13.

4.3K 117 0
                                    

Tiga bulan sudah Kay berada di pesantren, perubahan sikap pada dirinya juga semakin menonjol. Tak sampai dua bulan lagi Kay akan selesai pada masa santrinya, atau bisa dikatakan selesai pada masa SMA nya.

"Kita bakal pisah sebentar lagi" sendu Aira menatap keempat temannya bergantian, mereka duduk melingkar di lantai asrama mereka.

"Ayo kita cerita mau kemana kita habis lulus dari pesantren" ucap Aira bersemangat.

"Kalo aku kayaknya mau lanjut kuliah di UIN" ujar Aira.

"Aku juga bakal kuliah di Mesir nyusul Abang aku" sambung Azza.

"Aku gatau deh mau kemana, gak kemana-mana kayaknya. Kalo enggak bantuin ibu nerusin butik" sahut Chayra, yang kenyataannya memang ibunya adalah seorang desainer.

"Haura gimana?" tanya Aira.

"Eum, aku dijodohin sama orang tua aku" jawabnya, Kay reflek menoleh pada satu sahabatnya itu.

"Wah, terus gimana. Kamu mau?" seru Chayra.

"Sebenarnya gamau tapi demi orang tua, aku akhirnya mau aja" sahut Haura.

"Berbakti pada orang tua" kekeh Azza.

"Gapapa, berarti Haura udah ada jodohnya" ucap Kay.

"Iya, kalo kamu gimana?"

"Impian aku, masuk ke Universitas Taruna, terus ikut tes kesehatan buat masuk ke TNI angkatan laut" jawab Kay jujur, dalam hatinya tersenyum miris. Impian itu sudah lama hancur karena perjodohan yang orang tuanya inginkan. Bahkan jika ia tidak mengonsumsi obat penunda kehamilan pasti sudah lama tumbuh kehidupan dalam rahimnya.

"Bagus banget impian kamu, semoga tercapai deh" kata Aira tersenyum.

"Gaakan bisa" gumam Kay menundukkan kepalanya. Azza yang mengerti hanya diam saja, Universitas Taruna hanya berlaku untuk orang yang belum berstatus menikah. Kecuali Kay sudah mengikuti latihan militer beberapa tahun terakhir, maka bisa masuk ke militer tanpa perantara Universitas Taruna. Namun Kay sudah mengubur impian itu dalam-dalam.

"Siang ini kita mau rayain ulang tahun pesantren yang ke delapan kan" ucap Aira.

"Iya, wali santri diundang semua. Ga sabar mau ketemu ayah ibu hehe" sahut Chayra cengengesan.

"Yah, kedua orang tua aku gabisa dateng " sedih Azza.

"Loh? Kenapa za" tanya Chayra.

"Mereka lagi di Mesir, nyusul Abang aku yang sebentar lagi mau wisuda" jelas Azza.

"Berarti nanti kamu ke sana, Abang kamu lanjut S2 ya?" Azza mengangguk mengiyakan pertanyaan Aira.

"Yaudah, udah jam sembilan nih. Siap-siap aja yuk" kelimanya pun bersiap-siap untuk menghadiri acara ke delapan tahun pesantren.

Mereka berjalan menuju kursi yang sudah disediakan, beberapa acara yaitu pembukaan, kata sambutan, pentas bela diri yang ditampilkan oleh santri putra, doa' dan terakhir penutupan. Acara penutupan ini diiringi dengan makan-makan bersama.

Semua santri sibuk dengan kedua orang tua mereka, Kay pun kini berada di Ndalem bersama kedua orang tuanya, Azzam dan mertuanya. Bahkan ada Umi Santi dan anaknya yaitu Ning Dian, serta Azza yang juga ada disana. Kay pun bingung kenapa Azza bisa bergabung bersama mereka.

"Bunda, kok bisa Azza disini" bisik Kay pada bundanya.

"Loh kamu gatau?" ucap Bunda Mira. Kay mengangguk saja.

"Azza itu adik sepupunya Azzam" Kay melototkan matanya tak percaya. "Masa sih Bun" sahut Kay.

"Iya sayang, Azza itu anaknya adik Abi mertua kamu" jelas Bunda Mira, Kay mengangguk mengerti. Ternyata selama ini ia bersahabat dengan sepupu suaminya sendiri.

"Kay, buatin minum gih buat suami kamu " perintah Bunda Mira, Kay mengangguk patuh dan pergi ke dapur.

"Umi, Dian mau ke toilet sebentar " pamit Ning Dian kemudian berlalu pergi menuju kamar mandi yang berada di dapur. Perempuan itu melihat Kay, ia mendekat dan tidak sengaja menabrak Kay yang tengah membawa nampan berisi teh panas.

"Aws!" teriak Ning Dian, saat teh panas itu tumpah mengenai tangannya.

"Eh? Ning Dian gapapa?" panik Kay, tangannya juga kena tapi melihat Ning Dian kesakitan membuat Kay tidak memperhatikan kondisi dirinya sendiri.

"Pergi!" usir Ning Dian, Kay mundur beberapa langkah.

"Dian!? Ada apa" panik Umi Santi, orang yang tadinya berada di ruang tamu kini datang ke dapur mendengar teriakan Ning Dian.

"Ya Allah kenapa nak" cemas Umi Santi kemudian membasuh luka Ning Dian yang melepuh.

"Kay? apa yang terjadi" tanya Bilal menatap Putrinya.

"Tadi--

"Kay sengaja siram Dian pakek teh, karena tadi Dian bilang kalo Gus Azzam gasuka teh" cela Ning Dian, Kay menatap tak percaya perempuan itu.

"Ya Allah Kay, minta maaf " perintah Azzam.

"Ga gitu Gus, Ning Dian kenapa bohong?" bela Kay menatap Ning Dian dengan dahi yang berkerut.

"Untuk apa saya berbohong, tidak ada untungnya!" sungut Ning Dian, wajahnya masih menampilkan wajah kesakitan.

"Kay, minta maaf" perintah Gus Azzam sekali lagi, Kay tersenyum miris menatap suaminya. Setidak percaya itu Azzam pada dirinya, "Sakit Umi" ucap Ning Dian pura-pura menangis.

"Obati dulu Umi, nanti tambah melepuh" ucap Azzam menatap khawatir pada Ning Dian. Azza yang tidak percaya dengan omongan Ning Dian mendekat pada Kay dan memegang tangan sahabatnya.

"Aku gak lakuin itu za" gumam Kay menundukkan kepalanya. "Aku percaya kok" sahut Azza tersenyum.

"Kay, minta maaf sama Ning Dian" kini Umi Anna yang bicara, Kay mendongak. Mertuanya itu ternyata juga tidak percaya padanya, "Baik. Ning Dian Kay minta maaf" ucap Kay menahan diri agar tidak menangis.

"Iya, aku maafin kok" jawab Ning Dian tersenyum, begitupun Umi Santi tak mempermasalahkan lebih lanjut.

"Alhamdulillah, untung Ning Dian pemaaf" sergah Umi Anna.

"Yasudah, kami pamit pulang dulu. Dian nya diobati dirumah saja" pamit Umi Santi.

"Azzam, antar Umi Santi dan Ning Dian pulang. Sebagai permintaan maaf juga untuk istri kamu" ucap Umi Anna langsung di laksanakan oleh Gus Azzam.

"Nak, lain kali jangan diulangi seperti tadi" nasehat Bilal hati-hati, ia pun jadi merasa tak enak karena anak Umi Santi terluka akibat ulah anaknya.

"Gapapa Bilal, Kay mungkin cemburu Dian lebih tau tentang Azzam daripada Kay" sahut Abi Hanan tertawa pelan.

"Abi, jangan ngomong gitu" sergah Azza menatap Abi Hanan.

"Bercanda nak, yasudah kami ke depan dulu. Abi sama Umi juga sebentar lagi mau pulang" jawab Abi Hanan tersenyum, para orang tua itu pun kembali ke ruang tamu.

"Kay, kamu gapapa kan?" cemas Azza saat melihat Kay yang sedikit pucat, Kay hanya menggelengkan kepalanya.

"Aku ke asrama dulu, kamu disini aja" ucap Kay, Azza menolak tapi Kay bersikeras akhirnya Azza pasrah membiarkan Kay pergi ke asrama sendirian.

Diperjalanan menuju asrama cukup sepi karena semua orang masih berada di aula tempat acara diadakan. Kay tak bisa menahan air matanya, kenapa Ning Dian bisa berbohong dan semua orang membelanya sampai tidak ada yang percaya pada dirinya.

"Gus Azzam jahat" gumam Kay menghapus air mata di pipinya.







TBC.

Kesel gak?
Enggak dong masa iya hhh

Sorry kalo kurang ngefeel, di part selanjutnya akan lebih baik.

Vote komen guys

See you next part!

Kay untuk Azzam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang