بِسْــــــــــــــــــمِاللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
"Kamu adalah salah satu bentuk anugerah Allah yang terbesar
dalam hidupku
Kamu adalah bukti nyata
Allah Maha Adil
Kamu adalah munajat cintaku,
Kisah ini berawal dari perjalananku menuju padamu dan
berakhir bersamamuMuhammad Zaidan Al-Faiz
Suamiku, Imamku dan calon Ayah bagi anak-anakku. Semoga Allah meridhai cinta kita dan pernikahan ini sampai ke Surga-Nya kelak,
Aamiin ...."-Shafiya Malik Anggiya-
🍁🍁
"Kayaknya kamu nggak usah keluar aja deh!" ucap Zaidan tiba-tiba. Kini dirinya dan Shafiya sudah siap dengan pakaian untuk resepsi. Zaidan berganti mengenakan jas formal sedangkan Shafiya masih gaun seperti tadi hanya berubah warna jadi kuning keemasan.
Shafiya yang sedang men-charger ponselnya itu menoleh. Keningnya mengerut. "Emang kenapa?"
Zaidan berdiri dari duduknya dan melangkah mendekat, berhenti tepat ketika dirinya berada di depan gadis itu.
"Wallahi ... aku nggak rela kecantikan kamu dilihat mereka, sekalipun kamu mengenakan cadar."
Deg!
Shafiya menelan ludah. Lagi, jantungnya kembali berulah. Zaidan kok lama-lama ngeselin sih! Hobi banget bikin salting.
"Ta-pi bukannya tamu laki-laki dan wanita terpisah?"
"Tetap aja. Bisa aja 'kan salah satu dari tamu laki-laki curi pandang ke arah kamu," jawab Zaidan.
Dibalik cadarnya, Shafiya menahan senyum. Ekspresi cemburu yang ditunjukkan Zaidan berhasil memunculkan letupan-letupan kecil di dadanya. Dulu, dia sempat memimpikan ingin menjadi seperti putri Rasulullah yakni Fatimah yang bersuamikan Ali. Yang mana karena kecintaannya kepada Allah, sangat cemburu pada Fatimah bahkan untuk melihat bayangan Fatimah sekalipun, Ali tak rela ada yang melihatnya.
Shafiya memberanikan diri memegang kedua pipi Zaidan. Agak gugup, tapi dia juga harus terbiasa. "Mas, bukannya kata kamu acaranya cuma sampai jam 5, kan? Itu berarti kita cuma akan menghadiri resepsi itu selama ...." Shafiya menoleh pada jam besar di sampingnya. Sekarang sudah menunjukan pukul satu siang, dihitung sampai pukul lima itu berarti acara hanya berlangsung tiga jam setelah dikurangi shalat ashar.
"Cuma tiga jam aja, kok." Shafiya tersenyum manis. Sayangnya Zaidan tidak melihat, hanya matanya saja yang menyipit. Dia tidak tahu saja kalau perbuatannya itu sukses membuat getaran aneh dalam diri Zaidan yang mendorongnya untuk semakin mendekat. Satu tangan Zaidan terangkat melepaskan cadar Shafiya, tetapi ....
Bruak!
"Hyung, cepetan nanti-ups, sorry!"
Zaidan menghela nafas kasar. Lagi-lagi ada gangguan disaat dirinya dan Shafiya ingin berduaan. Setelah sebelum shalat Jumat diganggu Hana, sekarang malah diganggu Arka. Tahu seperti ini, Zaidan menyesal tidak menguncinya saja tadi.
Zaidan menatap Arka horor. "Iya, nanti juga kesana, kok."
Arka menelan ludah, kemudian cengengesan. Kakaknya itu kalau marah cosplay jadi Singa.
"Nggak maksud ganggu, cuma kata Umi Hyung sama Kakak ipar suruh langsung kesana. Kalau gitu aku pamit dulu, Assalamu'alaikum." Sebelum Zaidan benar-benar mengeluarkan taringnya, Arka langsung ngacir pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Munajat Cinta Shafiya[END]
General Fiction[Spiritual-Sad-Romance] •• Ditinggalkan ayah kandungnya tanpa sebuah alasan dan menjalani kehidupan baru dengan ayah sambungnya rupanya tak membuat penderitaan dan kesedihan yang dialami Shafiya berhenti. Hal buruk yang merusak mental dan jiwanya ba...