3.

6.2K 191 0
                                    

Setelah shalat Maghrib, Ayah Bilal, Mira dan Kay sudah duduk di sofa ruang tengah rumah mereka. Dari raut wajah Bilal menggambarkan bahwa mereka akan membahas hal serius, Bilal menatap anak semata wayangnya. "Sebentar lagi kamu lulus masa SMA kan?" tanya Bilal, Kay mengangguk.

"Baik, karena itulah Ayah sama Bunda sudah sepakat akan memasukkan kamu ke pesantren" ucap Bilal.

"Gak nanggung yah?" ragu Kay.

"Kenapa? Ayah tidak masalah, habis lulus kamu tidak perlu bekerja segala macem" sergah Bilal.

"Iya Kay emang gamau kerja dulu, Kay mau lanjut kuliah di Universitas Taruna. Kan ayah tau Kay punya cita-cita ingin jadi TNI angkatan laut " jawab Kay, matanya berbinar membayangkan dirinya memakai baju militer suatu saat nanti. Bilal terdiam sesaat, pria itu melirik istrinya yang ternyata tengah menatapnya juga.

Bilal menghela nafasnya perlahan kemudian kembali menatap Kay, "Ayah tidak bermaksud ingin menghancurkan mimpi anak Ayah, tapi Ayah ingin menepati janji bersama teman Ayah" Kay dibuat bingung dengan perkataan sang Ayah.

"Ayah akan menjodohkan kamu dengan anak teman Ayah" lanjut Bilal, Kay bagai tersambar petir badannya terasa berdesir mendengar ucapan Bilal.

"Ayah jangan bercanda deh, jaman sekarang mana ada pakek perjodohan segala, kuno tau" ucap Kay diakhiri kekehan kecil.

"Ayah tidak bercanda nak, Kayna Nafeeza Moara Ayah resmi akan menjodohkan kamu dengan laki-laki pilihan Ayah" tukas Bilal tak terbantah, Kay diam. Matanya sudah menahan butiran bening agar tidak terjatuh.

"Kay, Bunda tau ini berat tapi Bunda yakin laki-laki pilihan kami adalah yang terbaik untuk anak Bunda" Mira mengusap punggung Kay.

"Siapa laki-laki itu bunda?" tanya Kay pelan, matanya tak ingin menatap kedua orang tuanya.

"Sebentar lagi mereka akan kesini untuk melamar kamu, Kay siap-siap ya? Kamu lihat sendiri siapa calon suami kamu" balas Mira. Kay spontan mengangkat wajahnya, ini terlalu cepat.

"Apa tidak terlalu cepat Bunda? Apa gak mau nunggu Kay lulus masa SMA dulu" protes Kay.

"Lebih cepat lebih baik " singkat Bilal.

"Tapi, gimana sama mimpi Kay yang udah Kay rancang tinggi-tinggi" sendu Kayna, Mira menangkup wajah anaknya. "Jika semuanya tidak berjalan dengan sesuai apa yang kamu inginkan, berarti takdir Allah lebih baik untukmu nak" nasihat Mira.

"Sebaik apa dirinya Bunda sampai kalian bersikeras menjodohkan Kay sama laki-laki itu" rengut Kay, ia tak menyangka kalau kedua orang tuanya bisa menjadi penghancur mimpi besarnya selama ini.

"Ayah yakin laki-laki itu bisa membimbing kamu, jangan khawatir Kay. Laki-laki yang akan ayah jodohkan sama kamu adalah seorang Gus di sebuah pesantren" jelas Bilal.

"Gus? Kay sering denger kalo Gus itu suka poligami, gimana nanti kalo Kay dipoligami?" Kay tidak bisa membayangkan jika dirinya sudah menikah dengan laki-laki itu tapi malah ia dipoligami suatu saat nanti.

"Tidak Kay, Ayah janji tidak akan membiarkan anak Ayah dipoligami walau jaminannya surga sekalipun" Bilal menghapus bekas air mata Kay yang tanpa sengaja terjatuh.

"Kay bakal ingat perkataan Ayah, jika laki-laki itu mau mempoligami Kay maka Kay akan pergi jauh" tukas Kay serius. Bilal mengangguk, dibawanya Kay ke dalam pelukannya. Disusul Mira, keluarga Cemara itu berpelukan cukup lama hingga Bilal melepaskan pelukannya.

"Yasudah, Kay siap-siap ya. Lepas isya keluarga calon suami kamu kesini" kata Bilal, Kay mengangguk lesu. Kakinya terasa berat untuk melangkah, sesampainya di kamar. Ditatapnya lama baju yang sudah disiapkan oleh Mira, tanpa berfikir panjang Kay mempersiapkan diri.

"Gue kasian sama lo, mimpi lo harus dikorbankan demi memenuhi permintaan kedua orang tua" ucap Kay menatap dirinya sendiri di pantulan cermin, Kay menahan air matanya agar tidak terjatuh.

"Bodoh! Lakukan semua cara buat batalin perjodohan ini, gue bisa hasut tu cowok hahaha" monolog Kay tertawa sumbang, ia sangat cantik dan anggun malam ini. Walaupun biasanya sudah cantik tapi kali terlihat lebih berseri-seri, Kay pergi ke dapur menyusul Mira.

"Eh? MasyaAllah Anak bunda cantik banget" puji Mira, Kay tidak ada niat untuk menjawab, hanya deheman saja.

"Kay mau masak? Masakin gih makanan spesial buat tamu kita nanti" suruh Mira, Kay mengangguk saja. Kay ingin membuat sup ayam dan telur dadar sebagai pendamping, sederhana tapi masakan Kay tidak diragukan lagi.

Tiga puluh menit berlalu, masakan Kay sudah tersaji rapi di atas meja, terlihat menggiurkan bahkan aromanya membuat lidah ingin segera mencicipi nya. "Anak Bunda emang hebat, suami kamu pasti suka sama masakan kamu" puji Mira tersenyum, Kay hanya tersenyum tipis, sungguh ia merasa kecewa dengan keputusan kedua orang tuanya.

"Kay ke kamar sebentar Bun" pamit Kay, gadis itu pergi ke kamarnya untuk mengambil handphonenya.

"Jangan lama-lama" peringat Mira .

"Hm"

....

"Assalamualaikum "

"Waalaikumsalam!" Bilal yang tadinya tengah menonton TV cepat-cepat menghampiri pintu dan mempersilahkan mereka yang datang untuk masuk ke dalam, "Hanan, mari kita makan malam bersama dulu. Setelah itu baru kita bahas masalah anak kita" ucap Bilal.

"Baiklah, mari" Bilal pun mengajak Abi Hanan dan istrinya ke meja makan, disana juga sudah ada Mira.

"Eeh udah dateng Ann" Umi Anna mengangguk menjawab pertanyaan calon besannya sambil tersenyum hangat.

"Dimana calon menantuku Bilal" Tanya Abi Hanan saat sudah duduk di kursi, dan tidak menemukan orang yang dimaksud.

"Sebentar, Bunda panggil dulu" Mira menaiki anak tangga menuju kamar Kay, pas sekali sebelum Mira sampai di atas Kay sudah berjalan ke bawah. Keduanya turun bersama-sama, Kay menunduk sembari memilin jari-jari tangannya.

"Nanti yang sopan sama calon mertua kamu" peringat Mira, wanita itu tau sifat anaknya yang keras. Bisa-bisa nanti Kay tidak sopan ketika tengah membahas tentang pernikahan tak diinginkan oleh putrinya. "Iya Bun" jawab Kay, Mira bernafas lega.

"MasyaAllah calon menantu Umi cantik sekali" Kay menutup matanya saat mendengar suara itu, Kay terlebih dahulu menyalimi tangan Umi Anna dan Abi Hanan. Sudah Kay duga pasti ia akan dijodohkan dengan anak Umi Anna, gerak-gerik mereka terlihat saat di musholla beberapa waktu lalu.

Kay melirik ke sekeliling, dimana calon suaminya? Ralat, Kay mengusap pangkal hidungnya sekilas, Kay senang jika laki-laki itu tidak datang, "Semoga kecelakaan terus gajadi dijodohin sama gue" batin Kay.

"Assalamualaikum"

Kay reflek menggigit bibir bawahnya bagian dalam, baru saja di katakan sudah muncul saja orangnya. "Waalaikumsalam, duduk Zam. Kita makan malam dulu" ucap Bilal, Azzam patuh dan mengambil duduk tepat di hadapan Kay.

"Lo!?"







TBC.

Hayoo gimana lanjutan kisah mereka, vote komen ya gaes hehehe 😉

Kay untuk Azzam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang