31.

3.4K 93 2
                                    

Di kediaman keluarga Ayah Bilal, Kay merasa nyaman di rumah ini. Ia begitu merindukan suasana di rumahnya, pikirannya menelaah semua kenangan masa SMA nya dulu. Tiap pagi membantu Bunda Mira memasak, dan bermain bersama teman-temannya saat di sekolah. Jangan lupakan juga cinta yang pernah hadir saat ia SMA.

Motor kekar kesayangannya pun masih terparkir rapi di garasi, Kay akan memberikan motor itu pada anaknya suatu hari nanti. Kay akan hidup tenang dengan anaknya, membesarkan anaknya sendiri dengan penuh kasih sayang.

"Diva apa kabar ya" gumamnya.

"Avin, dan Alden" lanjut Kay mengingat ketiga sahabatnya.

"Sayang? Ini susunya minum dulu" Bunda Mira duduk di samping Kay memberikan segelas susu hangat, Kay menerimanya dan langsung meminumnya.

"Bunda?"

"Iya sayang"

"Teman-teman Kay ga ada yang nyariin Kay kesini?" tanya perempuan itu, Bunda Mira teringat sesuatu. Ia melirik sebuah pot bunga cantik yang berjejer rapi di halaman samping rumahnya dari jendela yang terbuka. Kay menatap ke arah tatapan sang Bunda, matanya berbinar melihat aneka warna bunga mawar juga bunga tulip?

"Bunda, sejak kapan Bunda punya kebun bunga" tanya Kay kagum, ia tertarik dengan bunga tulip putih yang tertanam subur.

"Bunda hanya menanamnya, Kay. Tapi bunga nya bukan punya bunda" jawaban Bunda Mira membuat alis Kay berkerut.

"Loh? Terus siapa" heran Kay, jika bukanlah Bunda nya siapa lagi?

"Dulu, ada seseorang yang selalu datang kesini cariin kamu sambil bawa bunga. Dia bilang, tanam semua bunga pemberiannya sampai kamu kembali dan bisa menerima bunga yang dia berikan" terang Bunda Mira menatap lama wajah putrinya.

"Siapa bunda"

"Dan bunga tulip putih itu, pemberian terakhirnya yang ia bawa dari luar negeri untukmu" lanjut Bunda Mira mengindahkan pertanyaan Kay.

"Siapa dia" tanya Kay lagi.

"Avin"

Kay terdiam, selama ini Avin yang mencari dirinya sambil membawa bunga. Dirinya sudah lama tak melihat sahabatnya itu, terakhir bertemu laki-laki itu saat hari dimana ia terakhir sekolah.

"Apa dia tidak lagi kesini?" Kay menatap teduh mata sang Bunda.

"Tidak"

"Kenapa?"

"Dua bulan yang lalu, saat ia kesini membawa Bunga Tulip. Avin memakai baju rumah sakit, tersenyum manis sambil membawa tiga tangkai bunga tulip berbeda warna tapi hanya bunga'tulip putih yang berhasil hidup" ucap Bunda Mira menjeda kalimatnya.

"Dari situ Bunda tahu nak, Avin rela mengantarkan bunga itu sendiri tanpa menyuruh orang lain walau keadaan nya sangat lemah waktu itu.

"Avin, kamu bisa memberikannya lain kali jika masih sakit" Bunda Mira menatap Avin yang tersenyum lebar ke arahnya.

"Avin tidak punya banyak waktu, Bunda. Avin takut tidak sempat untuk memberikannya, tolong tanam bunga tulip ini. Setidaknya biarkan bunga-bunga itu hidup sebagai penghormatan terakhir dari Avin" laki-laki itu memberikan tiga tangkai bunga tulip berbeda warna, Bunda Mira menerimanya tanpa berbicara apapun.

"Avin titip rindu buat Kay ya?, semua Bunga yang Avin berikan sebagai tanda cinta dan rindu Avin yang menyatu dalam bunga itu. Setelah ini mungkin Avin ga akan pernah kesini lagi" bibir pucat itu berkata dengan tulus dari hatinya.

"Bunda akan berikan bunga ini saat Bunda sudah berhasil menemukan Kay"

"Hehe, iya Bunda." balas Avin terkekeh pelan.

Kay untuk Azzam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang