36.

3.5K 91 8
                                    

Setelah perdebatan panjang di persidangan hari ini, juga penjelasan dari Azza yang sebenarnya. Terbukti bahwa Kay tidak bersalah, secara resmi tuntutan hukum pada Kay sudah dicabut dan Kay sudah resmi bebas dari penjara.

Dan kini tuntutan itu beralih kepada Ning Dian sebagai pelaku sebenarnya, wanita itu sudah menangis bahkan berteriak histeris mengatakan bahwa dirinya tidak bersalah. Namun banyak sekali bukti yang mengarah padanya juga ada kesaksian yang kuat maka Ning Dian menjadi tersangka utama.

"Saya akan menjemput Kay" ucap Azzam.

"Tidak perlu, sekarang Kay ada di rumah sakit! Tadinya Ummi sudah hubungi pihak polisi dan mereka bilang Kay dirawat di rumah sakit dari kemarin saat Azza sadar" ungkap Ummi Anna.

Ning Dian menggelengkan kepalanya, "Mas! Jangan tinggalin Dian, aku gak bersalah" racau wanita itu.

"Kamu bersalah Dian, kamu tega nuduh Kay. Saya tidak pernah berfikir akan menemukan perempuan seperti kamu" ucap Azzam melepaskan tangan Ning Dian yang memegang tangan nya.

"Enggak! Dian gak salah! Dian lakuin itu karena mau jadi istri satu-satunya buat kamu!" desak Ning Dian mengguncang lengan Azzam yang masih berstatus sebagai suaminya itu.

"Perempuan itu pasti udah mati! Obat itu pasti sangat ampuh!" ucap Ning Dian kemudian tertawa.

"Apa maksud kamu" tanya Gus Azzam menatap lekat istri keduanya.

"Aku sengaja kasih obat tradisional buat penggugur kandungan di dalam makanan yang Bunda Mira bawa untuknya, dia dan anaknya pasti sudah mati! Aku yakin itu" Ning Dian tersenyum smirk sebelum..

Plak

Bukan Azzam, melainkan Ummi Anna. Terlihat tangan putra bungsu Ummi Anna itu yang sudah terkepal kuat tapi tidak akan berani menampar seorang perempuan, maka dari itu Ummi Anna yang mewakilkan.

"Ummi sakit" rintih Ning Dian memegangi perutnya, Ummi Santi mendekat ke arah putrinya yang kesakitan. Tamparan Ummi Anna tidak main-main sampai Ning Dian terduduk di lantai.

"Anna! Kau keterlaluan!" desis Ummi Santi.

"Anakmu yang keterlaluan Santi! Azzam cepat talak wanita itu sekarang juga" Ummi Anna menatap sang putra dengan wajah yang sudah berderai air mata.

Azzam memejamkan matanya sejenak, kemudian menatap Ning Dian yang kini sudah berdiri di hadapannya. "Bismillahirrahmanirrahim, Diandra Nala Syifa aku talak engkau sekarang juga"

Bagai tersambar petir di siang bolong Ning Dian menggelengkan kepalanya tak terima.

"Tidak! Dian gamau, Gus Azzam tetap suami Dian! " sentak Ning Dian, bahkan tak lagi merasakan keram pada perutnya.

"Kamu tidak memikirkan anak kita? Ini anak kamu mas" tunjuk Ning Dian pada perutnya. Azzam terdiam sebentar lalu kembali menatap datar mantan? Istrinya itu.

"Jika kamu tidak mau merawatnya, berikan sama saya" ucapnya tenang.

"ENGGAK!!!" teriak Ning Dian sambil memberontak kala dua orang polisi wanita memegang tangannya untuk di bawa ke sel tahanan.

Kini rintihan kesakitan dari mulut Ning Dian kembali terdengar, terlihat darah segar mengalir di betisnya. Azzam dan lainnya yang terkejut melihat itu langsung melarikan Ning Dian ke rumah sakit.

Setelah sampai di rumah sakit, dokter langsung mengatakan pada Azzam bahwa janin tujuh bulan itu harus segera dikeluarkan. Tak punya pilihan lain Azzam segera menyetujuinya. Azzam, Ummi Anna, Abi Hanan juga Ummi Santi sekarang tengah duduk di kursi tunggu depan ruang operasi.

Hampir dua jam menunggu, mereka mendengar tangisan bayi di dalam sana. Azzam terdiam mendengar suara tangisan bayi itu, anaknya bersama Ning Dian telah lahir di dunia. Tak lama dokter yang menangani Ning Dian keluar dari ruangan, masih lengkap dengan baju operasi nya.

"Maaf, kami tidak bisa menyelamatkan ibunya. Bayinya selamat tapi dalam keadaan prematur, kami akan segera melakukan yang terbaik agar bayinya sehat" ujar sang dokter mampu membuat Ummi Santi melemas.

"Tidak! Putriku pasti hanya tertidur dokter!" bentak Ummi Santi tak terima jika anaknya dinyatakan meninggal.

"Maaf, dari jauh hari saya sudah mengatakan pada pasien Diandra untuk menjalani operasi kuret karena kondisi rahimnya yang lemah tetapi ia kekeuh ingin mempertahankan bayinya, akhirnya begini, ibu harus ikhlas" ujar sang dokter.

"Ya Allah" panik Ummi Anna ketika Ummi Santi yang tiba-tiba jatuh tak sadarkan diri. Azzam membantu membawa Ummi Santi ke dalam untuk di periksa. Setelah itu Azzam di bawa dokter ke tempat khusus bayi prematur tempat anaknya berada.

Azzam terdiam menatap wajah bayi mungil yang tertidur di dalam inkubator, bahkan badan bayi itu sudah terpasang beberapa alat khusus seperti alat deteksi detak jantung dan lainnya. Azzam yang sudah lengkap dengan pakaian medis, diperbolehkan untuk menggendong sang bayi sebentar.

Azzam tersenyum tipis, bayinya ini ternyata berjenis kelamin laki-laki. Azzam sedikit menjauh lalu mengumandangkan adzan tepat di telinga kiri sang bayi. Air matanya tanpa sengaja menetes saat sudah selesai mengumandangkan adzan pada anaknya.

"Sekarang kamu hanya punya ayah, InshaAllah Bunda Kayna akan menjadi ibu yang baik buat kamu" bisik Azzam pelan kemudian mengembalikan bayi mungil itu kepada dokter untuk diletakkan kembali ke dalam inkubator.

Setelah selesai dengan anaknya, Azzam menghadiri proses pemakaman mantan istrinya yang dipenuhi oleh tangisan pilu mantan mertuanya. Ummi Anna yang kecewa dengan sikap Ummi Santi tetap ikut berdukacita atas meninggalnya ibu dari cucu pertamanya.

***

Keesokan harinya, Azzam ditemani oleh sang Ummi mendatangi rumah sakit dimana Kay dirawat. Dari jauh Azzam melihat istrinya yang digandeng oleh sang Bunda dengan masih membawa perut buncitnya. Azzam lega karena ucapan Ning Dian kemarin tidak benar adanya.

"Cucu Ummi masih ada nak" ucap Ummi Anna bahagia, Azzam tersenyum sambil mengangguk. Keduanya memberanikan diri untuk mendekat.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumusalam"

Kay terdiam ketika melihat siapa yang datang, "Kamu gak kangen sama saya?" Azzam mengembangkan senyum tipisnya yang hanya dibalas tatapan datar oleh sang istri.

Bunda Mira yang paham akan tatapan Ummi Anna mengusap punggung Kay sambil tersenyum, "Bicarakan dulu ya" ucap Bunda Mira kemudian pergi menjauh bersama Ummi Anna untuk memberikan waktu berdua untuk anak-anak mereka.

"Sini" Azzam meraih jari jemari Kay untuk ia genggam, syukurnya Kay tidak menolak. Azzam mendudukkan dirinya di kursi yang tersedia, kemudian mendudukkan istrinya di atas pangkuannya.

"Hallo anak Ayah" bisik Azzam di depan perut Kay sambil mengelus perut buncit itu.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Azzam menatap wajah Kay yang sedikit pucat.

"Aku baik-baik saja" balas Kay.

"Maafkan aku, selama ini aku tidak percaya padamu" ucap Azzam menyesal karena telah tidak mempercayai istri nya sampai harus mendekam di penjara selama lima bulan.

"Aku tahu kau tidak akan semudah itu memaafkan ku, tapi aku akan selalu menunggumu bisa memaafkan ku"





















TBC.

Cieee udah balik nih...

Inget judulnya guys.

Tapi masih bisa dipertanyakan, sad end or happy?

See you next part!

Votemen juga jangan lupa lohh, agak greget cuman baca aja tapi gak pencet bintang 🙄

Bantu promosi juga boleh hhe mksih

Kay untuk Azzam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang