14.

4K 125 0
                                    

Setelah acara berakhir, kini suasana pesantren sudah seperti semula. Pembelajaran pun sudah dimulai lagi sore ini, jadwalnya mengaji kitab suci Al-Qur'an dan membaca kitab kuning setelahnya. Kay istirahat di asrama, teman-temannya juga sudah sedari tadi di dalam asrama tapi tidak ada yang menganggu perempuan itu istirahat.

Kay perlahan bangun mendengar suara adzan ashar berkumandang, ia segera beranjak. "Gada yang bangunin aku" gumam Kay, jika sudah waktunya ashar itu berarti Kay telat mengikuti pengajian. Kay segera bersiap dan pergi ke masjid, dengan jantung yang berdetak lebih cepat Kay masuk ke dalam masjid yang sudah ramai anak-anak pengajian.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam" jawab semuanya yang ada di dalam.

"Darimana kamu?" suara berat itu sangat Kay kenali, perempuan itu menatap Gus Azzam yang berdiri di depan sambil menatap datar dirinya. 

"M-maaf Gus, tadi saya ketiduran" jawab Kay, menundukkan kepalanya.

"Keluar"

Deg

Kay mendongak sambil menahan air matanya agar tidak terjatuh, sebelum ia menangis disana dengan segera Kay keluar dari sana sesuai perintah Gus Azzam. Laki-laki itu pun merasa tidak masalah dan melanjutkan pengajian. Kay berdiri di samping masjid yang sepi, ia berjongkok sambil memeluk lututnya dan menangis.

"Bunda, Kay mau pulang" gumam Kay disela tangisannya yang tidak ada suara sedikitpun.

"Heh! Ngapain kamu disini, cepat masuk ke dalam. Jadwal saya yang mengajar" itu suara ustadzah Sila yang berbicara, dia tidak melihat Kay menangis karena perempuan itu menenggelamkan wajahnya di lipatan tangannya.

Kay menghapus air matanya, ia tidak mau terlambat lagi. Di perjalanan, Kay berpapasan dengan Gus Azzam tapi ia tidak melirik sedikitpun. Azzam melihat mata dan hidung istrinya yang memerah, ingin bertanya tapi ada banyak orang disana akhirnya ia memilih diam.

Kay duduk di tempatnya, ia baru menyadari jika keempat temannya tidak ada. Begitu juga saat pengajian, dalam hatinya bertanya dimana temannya itu. Pelajaran pun dimulai, saat giliran Kay. Lagi-lagi Kay membuat kecerobohan, ia tidak membawa kitab kuning miliknya .

"Sapu halaman depan sekarang juga!" tegas ustadzah Sila, ia bukannya sengaja menghukum tapi ustadzah Sila sangat tidak suka dengan santri yang ceroboh. Kay yang malas meladeni hanya pasrah, cuaca cukup cerah hari ini membuat peluh membasahi dahi Kay saat perempuan itu baru saja menyapu sebagian halaman. 

"Shhh" desisnya, Kay menggulung sedikit lengan bajunya dan tidak sengaja menyentuh luka yang melepuh cukup besar. Tangannya jadi terasa perih akibat keringat yang membasahi lengannya mengenai luka itu, Kay menutup kembali lukanya dengan baju. Kay segera melanjutkan pekerjaannya tapi pandangannya mulai tak fokus, terik matahari membuatnya sedikit pusing ditambah Kay melewatkan sarapan dan makan siangnya.

"Kay" panggil seseorang, Kay menoleh namun tubuhnya langsung oleng dan terjatuh. Kay tak sadarkan diri, yang memanggilnya adalah Azza. Gadis itu berlari mendekat, Azza berteriak meminta bantuan. Beberapa santri perempuan membantu Azza mengangkat Kay ke UKS, setelah Kay ditangani oleh dokter yang bekerja Azza pergi mendatangi Ndalem untuk menyampaikan pada Gus Azzam jika Kay pingsan.

Gus Azzam tidak ada respon apapun, ia sibuk mengobrol dengan anak teman Ayah nya. "Gus, Kay pingsan loh. Gamau jenguk dia?" kesal Azza.

"Yasudah" akhirnya Azzam pergi ke UKS bersama Azza dan juga temannya tadi juga ikut.

Sesampainya disana, Kay masih belum membuka matanya. "Kenapa Kay bisa pingsan" tanya Azzam pada Azza.

"Kayaknya dihukum sama ustadzah Sila gara-gara gak bawa kitab kuning, soalnya tadi Azza lihat kitab kuning Kay ada di asrama" jawabnya, Azza dan keempat temannya tidak ikut pengajian dan belajar kitab kuning karena sibuk dengan kedua orang tua Chayra yang belum pulang. Baru saja Azza memanggil Kay tapi perempuan itu malah pingsan.

"Ceroboh, pantas jika ustadzah Sila menghukumnya" balas Azzam. Azza mendelik, bukannya cemas tapi sepupunya itu malah berkata demikian. Kay pun yang sebenarnya sudah sadar mendengar semuanya, hanya ia masih enggan untuk membuka matanya.

"Kamu disini saja tunggu Kay sadar, saya masih ada urusan. Sore ini juga saya mau menemui Ning Dian" sergah Gus Azzam langsung pergi begitu saja, Azza pun tidak sempat untuk protes.

"Buat apa nemuin si muka dua itu coba!?" geram Azza kelewat kesal, bahkan suaranya cukup keras.

"Za"

Perempuan itu langsung menoleh dan mendekat pada Kay, "Udah sadar, ada yang sakit?" tanya Azza memegang tangan Kay.

"Aw, jangan pegang di situ za" ringis Kay, lukanya belum diobati dan terasa perih. Azza yang panik segera melihat pergelangan tangan Kay sebelah kiri, luka bakar yang memerah dan sedikit basah. "Kamu juga terluka!?" ucap Azza, memanggil dokter tadi untuk mengobati luka itu.

Kay pun tidak sanggup lagi ingin berbicara karena tangannya sangat perih, lukanya lebih besar dari luka Ning Dian. Sampai-sampai dokter harus memperban lukanya dan berpesan agar jangan sampai terkena air selama beberapa hari sampai lukanya mengering.

"Kenapa gak bilang kalo kamu juga terluka" lirik Azza.

"Gaada yang percaya sama aku disana, aku ga sadar kalo aku juga kena air panas" jawab Kay, bahkan orang tuanya sendiri lebih mempercayai Ning Dian.

"Kamu istirahat aja ya, gausah shalat Maghrib dulu kan gabisa kena air" ucap Azza karena sekarang sudah adzan Maghrib.

"Nanti kena marah" takut Kay.

"Gapapa, biar aku yang bilang nanti" paksa Azza menidurkan Kay ke kasur lagi, akhirnya Kay hanya pasrah saat Azza keluar dari UKS meninggalkan dirinya sendiri.

Merasa sudah baikan Kay memilih untuk beristirahat di asramanya saja, sampai sekarang waktu shalat Maghrib sudah selesai. Suara anak-anak santri terdengar memasuki asramanya masing-masing.

Disisi lain, ustadzah Sila bersama ustadzah Yolan memeriksa santriwati. Matanya tak melihat adanya Kay di sana, itu berarti Kay tidak mengikuti shalat Maghrib. Ustadzah Sila bertemu Gus Azzam di perjalanan ingin ke asrama tempat Kay, "Ada apa Ustadzah" tanya Gus Azzam.

"Kay tidak mengikuti shalat Maghrib, anak itu begitu semena-mena sekarang" sergah ustadzah Sila, Azzam pun memutuskan untuk ikut keduanya pergi ke asrama perempuan.

"Dimana Kay" tanya Azzam pada Aira yang berdiri di ambang pintu asrama.

"Ada Gus, Kay lagi tidur" jawabnya. Gus Azzam langsung masuk bersama kedua ustadzah tadi. Merasa ada yang tidak beres Aira mengikuti ketiganya ke dalam.

Byur

Kay langsung terbangun dan terbatuk saat air yang disiram oleh Gus Azzam masuk ke dalam hidungnya, Kay menatap Gus Azzam berkaca-kaca. "Kenap--

"Gus Azzam! Kay gak ikut shalat Maghrib karena tangannya terluka, gabisa kena air untuk pemulihan" teriak Azza melihat sepupunya itu dengan tega menyiram wajah Kay dengan air.








TBC.

Gimana sama part ini guys?

Ada pesan untuk para tokoh? Komen aja

See you next part!

Kay untuk Azzam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang