7.

5.5K 143 0
                                    

Guys part ini khusus Kay di sekolah ye, happy reading!

Pagi menyapa, pagi-pagi sekali Kay bangun sebelum subuh karena hari ini adalah hari terakhir gadis itu bersekolah di sekolah formal. Sebelum ia masuk ke pesantren.  Sekarang jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, Kay sudah siap diantar oleh Azzam ke sekolah.

Keduanya tidak ada yang membuka suara di dalam mobil, Kay sibuk memandangi gedung-gedung yang mereka lewati. Di pesantren nanti ia pasti tidak bisa melihat alam bebas seperti ini, pikirnya. Sampai tak terasa mobil yang mereka kendarai sudah sampai di depan gerbang gedung SMA.

"Kay pamit Gus, assalamualaikum"

"Waalaikumsalam, hati-hati sekolahnya. Ntar ada yang godain kamu bilang sama saya" ucap Azzam, Kay hanya berdehem malas untuk menanggapi lebih lanjut. Kay masuk ke pekarangan sekolah, matanya melihat ke sekeliling. Sekolah ini meninggalkan begitu banyak kenangan bagi Kay, tak sadar genangan air terkumpul di kelopak matanya.

"Gue bakal rindu sekolah ini, kenangan, dan kamu" gumam Kay, mengusap air mata di pipinya.

"KAY!!!"

Suara cempreng itu berhasil membuat siswa-siswi SMA menggerutu karena terganggu, Kay menghela nafas melihat Diva yang berlari ke arahnya. Gadis dengan rambut hitam legam tergerai itu memeluk erat sahabatnya yang tidak sekolah selama seminggu.

"Gue kangen sama lo" sendu Diva, Kay menepuk pundak sahabatnya guna menenangkan.

"Kan udah tau alasan kenapa gue gak sekolah" balas Kay.

"Iya, gak rela sahabat gue nikah duluan" sedih Diva mengusap matanya yang tidak ada air matanya sama sekali.

"Dih Yaudah, ajak nikah Alden sana" cetus Kay, Diva menggeleng tak terima. "Daripada nikah sama Alden mending gue cari sugar Daddy aja" balas Diva songong.

"So so an cari sugar Daddy, mana mau dia sama bocah ingusan kayak lo" ucap Kay pedas, Diva memicingkan matanya menatap Kay.

"Tega lo ye sama gue" sinis nya.

"Ye" sahut Kay berjalan mendahului Diva menuju kelasnya. Sampai di kelas, Kay melirik kursi Avin yang tidak ada orangnya disana. "Biasanya Avin udah dateng jam segini" batin Kay, ia merasa bersalah dengan kejadian waktu itu.

"Avin sering bolos sekarang" ujar Diva melihat Kay yang sepertinya bertanya-tanya dimana Avin. Dulu, laki-laki bernama Avinka Fardeenza itu sangat giat belajar dan menjadi salah satu murid pintar di sekolah tapi sekarang laki-laki itu lebih sering bolos dan tidur dikelas. Penyesalan dan rasa bersalah kembali memenuhi kepala Kay.

"Biasanya Avin dimana sekarang va?" tanya Kay.

"Kayaknya di rooftop deh, ntar siang baru dia ke belakang sekolah buat ngerokok sama temen-temennya" jelas Diva, merokok? Sejak kapan Avin merokok Kay tidak menyangka bahwa akan sefatal ini.

"Temenin gue temuin Avin, va" pinta Kay, Diva mengangguk setuju. Keduanya berjalan beriringan ke arah rooftop sekolah. Benar saja, Avin tengah memandang ke bawah sambil bersandar lemah di sofa usang.

"Avin?" panggil Kay pelan, laki-laki itu dengan cepat menoleh kemudian berdiri dan menghampiri gadis yang sangat ia cintai selama ini. "Kay" gumam Avin, laki-laki itu langsung memeluk erat tubuh Kay.

"Lo gapapa kan?" tanya Kay pelan, Avin menggeleng lemah. "Gue hancur Kay, gue lemah" balas Avin, Kay menghela nafasnya perlahan dan tangannya tergerak untuk mengusap punggung lebar laki-laki itu.

"Cemen lo vin, udah dipeluk Kay juga" celetuk Diva melipat tangannya di depan dada.

"Pelukan ini cuma sementara, gak sebanding sama cinta dan rasa rindu gue selama ini" sahut Avin namun tak kunjung melepaskan pelukannya.

"Udahlah, Kay udah jadi istri orang Vin" gumam Diva prihatin, selama ini Diva dan Alden yang sudah tau dari lama jika Avin menyukai Kay, namun mereka tutup mulut karena Avin sendiri yang meminta.

"Gue belum bisa terima itu" ucap Avin sedikit meninggikan nada bicaranya.

"Shttt udah, gue minta maaf karena gabisa berbuat apa-apa." lerai Kay.

"Ini bukan salah lo, takdir gue aja yang gak beruntung" Avin melepaskan pelukannya dan menghapus bekas air matanya.

"Gaboleh lemah ya, Avin harus kuat. Kay tetap sahabatnya Avin meskipun Kay udah jadi istri orang" ujar Kay, Avin tersenyum dan mengangguk.

"Avin kuat kok, gue bakal kangen banget sama lo nanti" ucap Avin.

"Hehe" Kay hanya membalas dengan senyuman manis.

"Yaudah kita ke perpustakaan aja yuk, ngadem disana. Bawa cemilan juga bisa nyantai pula" ajak Diva bersemangat, Kay mengangguk setuju.

"Avin gak ikut?" tanya Kay yang melihat Avin diam saja.

"Enggak, kalian aja. Gue mau nenangin diri aja disini" jawab Avin.

"Oke"

Akhirnya Kay dan Diva pergi ke perpustakaan meninggalkan Avin sendirian disana, laki-laki itu kembali duduk di tempat semula sambil memandangi pemandangan di depannya.

Bibirnya terangkat untuk tersenyum tipis, senyuman yang sulit untuk diartikan. "Maafin gue, lo cuma suruh jaga dia tapi gue malah suka beneran" gumam Avin kemudian memejamkan matanya menikmati desiran angin menerpa wajahnya.

....

Kay melihat sekeliling di dalam perpustakaan yang sangat besar, tersirat sedikit kenangan yang Kay ingat di tempat ini. Tangannya terulur mengambil sebuah buku, "Sejak lo ga ada, gue udah lama gak baca buku ini" ucap Kay membuka halaman demi halaman lembaran buku itu.

"Laut dan Senja, judul yang bagus kan. Ibaratnya seperti kita, lo Senja dan gue laut. Laut yang selalu menunggu Senja datang setiap sore, Senja menepati janjinya. tapi bedanya ini kisah kita, gue yang selalu menunggu dan lo gak pernah datang" monolog Kay tertawa pelan.

"Buku ini akan menjadi kenangan paling hebat yang bakal gue kenang selamanya, tentang laut dan Senja, aku,  dan...

"Kamu"

Ucap Kay sangat pelan di akhir kalimat, hati dan pikirannya bergelut mengingat semuanya yang tidak bisa untuk terulang kembali. Beberapa waktu Kay tidak membaca bahkan memegang buku itu, namun sekarang ia akan memegang dan membaca buku itu untuk terakhir kalinya.

"Hari ini, di tempat ini gue kembali mengenang semuanya yang telah berlalu. Tapi, hari ini juga hari terakhir gue kesini sebelum pergi dan tidak kembali lagi".

"Berkali kali dan sampe di satu titik yaitu lelah, aku ikhlaskan saja dan mencoba pergi menjauh" lanjut Kay.

Gadis itu membuka halaman lembar terakhir buku itu, senyuman tipis terbit di bibir manisnya.

_K.V_

Dua huruf itu, yang tertulis dengan tinta hitam yang sama sekali belum pudar. Dua kata penuh makna menjadi penutup akhir Sebuah kenangan manis dalam buku tersebut.










TBC.

Saya up lagi nihh

Gimana sama part kali ini guys?

See you next part!

Vote komen nya jangan lupa

Kay untuk Azzam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang