28.

3.7K 90 0
                                    

"Kay...

"Aku kangen banget sama kamu" Azza memeluk erat tubuh Kay begitupun sebaliknya. Perempuan itu sudah sampai di rumah suaminya dan langsung disambut oleh Azza.

"Iya aku juga za, gimana kabar kamu?" tanya Kay melepaskan pelukannya.

"Baik kok, gak nyangka deh bentar lagi mau punya Ade bayi" sergah Azza senang, mengusap perut Kay gemas.

"Azza, biarkan Kay duduk dulu. Sini nak" ujar Umi Anna tersenyum hangat, ia begitu bahagia mendengar Kay tengah mengandung calon cucunya. Kay menurut saja, Umi Anna juga menyuruh Azzam untuk duduk di samping istrinya. Meletakkan tangan kekar anaknya tepat di perut menantunya.

"Umi senang nak, Kay mau kembali. Maafkan kesalahan Umi yang sudah berlalu, berbahagialah dengan anak Umi" ucap Umi Anna tulus, Kay tidak memasang ekspresi wajah apapun.

"Bagaimana mungkin Kay bahagia dengan Gus Azzam jika masih ada orang lain disini" tukas Kay menyindir, awal pernikahan ia sudah mengingatkan bukan untuk tidak dipoligami jadi tak apa jika Kay bertindak kesal pada madunya.

"Umi tahu, terima pelan-pelan ya?" alis Kay terangkat sebelah, menerima? Kay tidak seperti seorang istri di sebuah film yang terima begitu saja dan hanya bisa menangis.

"Bukankah seharusnya poligami itu harus ada izin dari istri pertama? Mengapa Gus Azzam langsung menikah dengan perempuan itu" balas Kay, sementara Azzam terlihat asik mengelus perut istrinya dan hanya diam mendengarkan.

"Ahh, lebih baik tidak usah dibahas. Berduaan saja dengan suamimu, Azzam pasti sangat rindu" alih Umi Anna kemudian berdiri dan berjalan menuju kamarnya.

"Umi benar, saya sangat rindu padamu" ucap Azzam mengecup pipi sang istri, Azza yang melihat memasang wajah datarnya sambil menaikan sebelah alis.

"Giliran gini, nempel terus. Kek ga ada dosa" ketus Azza, ia melihat Ning Dian yang berjalan ke arah mereka.

"Kay, ini susu buat kamu" Ning Dian menaruh segelas susu hangat di atas meja, ia tersenyum menatap kedua manusia di depannya.

"Jangan Kay, pasti ada racunnya di dalamnya" celetuk Azza.

"Astaghfirullah Azza, aku ga mungkin begitu" bantah Ning Dian dengan alis yang hampir menyatu.

"Siapa tau, Lo kan obses. Padahal elo yang pelakor tapi berlagak sok paling tersakiti di bumi ini" sahut Azza.

"Azza" tegur Azzam, jika dibiarkan mulut Azza pasti akan lebih pedas.

"Kenapa bang? Mau belain dia? Bodoh dong Kay mau balik ke Abang" Azzam menghela nafasnya kasar mendengar ucapan Azza barusan.

"Di keluarga kita tidak pernah mengajarkan untuk tidak bisa menjaga lisan" marah Azzam.

"Maaf, habisnya dia terlalu kotor sampai mulut Azza gak terkontrol" balas Azza merendahkan nada bicaranya.

"Udah Gus, Dian gapapa" lerai Ning Dian, Kay diam saja dengan drama di rumah ini.

"Lihat, Dian tidak punya masalah denganmu. Jaga lisan mu" ucap Azzam.

"Hm" balas Azza, matanya melirik tajam ke arah Ning Dian.

"Udah sore, Mas mau mandi?" tanya Ning Dian menatap Azzam tanpa memperdulikan ada Kay di sebelah laki-laki itu, hati Kay terasa terbakar mendengarnya.

"Nanti, saya mau sama Kay dulu" tolak Azzam memeluk Kay dari samping.

"Udah disuruh istrimu Gus, ngapain sama saya" ucap Kay, "Kamu istri saya" jawab Azzam menatap wajah istrinya dari dekat, Azzam tidak tahu cara untuk menebus semua yang terjadi selama ini.

Kay untuk Azzam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang