38.

4K 94 7
                                    

Ruang bersalin, Kay merasakan kontraksi hebat tetapi pembukaannya belum pas. Semenjak pertemuan nya dengan Azzam Kay kembali ke ruangannya bersama Bunda Mira, dan saat itulah Kay merasakan kontraksi.

Kay didampingi oleh Bunda Mira juga Azza, gadis itu setia menemani sahabatnya yang sebentar lagi akan melahirkan anak pertama.

Azzam? Tidak ada yang tau dimana laki-laki itu sekarang, Ummi Anna sudah berusaha untuk menghubungi nya namun tidak ada jawaban.

"Bunda, sakit" Kay menggenggam tangan sang Bunda, bahkan air matanya tak bisa lagi terbendung menahan rasa sakit.

"Sabar ya sayang, sebentar lagi. Kamu kuat" walaupun sebenarnya Bunda Mira tidak tega melihat putrinya kesakitan tetapi ia harus terlihat tenang agar Kay tidak panik.

"Kay, dengar saya ya" interupsi dokter.

"Tarik nafas, hembuskan pelan-pelan"

Kay menurut, sambil menahan sakit Kay tetap berusaha untuk rileks sesuai anjuran dokter.

"Lakukan terus, kepalanya sudah terlihat" sang dokter membantu mengelus lembut perut buncit Kay, karena usia Kay yang masih terbilang muda dokter menggunakan cara ini agar tidak terjadi pendarahan.

"Gak kuat dokter" nyerah, hampir saja Kay menyerah bahkan matanya sudah terlihat tidak fokus.

"Bayangkan tempat yang indah, sambil terus atur nafas. Ayo bertahan Kay" dokter terus mengajak Kay berbicara agar Kay tetap sadar, wanita itu kembali mengatur nafasnya. Sampai beberapa saat Kay tidak lagi merasakan sakit.

"Sudah dokter?" Kay dibuat tercengang karena bayinya kini sudah lahir, tanpa sepengetahuan Kay bayi mungil itu lahir tanpa hambatan.

"Alhamdulillah, nak" Bunda Mira mengusap peluh di dahi Kay, senyum bahagia dan tangis haru kini mulai menggelora di antara mereka.

"Bayinya sehat, ibunya juga hebat" puji sang dokter tersenyum. Tangisan bayi laki-laki itu adalah suara paling indah yang Kay dengar seumur hidup, walaupun ia tidak didampingi oleh suaminya.

"Jagoan kecil sudah bersih" dokter memberikan bayi itu pada Kay, Kay menerimanya dengan perasaan sangat bahagia.

"Anak bunda" gumam Kay mengusap lembut pangkal hidung anaknya yang baru beberapa menit datang ke dunia. Sementara dokter membereskan sisa-sisa persalinan, tidak ada robekan dan tentunya tidak ada pendarahan sedikitpun.

"Minum dulu, untuk kembalikan tenaga. Setelah itu beri bayinya asi"

Bunda Mira mengangguk dan segera menuruti perintah dokter, Kay meminum minuman yang diberikan Bunda Mira melalui sedotan. Setelah beberapa saat, kemudian Kay sudah waktunya untuk memberikan bayinya asi.

"Alhamdulillah, asi nya banyak" kata dokter, sementara Kay masih sedikit terasa aneh bahkan bayi mungil itu melahap air susunya dengan lahap. Dokter yang melihat ekspresi Kay terkekeh kecil.

"Kamu akan terbiasa nantinya" Kay tersenyum malu-malu sambil mengangguk.

"Abi, sebenarnya Azzam dimana"

Kay mendengar suara Ummi Anna dan Abi Hanan dari luar ruangan yang sudah bingung mencari keberadaan Azzam. Bahkan Ayah Bilal pun ikut membantu namun Azzam belum terlihat juga.

"Sama Azza dulu ya, Bunda mau kesana sebentar" Kay mengangguk menatap punggung Bunda Mira yang berjalan keluar dari ruangan.

"MasyaAllah, Kay. Anak kamu ganteng banget" puji Azza, menatap kagum pada bayi laki-laki itu.

Begitu mirip dengan Azzam, hidung mancung, mata bulat bersinar, kulit cerah dan bulu mata yang lentik. Terlihat sangat sempurna.

"Makasih ya za"

Kay untuk Azzam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang