17.

3.5K 89 0
                                    

"Kay, kamu gapapa kan" Azza duduk di samping Kay dan memegang lengan perempuan itu, Kay adalah tipe orang yang mudah kepikiran dan sekarang pikirannya penuh dengan masalah kehamilannya, bagaimana jika teman-temannya tau? Bagaimana jika semua santri disini tau? Bagaimana jika ia dikeluarkan dari pesantren untuk menghindari fitnah? Pertanyaan konyol bahkan respon buruk orang yang sama sekali tidak terjadi Kay bayangkan.

"Kay! Jangan ngelamun" sergah Azza, melambaikan tangan nya ke udara di depan wajah Kay.

"I-iya, kenapa za" sadar Kay dari lamunannya.

"Kamu yang kenapa Kay, bikin panik tau" seloroh Azza, ia sudah ketakutan jika Kay kerasukan ataupun semacam hal lain, Kay terkekeh pelan sambil menggeleng.

"Aku gapapa, sedikit gak enak badan aja" balas Kay.

"Kamu sakit? Ayo aku anterin ke Ndalem biar Umi Santi ajak berobat" ajak Azza, Kay menggeleng menolak.

"Bentar lagi juga sembuh kok" jawab Kay seadanya, saat ini Kay menginginkan Azzam tapi ia tahu suaminya itu masih punya dua bulan lagi di Kairo.

"Gus Azzam gak nelfon?" tanya Azza, mungkin Kay ada masalah dengan suaminya, pikir Azza.

"Semalem udah kok" bohong Kay, nyatanya selama dua bulan ini Kay tidak ada kabar dari suaminya bahkan tadi malam Kay mendatangi Abi Hanan di Ndalem untuk menelfon kan Azzam tetapi mertuanya itu bilang Azzam sedang tidak bisa dihubungi, saat Kay bertanya tentang Azzam pasti ada saja alasan yang diberikan padanya.

"Yaudah deh, istirahat ya. Biar nanti aku izinin ke ustadzah" Kay mengangguk, Azza membantu Kay untuk berbaring kemudian menyelimuti Kay dengan selimut.

"Gus, Kay mau ketemu sama Gus" gumam Kay pelan, saat Azza sudah pergi dari sana. Tangannya terulur ke bawah memegang perutnya yang mulai menonjol, pantas saja Kay merasa perutnya sedikit membesar dan keras tak seperti biasanya.

Kay baru saja ingin memejamkan matanya tapi suara dari luar langsung membuat Kay penasaran dan melihat keluar, Abi Hanan dan Umi Anna sangat rapi bahkan wajah Umi Anna terlihat bahagia. "Assalamualaikum" salam Kay, perempuan itu memberanikan diri untuk mendekat.

"Waalaikumusalam, kenapa kamu ada disini Kay" tanya Abi Hanan menatap Kay sambil menaikan sebelah alisnya.

"Kay sakit Abi, jadi izin gak ikut pelajaran" balas Kay tersenyum tipis.

"Ohh" Abi Hanan melirik jam di layar ponselnya, lalu beralih menatap istrinya.

"Mumpung masih disini, Umi sama Abi mau ngomong" senyuman Kay perlahan memudar melihat wajah serius mertuanya, "Azzam akan menikah lagi"

Deg!

Bagai tersambar petir Kay mematung mendengar ucapan Umi Anna barusan, darah dalam tubuh nya seakan berhenti mengalir membuat wajahnya seketika pucat. "Kenapa Umi" tanya Kay menatap mertuanya tatapan teduh.

"Kenapa? Laki-laki diperbolehkan untuk menikah dengan wanita lebih dari satu, dan saya harap kamu tidak masalah" balas Abi Hanan.

"Wanita mana yang benar-benar mau suaminya menikah lagi Abi, Kay tidak mau dipoligami" bantah Kay, sungguh! Disaat cinta dan rindunya sudah memuncak tapi malah diberikan kejutan besar tak terduga.

"Keputusan kami sudah bulat, Azzam juga sudah setuju akan menikah lagi, Lebih baik kamu kembali ke asrama." perintah Abi Hanan tak memperdulikan Kay yang sudah menangis.

"Sampai kapanpun Kay tidak mau dipoligami Abi! Kay mau bertemu dengan Gus Azzam!" sentak Kay.

"Saya tidak akan mempertemukan kalian sebelum Azzam menikah dengan wanita pilihan kami" jawab Abi Hanan.

"Apa maksud Abi? Bukankah Kay juga wanita pilihan Abi" sahut Kay menuntut, meminta penjelasan.

"Kamu bukan pilihan saya! Azzam yang bersikeras untuk menikah denganmu, nyatanya kamu tidak bisa untuk dibanggakan " ungkap Abi Hanan tak berperasaan, Kay semakin shock mendengar kenyataan ini.

"Siapa wanita itu Abi"

"Ning Dian!"

Kay memilih diam, tanpa berbicara lagi Kay langsung berlari pergi menjauh dari mertuanya. Maafkan Umi nak

....

"Ada apa menelfon jam segini, Hanan. Apa Kay dan Azzam punya masalah?" tanya Bilal langsung saat Abi Hanan menelfon.

"Saya hanya ingin menyampaikan sesuatu padamu"

"Ada apa" tanya Bilal serius.

"Saya akan menikahkan Azzam lagi dengan anak almarhum teman saya" Bilal terdiam sejenak, pikirannya langsung melayang pada anaknya, bagaimana nasib putrinya saat ia dipoligami. Bilal tak bisa membayangkannya.

"Tidak Hanan, saya tidak mengizinkan anak saya dipoligami" tegas Bilal.

"Laki-laki diperbolehkan untuk menikah dengan wanita lebih dari satu, Bilal." sergah Abi Hanan tak mau kalah.

"Tapi saya lebih suka laki-laki menikah hanya dengan satu perempuan saja, Hanan" bantah Bilal, ia tidak akan membiarkan putri satu-satunya dipoligami.

"Mengapa? Bukankah Rasullullah menikah lebih dari satu"

"Rasulullah sudah terjamin akhlaknya, sedangkan kita tidak!" tekan Bilal langsung mematikan sambungan telepon.

Bilal bersama Bunda Mira sekarang tengah menuju ke pesantren, mereka takut Kay nekat karena dari awal Kay sudah takut untuk dipoligami dan akan pergi jauh. Bilal tak ingin kehilangan putrinya, dengan perasaan campur aduk Keduanya mencari Kay kemana-mana bahkan Bunda Mira bertanya ke masjid, tapi tidak ada. Akhirnya mereka memutuskan untuk pergi Ndalem.

"Hanan!" panggil Bilal tanpa mengucap salam, rasanya pikirannya sekarang hanya tertuju pada putrinya.

"Tenang Ayah" Bunda Mira mewanti-wanti suaminya itu agar tidak berlebihan.

"Hanan! Dimana putriku" teriak Bilal, seketika Abi Hanan dan Umi Anna memeriksa keluar.

"Tidak sopan anda berteriak disini Bilal" sergah Abi Hanan.

"Kay di asrama" ucap Umi Anna memalingkan wajahnya saat Bunda Mira menatap kecewa ke arahnya. Tanpa ba-bi-bu lagi Bunda Mira pergi ke asrama disusul dengan Bilal juga Abi Hanan dan Umi Anna.

"Kay! Ini Bunda nak" panggil Bunda Mira memasuki asrama yang sepi. Tak lama kemudian Azza bersama teman-teman yang lain masuk ke asrama.

"Bunda? Kok disini" tanya Azza.

"Azza, Kay baik-baik saja kan?" tanya Bunda Mira memegang tangan Azza, wanita itu menahan diri untuk tidak menangis.

"Kay? Tadi Kay sakit bunda, terus Azza sendiri yang selimutin Kay" jawab Azza melihat tempat tidur Kay yang kosong.

"Terus Kay kemana Ayah" wanita itu beralih pada suaminya, badannya sampai bergetar karena panik.

"Apa yang kalian katakan pada putri saya!" sentak Bilal menatap Abi Hanan penuh amarah.

"Saya hanya memberitahu nya jika Azzam akan menikah lagi" balas Abi Hanan, ia pun tak menyangka kalau Kay akan pergi dari pesantren. Bilal mengacak rambutnya frustasi, sedangkan Azza menenangkan Bunda Mira yang sudah terduduk lemas di lantai. Haura, Aira dan Chayra pun hanya diam karena tidak tau apa yang terjadi.

"Abi cepat telfon Fathi, bantu cari Kay" perintah Umi Anna yang tengah membantu Azza menenangkan Bunda Mira. Abi Hanan pun menelfon Fathian, menyuruh laki-laki itu untuk mencari ke luar area pesantren yang mungkin saja Kay belum jauh.

"Assalamualaikum!"

"Azzam"







Kay untuk Azzam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang