuah rumah bercat hijau tosca. Sepasang tangan Zaidan mengepal. Keraguan tiba-tiba menghampirinya. Bagaimana jika ternyata Shafiya membencinya? Apa yang harus dia lakukan?
Zaidan menghela nafas kasar. Dia fikir dengan berhasil menyandang gelar Magister, dia bisa sedikit lebih peka dengan keadaan di sekitarnya. Nyatanya tidak sama sekali!
KAMU SEDANG MEMBACA
Munajat Cinta Shafiya[END]
General Fiction[Spiritual-Sad-Romance] •• Ditinggalkan ayah kandungnya tanpa sebuah alasan dan menjalani kehidupan baru dengan ayah sambungnya rupanya tak membuat penderitaan dan kesedihan yang dialami Shafiya berhenti. Hal buruk yang merusak mental dan jiwanya ba...