Paginya, Azzam sudah siap untuk menempuh perjalanan ke Kairo. Semalam, Azzam sudah membicarakan hal ini pada Kay dan istrinya itu mengizinkan karena Azzam kesana untuk menuntaskan pendidikan nya yang sempat tertunda waktu itu.
"Saya bakal rindu sama kamu" ucap Azzam mengerucutkan bibirnya menatap sang istri, Azzam menangkup kedua pipi istrinya kemudian mencium kening dan pipi Kay.
"Gus, hati-hati di jalan" peringat Kay, ia juga sedikit was-was karena Azzam pergi ke sana bersama Ning Dian.
"Iyaa sayang, saya pergi" pamitnya.
"Assalamualaikum"
"Waalaikumusalam" gumam Kay menatap punggung suaminya yang masuk ke dalam mobil menuju bandara. Disusul Ning Dian, perempuan itu berhenti dan mendekat. "Suami kamu pergi sama saya" bisiknya, Kay mengerutkan keningnya menatap Ning Dian yang tersenyum remeh lalu tak terlihat lagi saat ia masuk ke dalam mobil yang sama dengan suaminya. Mobil itu pun menuju ke bandara.
"Yah, ditinggal suami" ucap Azza memeluk Kay dari samping.
"Gapapa, cuma empat bulan kok. Nanti pas Gus Azzam pulang, udah sama-sama selesai pendidikan nya" balas Kay tersenyum.
"Iya ya, semoga sahabat aku selalu bahagia. Amin" ucap Azza memeluk Kay lebih erat. Mereka hanya berdua karena tiga teman lainnya tak bisa untuk ikut, alasannya karena mereka tidak tau tentang Kay dan Azzam. Berakhir hanya Azza yang boleh menemani Kay.
"Makasih za" gumam Kay.
....
Dua bulan berlalu, Kay merasa pesantren terasa sepi karena tidak ada suaminya disana. Biasanya saat shalat ke masjid, yang paling ingin ia lihat adalah suaminya. Sekarang Kay sudah menumpuk rindu pada suaminya itu, cinta perlahan tumbuh di hatinya secara perlahan. Semakin mendekati kelulusan pesantren lebih banyak bersantai akhir-akhir ini. Seminggu lagi adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh kebanyakan santri, yaitu hari kelulusan.
Sekarang pun, Kay duduk di kursi yang berada di halaman depan pesantren yang luas. Teman-temannya bermain mengejar-ngejar kupu-kupu, siapa yang bisa menangkap kupu-kupu akan diberikan banyak coklat. Kay yang tengah malas hanya melihat teman-teman berlari-lari kecil mengejar kupu-kupu.
"Ujung-ujungnya jatoh, liat aja" teriak Kay tertawa, benar saja Aira terjatuh dan disusul oleh Chayra yang tersandung badan Aira. Suara tertawa mereka terdengar sehalaman, Haura senang hati menolong kedua temannya tapi tidak dengan Azza. Gadis itu hanya tertawa terbahak-bahak tanpa berniat membantu.
"Temen-temen, udah yuk. Capek nih" panggil Kay menopang kepalanya menggunakan sebelah tangannya, keempat temannya mengangguk kemudian kelimanya berjalan sambil bercanda menuju asramanya.
"Eh udah mau Dzuhur" celetuk Azza melihat jam tangannya.
"Aku santai, lagi datang bulan" seru Aira memasang wajah tengilnya.
"Iiss, aku mah udah" sahut Haura.
"Kita juga udah, ya kan za" sungut Chayra yang memang jadwal datang bulannya sama dengan Azza, gadis itu mengangguk mengiyakan.
"Kay juga udah kayaknya" ucap Azza menaikan kedua alisnya menatap Kay, sedangkan Kay mengingat-ingat. Ia mengangguk ragu, "Nah, berarti kamu yang telat" semprot Chayra.
"Biarin" cuek Aira.
"Ngapain juga bahas itu sih, malu tau denger orang" sergah Kay melihat sekeliling.
"It's okay " santai Aira.
Gadis itu tinggal sendirian di asrama dan keempat temannya pergi ke masjid untuk shalat Dzuhur, Kay melamun saat orang-orang mendengarkan adzan dengan seksama. Pikirannya melayang pada pembicaraan mereka tadi, sebetulnya Kay sudah telat datang bulan bahkan sudah dua bulan.
"Gimana ya" gumam Kay, sejujurnya ia panik tapi ingin beritahu pada siapa. Kay ragu untuk memberitahu pada teman-temannya, akhirnya ia diam sampai sekarang.
"Oh iya! Obat itu" jantungnya berpacu lebih cepat, setelah shalat Dzuhur Kay segera kembali ke asrama. Dilihatnya Aira yang tertidur, Kay mencari-cari botol kecil yang ia simpan dan tidak ia konsumsi dua bulan terakhir. Ketemu! Kay menatap tanggal expired nya, sayangnya obat itu sudah tidak bisa dikonsumsi. Obat itu sengaja ia beli sebelum Kay masuk ke pesantren, untuk berjaga-jaga agar tidak kelepasan.
Tapi sekarang, Kay lupa untuk meminum obat itu sampai expired. "Ya Allah, jangan dulu. Kay belum siap" panik Kay, matanya berkaca-kaca, dirinya harus apa sekarang.
"Hari ini jadwal Aira yang ke pasar, Alhamdulillah ya Allah" Kay melirik Aira, ia bisa meminta agar digantikan Kay saja yang ke pasar bersama ustadzah Yolan.
"Assalamualaikum"
"Waalaikumusalam" gumam Kay, ketiga temannya masuk ke asrama bersama ustadzah Yolan.
"Loh? Aira bangun, temani saya ke pasar" ucap ustadzah Yolan mengguncang pelan tubuh Aira tapi gadis itu sangat nyenyak.
"Sama Kay aja ustadzah, lagi pengen keluar juga" kata Kay menawarkan diri. Ustadzah Yolan berfikir sejenak dan pada akhirnya mengangguk, "Baiklah, ayo. Nanti pas jadwal kamu Aira yang gantiin" Kay mengangguk mengerti, keduanya pun pergi ke pasar yang tak jauh dari pesantren.
Ustadzah Yolan berkeliling ke tempat perikan-ikanan, sedangkan Kay memilih mengelilingi tempat sayur-sayuran. Kay melihat ustadzah Yolan yang sudah tak terlihat, Kay belanja terlebih dahulu dan menitipkan belanjaan nya pada salah satu ibu-ibu penjual sayur. Kay mendatangi apotek K-24 di seberang pasar sebelah kiri.
"Mba, saya beli alat tes kehamilan yang benar-benar akurat" ucap Kay pada penjaga apotek, Kay disuguhkan tiga macam alat tes kehamilan dan tanpa berfikir panjang Kay membeli ketiganya. Sesegera mungkin Kay kembali ke pasar dan mengambil belanjaannya, saking takutnya badan perempuan itu dingin tanpa keringat.
"Kay!"
"I-iya ustadzah" sahut Kay menyusul ustadzah Yolan yang sudah selesai berbelanja, keduanya pun pulang ke pesantren. Sesampainya di sana, Kay kembali ke asrama yang sudah tidak ada orang di dalamnya. Teman-temannya mungkin sudah pergi mengaji kecuali Aira yang masih tertidur.
Kay memanfaatkan situasi untuk pergi ke toilet, Kay membaca arahan dari bungkus testpack. Dan mencobanya, badannya menegang setelah lima menit hasilnya muncul. Dua garis biru, bahkan tertulis disana bahwa usia kandungannya sudah dua bulan.
"Enggak" shock Kay, Kay memasukan alat tes kehamilan itu ke dalam saku gamisnya. Kay meneteskan air matanya, kecerobohan nya yang tidak meminum obat pencegah kehamilan berakhir fatal. Kehidupan sudah tumbuh di dalam rahimnya, Ia serasa hamil diluar nikah padahal wajar jika ia hamil karena Kay punya suami.
Tapi rasa takut menghantui pikiran nya, Kay takut semua orang tau ia hamil dan beranggapan bahwa Kay hamil diluar nikah. "Mungkin obat itu masih bisa" Kay mengeluarkan botol obat tadi dari saku gamisnya, Kay menelan semua obatnya tanpa air.
Huek
Kay terduduk di dekat closed dan memuntahkan obat-obat tadi, mulutnya sedikit berbusa akibat overdosis. Kay menangis tanpa suara di dalam sana, rasa belum siap dan ketakutan bercampur menjadi satu. Kay seperti sudah kehilangan akal menghadapi kenyataan ini.
TBC.
Kay shock guys!
Gimana menurut kalian, wajar gak Kay sampe shock banget gitu
See you next part!
KAMU SEDANG MEMBACA
Kay untuk Azzam
General Fiction"Pulang, atau saya nikahin kamu sekarang juga." _Azzam ﹏ 。﹏ Azzam Afkara Syabil, laki-laki tampan berstatus sebagai Gus di sebuah pesantren ternama. Berawal dari pertemuan pertama dengan seorang gadis cantik di masjid, pertemuan pertama itu membuat...