"Hei, ada apa Farel" lerai Pak Umar yang mendengar suara keributan dari luar. Dilihatnya Kay yang bergetar takut menghindari Azzam, lantaran laki-laki itu terus bersikeras untuk membuktikan bahwa dirinya adalah istri Azzam.
"Farel tidak tahu kyai, Farel bawa Kay ke dalam dulu" pemuda itu lantas mengajak Kay untuk ke dalam Cafe.
"Azzam, ada apa" tanya Pak Umar menatap Azzam dan Ning Dian bergantian.
"Kay istri saya Kyai" tekan Azzam, hatinya sakit melihat Kay yang menghindari nya dan lebih memilih bersama Farel.
"Apa maksud anda? Bukankah istri anda adalah perempuan ini" tunjuk Pak Umar pada Ning Dian.
"Dia hanya istri siri yang saya nikahi karena terpaksa" balas Azzam tanpa berfikir panjang, Ning Dian tidak bisa berkata-kata. Kedatangan mereka ke kota ini malah membawa mereka bertemu dengan Kay.
"Saya tidak tahu pasti apa yang terjadi, jangan mendesak Kay seperti tadi. Dia sedang hamil" terang Pak Umar membuat pikiran Azzam langsung berkeliaran.
"Saya boleh menemui nya? Saya janji tidak akan membuat keributan" ucap Azzam, ia harus meminta penjelasan.
"Baik" Pak Umar mempersilahkan, keduanya masuk ke dalam untuk menemui Kay dan Farel. Meninggalkan Ning Dian yang berdiri diam di sana, daripada hatinya sakit melihat pemandangan di depannya lebih baik ia tidak ikut masuk. Fahri yang diam saja mendudukkan diri di kursi depan Cafe sambil memainkan ponselnya.
"Kay" panggil Azzam, laki-laki itu berjongkok di hadapan Kay dan menggenggam erat tangan jari jemari Kay sehingga perempuan itu tidak bisa melepaskannya. Pak Umar menghentikan Farel yang ingin bersuara, akhirnya suasana di sana menjadi hening.
"Akhirnya kita bertemu" ungkap Azzam tersenyum dengan mata yang sudah berkaca-kaca, lain dengan Kay yang menatap Azzam tanpa ekspresi.
"Ini" tunjuk Azzam, menyentuh perut istrinya. Dalam hatinya Azzam sangat bahagia bisa bertemu dengan Kay dan mendapat sebuah kejutan besar.
"Maaf, saya tidak mengenal anda jadi tolong jangan menyentuh saya" dingin Kay melepaskan tangannya dari genggaman tangan Azzam, dan menjauhkan tangan kekar itu dari perutnya.
"Jangan seperti ini sayang, selama ini saya hancur karena rindu" sendu Azzam menatap Kay tatapan teduh.
"Mungkin anda salah orang" ketus Kay mengalihkan pandangannya.
"Pak Azzam! Istri anda pingsan" teriak Fahri dari luar, Kay menatap lekat Gus Azzam. Tersirat kebencian di dalam sana, Azzam tau apa maksud dari sikap istrinya ini.
"Maafkan saya" lirih Azzam, beranjak dari tempatnya dan berlari menghampiri Ning Dian yang pingsan. Kay menunduk, tanpa ia sadari air matanya mengalir begitu melihat Azzam langsung meninggalkan dirinya demi Ning Dian.
"Kay? Kamu gapapa" Farel berjongkok, menangkup kedua pipi perempuan itu. Menghapus air matanya, sekarang ia sedikit demi sedikit paham dengan keadaan Kay.
"Nak, Azzam suamimu?" tanya Pak Umar pelan, Kay mengangguk ragu.
"Saya tidak tahu apa yang terjadi, selesaikan dengan baik" nasihat Pak Umar, Kay terlihat diam saja.
"Aw" ringis Kay tiba-tiba, Kay menyentuh perutnya yang terasa keram.
"Kay" panik Farel, dengan cekatan Farel menggendong Kay ala bridal style dan keluar dari Cafe untuk pergi ke rumah sakit.
"Kay" panggil Azzam yang ternyata masih ada diluar, ia tidak membawa Ning Dian ke rumah sakit melainkan hanya berusaha membangunkannya.
Melihat Kay yang kesakitan Farel mengindahkan panggilan dari Azzam, bergegas memasukkan Kay ke dalam mobil bagian belakang. Tak disangka Azzam langsung menyerobot masuk ke dalam dan duduk di samping Kay. Meninggalkan Ning Dian yang sudah sadar bersama Fahri.
Farel mengerutkan dahinya, tak mengambil waktu lama Farel melajukan mobilnya menuju rumah sakit.
"Sayang? Apa yang sakit" cemas Azzam merangkul pinggang istrinya, Kay menggeleng. Keringat dingin mulai bercucuran di pelipisnya, serta bibir yang memucat. Farel melirik keduanya dari kaca mobil, persetan dengan peraturan jalanan Farel melajukan mobilnya cepat. Sekarang keselamatan Kay lebih penting.
"Aww, sakit" ringis Kay menangis, perutnya bertambah sakit dari sebelumnya. Kay meremasnya pelan karena tak tahan, hati Azzam dibuat nyeri melihatnya.
"Tahan sebentar lagi" titah Azzam melihat Kay yang sudah tak fokus. Disentuhnya perut perempuan itu dan mengelusnya sayang.
"Ayah disini sayang" ucapnya tepat di depan perut Kay.
"Sudah sampai" ujar Farel.
Azzam membuka pintu mobil dan menggendong istrinya, masuk ke dalam rumah sakit. Farel mengikuti langkah Azzam dari belakang, Kay langsung ditangani oleh dokter kandungan. Farel dan Azzam berdiri gelisah di depan ruangannya, sesekali Azzam melirik sinis ke arah Farel begitupun sebaliknya.
Ceklek
"Dengan keluarga ibu Kayna?" dokter perempuan itu menatap laki-laki di depannya.
"Saya suaminya Dok" sahut Azzam cepat, dokter itu melirik Farel yang diam. selama ini ketika Kay periksa kandungan, Farel lah yang menemani.
"Mari Pak" dokter itu mengajak Azzam untuk pergi ke ruangan pribadinya karena ada yang ingin disampaikan, sementara Farel ia masuk ke dalam ruangan untuk melihat keadaan Kay.
"Bagaimana keadaan istri saya Dok" tanya Azzam saat sudah berada di ruangan.
"Istri bapak hanya kelelahan sampai membuat perutnya keram, usianya sudah empat bulan. Mual tentu dirasakan tapi tidak separah trimester pertama kehamilan" terang dokter, menuliskan resep.
"Iya Dok, terimakasih" balas Azzam, dokter tersebut menyerahkan resepnya pada Azzam.
"Saya baru lihat bapak? Selama ini Pak Farel yang menemani Bu Kayna periksa kandungan" ucap dokter.
"Saya sedang diluar kota dok, jadi Farel yang temani istri saya" balas Azzam tersenyum tipis. Dokter mengangguk mengiyakan.
"Bagaimana keadaan bayinya dokter" tanya Azzam, kejutan ini sangat besar bagi Azzam. Sebentar lagi ia akan menjadi seorang Ayah.
"Awal periksa, bayinya lemah karena kurang nutrisi. Tapi semenjak Pak Farel yang menemani, perkembangan bayinya mulai membaik dan sekarang sangat sehat. Saya juga melihat perubahan tubuh Bu Kayna" jelas dokter.
"Terimakasih dokter" Azzam pamit keluar dan berjalan menuju ruangan istrinya.
"Assalamualaikum" salam Azzam memasuki ruangan.
"Waalaikumusalam" sahut Farel.
"Farel, bisa tinggalkan kami berdua sebentar?" pinta Azzam menatap laki-laki itu, Farel melirik Kay yang diam kemudian berlalu dari sana meninggalkan keduanya.
"Keluar" ucap Kay tanpa menoleh, membuat langkah Azzam mendekat ke arah nya terhenti.
"Kay--
"Keluar" titah Kay sekali lagi, Azzam berdenyut karena Kay mengusirnya.
"Saya mohon dengar saya dulu" Azzam langsung mendekat dan duduk di kursi samping brankar.
"Apa?" datar Kay tanpa menoleh sedikitpun.
"Jangan seperti ini Kay, saya sakit jika kamu begini" ujar Azzam menatap Kay sendu.
"Tidak usah merasa paling tersakiti Gus!" sentak Kay membuat Azzam terdiam. Perempuan itu menoleh ke arahnya dengan tatapan mata yang penuh kebencian.
"Maaf..
TBC.
Hayo tim sad end siapa?
See you next part!
KAMU SEDANG MEMBACA
Kay untuk Azzam
General Fiction"Pulang, atau saya nikahin kamu sekarang juga." _Azzam ﹏ 。﹏ Azzam Afkara Syabil, laki-laki tampan berstatus sebagai Gus di sebuah pesantren ternama. Berawal dari pertemuan pertama dengan seorang gadis cantik di masjid, pertemuan pertama itu membuat...