"Azzam..." lirih Bunda Mira, wajahnya sudah basah dengan air mata.
"Kay mana Abi" tanya Azzam, ya laki-laki itu adalah Azzam. Gus itu menatap Bunda Mira dan Umi nya bergantian.
"Bunda kenapa? Umi, Azzam bertanya dimana Kay, Azza?" laki-laki itu beralih menatap Azza dan teman-temannya.
"Kay kabur dari pesantren" dingin Azza, jika bukan karena mendengar berita jika Azzam akan menikah lagi mungkin Kay masih ada disini.
"Cepat cari putri saya! Gara-gara kamu anak saya pergi!" bentak Bilal mendorong bahu laki-laki itu penuh amarah. Azzam terdiam sejenak, akhirnya Azzam pergi keluar untuk mencari Kay. Mulai dari mengelilingi pesantren sampai mencari ke area luar pesantren bahkan cukup jauh namun tanda-tanda Kay tidak terlihat.
Azzam bertemu dengan Fathian di jalan, "Abang?" gumam Azzam, Fathian yang melihat adiknya segera mendekat.
"Jangan nyerah, cari sampai ketemu" ucap Fathian menepuk pundak adiknya.
"Istri Azzam kemana bang" gumam Azzam, pikirannya berkecamuk. Bagaimana jika Kay pergi sangat jauh dan Azzam tidak akan menemukannya, itu adalah ketakutan besar bagi Azzam.
"Berusaha Zam, Kay pergi karena Abi memberitahu padanya kalau kamu akan menikah lagi " balas Fathian menatap iba adiknya yang berantakan, untuk berkeliling sangat menguras tenaga. Apalagi Azzam yang baru sampai dari Kairo dan langsung pergi mencari keberadaan istrinya, ia tidak tahu harus menyalahkan siapa.
"Azzam tidak mau mempoligami Kay, sampai kapanpun saya gamau. Kenapa Abi bisa seenaknya saja" tukas Azzam melihat sekeliling berharap matanya bisa menangkap sosok Kay.
"Abi tidak sabar untuk punya cucu" jawab Fathian.
"Kay masih sekolah bang, sebentar lagi lulus. Abi bisa bersabar sebentar lagi" jawab Azzam pasrah, tubuhnya sudah lelah untuk mencari Kay.
"Jangan lemah, Kay pasti tidak pergi jauh" sergah Fathian menyemangati, Azzam mengangguk. Dirinya tidak akan membiarkan istrinya pergi meninggalkannya, sebelum kembali mencari keduanya menjalankan shalat Maghrib terlebih dahulu.
Disisi lain, keadaan Bunda Mira sangat memprihatinkan, wanita itu jatuh pingsan dan belum sadarkan diri sampai sekarang. Bahkan selalu bergumam menyebut nama Kay, Bilal seakan dunianya hancur melihat keadaan istrinya dan juga pikirannya tak luput dari Kay yang belum ditemukan.
"Bunda udah sadar?" Azza menggenggam erat tangan Bunda Mira sambil mengelusnya, wanita itu membuka matanya perlahan, menelisik sekitar mencari seseorang.
"Kay mana yah" tanyanya, Bilal mendekat dan Azza sedikit menjauh agar memudahkan Bilal. "Bunda istirahat dulu ya, Kay pasti ketemu" balas Bilal menyelimuti istrinya dengan selimut tapi Bunda Mira menolak dan langsung duduk.
"Mira, istirahat dulu" ucap Umi Anna tepat di samping Bunda Mira, wanita itu menatap Umi Anna tajam. Tangannya tergerak menjambak hijab Umi Anna bagian sanggulnya, tatapan benci dilayangkan pada Umi Anna.
"Mira lepaskan" sentak Abi Hanan berusaha melepaskan tangan Bunda Mira dari kepala istrinya.
"Gara-gara kamu! Kalian berdua penyebab putriku menghilang! Kembalikan putri ku!, Kami menyerahkan nya pada kalian secara baik-baik seharusnya kalian juga mengembalikannya secara baik-baik juga. Bukan seperti ini!" teriak Bunda Mira memenuhi isi kamar, Bunda Mira melepaskan jambakan nya kasar.
"Saya akan membunuhmu jika putriku tidak ditemukan" ancam Bunda Mira, matanya memerah akibat menangis. Bilal memeluk erat tubuh istrinya agar tenang, Bunda Mira menangis sejadi-jadinya di dalam pelukan sang suami.
"Mana putri kita yah" lirih Bunda Mira begitu sendu, tangannya memukul-mukul kecil dada suaminya. "Abi, ini semua gara-gara kita" ucap Umi Anna menahan air matanya, tak sanggup melihat keadaan sahabatnya yang terlihat begitu hancur.
"Tidak Umi, Kay yang kekanak-kanakan" jawab Abi Hanan.
"Tutup mulutmu! Kau tidak melihat kondisi istri saya hah!?" marah Bilal mendengar ucapan Abi Hanan barusan.
"Saya tidak mau tahu, kalian harus bisa menemukan anak saya jika tidak saya pastikan pesantren anda akan tutup selamanya!" ancam Bilal tak main-main, mendengar hal itu mata Abi Hanan membulat.
"Kedua anak saya sudah mencarinya" balas Abi Hanan, membuang nafasnya berat.
Sudah banyak keributan yang terjadi di sana, Bilal memutuskan untuk mencari hotel di dekat sana dan membawa istrinya menginap disana. Karena Bunda Mira sangat emosional bila melihat wajah Umi Anna dan Abi Hanan, bahkan Azzam sekalipun. Bilal khawatir istrinya akan stress jika terus begini, kini Bilal berdoa agar putrinya cepat ketemu.
Sedangkan di jalanan yang sedikit sepi, terlihat seorang perempuan yang berjalan tanpa arah. Matanya sembab, melihat sekeliling berharap ada seorang yang mau menolongnya. "Dimana ini" gumamnya.
Tin tin
"Kau mau mati hah!? Kenapa berjalan di tengah jalan" marah seorang pengemudi mobil yang hampir saja menabrak perempuan itu. "Maaf pak" balasnya, ketakutan.
"Kay mau kemana sekarang ya Allah, barang-barang Kay udah dirampok semua" monolog perempuan itu yang ternyata adalah Kay, tadi ia pergi karena tengah emosi saja dan sekarang Kay tidak tahu ada dimana. Daerah yang tidak dikenalinya, ia diculik berakhir dibuang kesini. Bahkan barang-barang yang ia bawa semuanya sudah diambil.
Merasa sudah lelah, Kay memilih untuk duduk di depan gerbang panti asuhan. Kakinya terasa ngilu karena sudah lama berjalan, "Aku cuma punya kamu sekarang" gumam Kay mengelus perutnya sendiri. Beberapa saat kemudian suara gerbang terbuka membuat Kay menoleh, wanita setengah paruh baya yang melihat dirinya langsung mempersilahkan Kay untuk masuk.
Kay bercerita pada ibu panti yang bernama ibu Suri, Kay bilang ia kabur dari rumah dan diculik lalu dibuang. Ibu Suri yang mendengar ceritanya merasa iba, akhirnya Kay diperbolehkan tinggal di panti asuhan untuk beberapa waktu. "Terimakasih ya Allah" batin Kay, bertemu dengan ibu Suri adalah suatu keberuntungan baginya.
"Naya, anter kakak ini ke kamar tamu ya" suruh ibu Suri pada anak kecil perempuan yang berusia enam tahun, bocah itu mengangguk sambil tersenyum lebar. Kay mengikuti langkah gadis kecil itu, "Ini kak kamarnya, baju kotornya langsung kasih ke Naya kak biar dicuci" pinta gadis itu.
"Baik, tunggu sebentar ya" Kay mengelus puncak kepala Naya sambil tersenyum hangat, perempuan itu segera membersihkan diri dan mengganti bajunya dengan baju yang sudah disiapkan oleh ibu Suri.
Naya menerima baju kotor Kay, tadinya Kay sendiri yang akan mencucinya tapi Naya memaksa akhirnya Kay tidak mempersoalkan. "Naya keluar dulu ya kak, selamat malam kakak cantik" gadis kecil itu melambaikan tangannya pada Kay dan keluar, Kay membalas dengan senyuman.
Kay merebahkan tubuhnya di kasur yang tidak terlalu lebar tapi lengkap dengan bantal guling, mengingat semua masalahnya mata cantik itu kembali di dibasahi dengan air mata. "Semua orang jahat" ucapnya memeluk erat guling itu.
"Kay rindu Gus Azzam, tapi Kay juga benci sama Gus Azzam" gumamnya dan pada akhirnya tertidur.
TBC.
Vote komen ya guys.
Kalo ada kata-kata yang salah mohon koreksinya, jangan langsung hujat.
Jika tidak suka dengan cerita saya, langsung tinggalkan 😊
See you next part readers
KAMU SEDANG MEMBACA
Kay untuk Azzam
General Fiction"Pulang, atau saya nikahin kamu sekarang juga." _Azzam ﹏ 。﹏ Azzam Afkara Syabil, laki-laki tampan berstatus sebagai Gus di sebuah pesantren ternama. Berawal dari pertemuan pertama dengan seorang gadis cantik di masjid, pertemuan pertama itu membuat...