"Lo!?"
Kay menatap kedua orang tuanya bergantian, "Kenapa Kay? Kamu kenal sama Azzam?" tanya Umi Anna, Kay beralih menatap Umi Anna. Matanya seakan meminta penjelasan, "Azzam anak Umi sama Abi, dia yang akan menjadi suami kamu" jelas Abi Hanan.
"Gak mungkin" Kay menggelengkan kepalanya, ia tidak suka dengan laki-laki di depannya ini. Sudah berapa kali mereka bertemu dan Azzam selalu saja membuat suasana hati Kay buruk.
"Apa yang tidak mungkin, saya takdir kamu dan kamu adalah takdir saya" sungut Azzam, Bilal tersenyum mendengar ucapan Azzam. "Gue mau bicara" singkat Kay, gadis itu pergi mendahului menuju halaman depan rumahnya.
"Susul Zam" Azzam mengangguk patuh pada perintah Abinya, Azzam mengikuti langkah Kay dari belakang.
"Kamu mau pendekatan dulu sama saya?" tanya Azzam tiba-tiba, bahkan Kay belum bicara apapun. "Gak, gue mau lo batalin perjodohan konyol ini. Gue gasuka sama sekali dan gue gamau jadi istri lo" ucap Kay to the point.
"Alasannya?"
"Gue udah punya pacar, sepuluh malahan" jawab Kay asal, meskipun ia anak bebas tapi ia selama ini tidak pernah berpacaran , ia hanya ingin mencoba menghasut Azzam agar mau membatalkan rencana perjodohan mereka.
"Jika saya adalah takdirmu, sepuluh pacarmu itu bisa apa?" sergah Azzam menggenggam tangannya di dalam saku bajunya, hatinya sedikit cemburu saat Kay mengatakan mempunyai sepuluh pacar.
"Bisa bunuh lu, mereka kan rame" sahut Kay menatap remeh Azzam.
"Dengar, turuti saja perkataan orang tua. Jangan menjadi anak durhaka!" tekan Azzam pada kata durhaka. Laki-laki itu masuk ke dalam menghiraukan perkataan Kay yang cukup menusuk hati dan telinga. Kata-kata kasar yang keluar dari mulut gadis itu, ingin sekali rasanya Azzam membungkam mulutnya menggunakan..
"Lo gak ngerti posisi gue!" ucap Kay. Gadis itu menyusul ke dalam, ternyata semuanya sudah duduk di sofa. Kay mengambil duduk di sebelah Mira.
"Baiklah, mumpung udah ngumpul, sampaikan niat baik kamu kesini Zam" Azzam mengangguk kemudian mengambil nafasnya kemudian ia hembuskan perlahan. Azzam menatap Bilal, "Saya, Azzam Afkara Syabil ingin melamar anak anda" to the point Azzam.
"Apa yang kamu punya hingga berani melamar anak saya" tanya Bilal.
"Saya sudah punya perusahaan sendiri dan saya juga punya penghasilan tambahan dari pesantren...
"Saya pastikan saya akan memenuhi kebutuhan Kay lahir dan batin" lanjutnya. Bilal mengangguk mengiyakan, sekarang giliran Azzam menyampaikan niatnya pada Kay.
"Kayna Nafeeza Moara, apa kamu bersedia menikah dengan saya?"
"Apa alasanmu ingin menikahi saya" tanya Kay, Kini raut wajahnya sangat dingin, Tidak seanggun sebelumnya.
"Saya berniat tulus dari hati saya dan tidak dipaksa oleh pihak manapun" jawab Azzam."Apa kamu yakin ingin menikahi ku?"
"Sangat yakin"
"Saya tidak bisa memasak" bohong Kay.
"Saya menikahimu untuk memberikan kebahagiaan bukan menjadikanmu sebagai pembantu di rumah saya" balas Azzam, pertanyaan Kay sedari tadi seperti menolak secara halus.
"Bagaimana jika saya tidak bersedia?"
"Saya akan tetap menikahimu, saya akan menunggu"
Kay menghela nafas kasar, ia seperti sudah kalah telak. "Baik, saya setuju" pasrah Kay pada akhirnya, orang tua yang ada disana mengucap syukur karena Kay setuju.
"Kay mau mahar apa nak?" tanya Umi Anna. "Yang tidak memberatkan dan juga tidak merendahkan Kay Umi" balas Kay.
"MasyaAllah"
"Abi punya kabar gembira, dari jauh hari Abi sama Ayah sudah mempersiapkan tanggal baik untuk pernikahan Azzam sama Kay ketika Kay udah setuju" ucap Abi Hanan, Azzam tersenyum menanggapi.
"Kapan bi? Umi tidak tau" tanya Umi Anna.
"Besok Umi, Abi sengaja tidak kasih tau Umi biar jadi kejutan. Begitupun Bilal " jelas Abi Hanan.
"Kay tidak keberatan kan nak?" Umi Anna mengusap bahu gadis itu, Kay hanya diam saja sedari tadi. Usaha membatalkan perjodohan itu sudah kandas, hilang bersama mimpi-mimpinya yang sudah hancur. Apalagi jika pernikahannya besok, ini terlalu cepat.
"Kay belum lulus Umi" sendu Kay, itulah yang daritadi mengganjal di hatinya.
"Kita akan merahasiakannya, gapapa kan Zam?" Umi Anna menatap putra bungsunya itu, Azzam mengangguk mengiyakan. "Tidak apa-apa Umi, lagipula Kay sebentar lagi akan menjadi santri di pondok pesantren kita" Azzam.
"Iyaa benar nak, Azzam bisa selalu awasi kamu disana. Walaupun Umi tidak tinggal di Ndalem melainkan hanya Abi dan pengurus pesantren yang lain yang tinggal disana, Umi inshallah akan sering berkunjung" jelas Umi Anna panjang lebar.
"Iya, baiklah Umi" putus Kay.
"Setelah pernikahan, kita akan langsung pindah ke rumah saya" kata Azzam menatap lekat Kay, kedua orang tua mereka kini sudah sibuk sendiri membahas mengenai pernikahan anak mereka.
"Hm"
"Terimakasih ya Allah, sudah lama hamba menunggu engkau menyatukan kami" batin Azzam.
"Kenapa lo liat-liat" ketus Kay melirik Azzam cukup tajam, "Saya yang punya mata, jadi terserah saya mau lihat apa saja"
"Terserah!" Kay beranjak dari sana, ia menuju ke halaman depan rumahnya yang terdapat kursi panjang disana. Kay duduk, tiba-tiba handphonenya berdering. Kay langsung mengangkat telfon dari Avin.
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"
"Kay, keluar yuk malam ini?" ajak Avin.
Kay terdiam sesaat, "Ada acara apa Vin?" sahutnya.
"Pokoknya spesial, mau gue jemput?"
"Gimana ya" gumam Kay menjauhkan handphonenya hingga suara Avin kembali terdengar.
"Lo pasti mau kan Kay, gue otw oke?"
"Yaudah gue siap-siap dulu"
"Okey, met malem cantik"
"Hm"
Tut
"Mau kemana" tanya Azzam, sedari tadi laki-laki itu sudah mendengar semuanya. "Bukan urusan lo" balas Kay, gadis itu pergi ke kamarnya untuk mengganti pakaiannya menggunakan pakaian seperti biasa saat ia pergi keluar bersama teman-temannya.
"Kay, mau kemana?" tanya Bilal melihat anaknya itu sudah berganti pakaian. "Mau keluar sama Avin" balas Kay dan langsung keluar rumah, disana sudah ada Avin. Kay menaiki motor besar Avin kemudian motor besar itu melaju ke tempat yang sudah disiapkan Avin.
"Azzam, kenapa kamu biarkan Kay keluar bersama laki-laki lain" sergah Abi Hanan. "Biarkan Abi, siapa tau ada hal penting " jawab Azzam, sebenarnya ia tidak akan mengizinkan tapi Kay tidak bisa dilarang.
"Nanti biar Ayah yang marahi" ucap Bilal, Azzam menggeleng. "Jangan Ayah, nanti Kay semakin tidak suka sama Azzam " ucap laki-laki itu. "Tapi nak, besok pernikahan kalian. Susul Kay ya?" ucap Mira.
"Yasudah, Azzam susul Kay sekarang " Azzam melepaskan peci yang ia pakai dan menaruhnya di meja, Azzam keluar. Ia menaiki mobilnya lalu segera menancap gas, sebelum Kay terlalu jauh Azzam pasti bisa menyusulnya.
"Kafe?" gumam Azzam ketika sudah sampai di tempat tujuan, laki-laki itu memarkirkan mobilnya sedikit jauh agar tidak ketahuan.
"Apa ini" ucap Azzam melihat sekeliling kafe yang sepertinya sudah di sewa seseorang dan dihiasi.
TBC.
Tim Azzam-Kay ?
Tim Avin-Kay?
See you next part!
KAMU SEDANG MEMBACA
Kay untuk Azzam
General Fiction"Pulang, atau saya nikahin kamu sekarang juga." _Azzam ﹏ 。﹏ Azzam Afkara Syabil, laki-laki tampan berstatus sebagai Gus di sebuah pesantren ternama. Berawal dari pertemuan pertama dengan seorang gadis cantik di masjid, pertemuan pertama itu membuat...