34.

3.2K 88 2
                                    

Pengadilan, disini tempat Kay berada. Bisik-bisik gunjingan tentang dirinya terdengar dari mulut tetangganya yang ikut menghadiri sidang hari ini. Kay melirik suaminya dengan tatapan sayu, tidak ada wajah sedih di wajah suaminya.

Dengan kesaksian palsu Ning Dian juga tidak ada bukti pembelaan yang kuat maka Kay menjadi terdakwa sebagai pelaku usaha pembunuhan terhadap Azza, air mata Kay tak bisa lagi terbendung tapi ia berusaha agar tetap terlihat kuat.

"Bunda, maafin Kay" perempuan itu menatap bundanya yang sudah menangis di pelukan ayahnya.

Suara ketukan palu sang hakim menjadi akhir persidangan, semua orang bubar menyisakan anggota keluarga saja serta beberapa polisi yang akan membawa Kay ke sel tahanan.

"Gus" panggil Kay pada suaminya tetapi Ummi Santi langsung menghadangnya.

"Jangan dekati suami anak saya" tegasnya.

"Kamu!" geram Bunda Mira menatap Ummi Santi tajam.

"Azzam suami Kay, anak mu yang sudah merebut Gus Azzam. Dan kau bangga? KAMU BANGGA PUNYA ANAK PELAKOR SEPERTI DIA?" lantang Bunda Mira menggebu-gebu.

"Bunda tenang" Bunda Mira menggeleng saat suaminya berusaha menenangkan.

"Apa yang baru saja kamu bicarakan Mira? Bukankah anak mu yang lebih memalukan karena sudah mencelakai orang sampai sekarat, dalam kondisi seperti ini malah menjadi tahanan" balas Ummi Santi tanpa rasa takut.

"Dasar iblis! Saya pastikan bahwa anda yang telah mencelakai Azza, saya yakin itu" tekan Bunda Mira kemudian beralih menatap Ning Dian.

"Kamu, yang katanya berpendidikan, dan punya ilmu agama yang kuat. Tapi begini caramu? Caramu sungguh murahan" ucap Bunda Mira pelan tapi menekan. Ning Dian hanya terdiam dan mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Dan kamu Azzam, setelah ini jangan harap kamu bisa mendapatkan Kay kembali" tunjuk Bunda Mira menatap menantunya kecewa.

"Sudahlah Mira, Azzam juga tidak akan mungkin mau dengan anakmu yang tahanan itu" Ummi Santi menatap remeh Bunda Mira.

"Ck" Bunda Mira berdecak.

"Ibu dan anak sama-sama MURAHAN!"

Azzam pun tak bisa lagi berkata-kata, wajahnya hanya menampilkan raut dingin dan tidak berbicara apapun.

Ummi Santi tak lagi menjawab, wanita itu menggandeng tangan Ning Dian dan keluar dari ruang sidang.

"Azzam permisi Bun" laki-laki itu ingin menyalimi tangan Bunda Mira tapi Bunda Mira merasa tak sudi dengan laki-laki itu. Azzam yang paham langsung saja pergi keluar tanpa sedikitpun melirik Kay yang menatapnya penuh harap.

"Bunda" lirih Kay.

"Maafin Bunda nak, Bunda gabisa nolong kamu" ucap Bunda Mira lalu memeluk putrinya. Keduanya menumpahkan air mata.

"Maafin Ayah juga nak, ayah gabisa lakukan apa-apa" Ayah Bilal merutuki dirinya sendiri, ia merasa dirinya lah yang telah membawa Kay ke kondisi yang sangat sulit ini.

Andai ia tidak menjodohkan Kay dengan Azzam, andai ia tidak memaksakan kehendaknya, andai dan andai! Berandai-andai tidak akan merubah apapun.

"Maaf, kami harus membawa nona Kayna sekarang" ucap salah satu polisi wanita.

"Bunda akan mencari tahu semuanya nak, bersabar sebentar ya sayang" ucap Bunda Mira sayu, Kay mengangguk kemudian Kay dibawa oleh para polisi wanita ke tempat selanjutnya yang akan menemani hari-harinya.

***

Hari berganti hari Minggu berganti Minggu, bulan berganti bulan. Hari ini Kay tepat lima bulan berada di dalam sel, tak terasa kandungannya pun kini sudah menginjak sembilan bulan. Kay sedikit bersyukur karena teman yang satu sel dengannya tidak ada yang jahat seperti yang sering ia lihat di film-film.

Kay untuk Azzam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang