32.

3.1K 74 2
                                    

Cittt

Sebuah mobil hitam berhenti di depan rumah minimalis yang lumayan luas, seorang laki-laki berkacamata hitam turun dari mobil. Tangannya terulur menggandeng tangan seorang anak kecil perempuan, mengajaknya masuk ke dalam rumah tersebut.

"Mommy!!!!"

Si gadis itu melepaskan tangannya dari genggaman sang Om, berlari ke arah Mommy nya yang sudah merentangkan kedua tangan ke arah nya.

Dengan sigap, wanita cantik itu menangkap tubuh putrinya lalu menggendongnya untuk ia peluk.

"Bagaimana? Apa seru tinggal bersama uncle Viran?" tanya Dasa, Mommy Vanes.

Vanes mengangguk-anggukan kepalanya semangat, "Vanes seneng Mommy!" Balas gadis itu.

"Bagus, kakak berterimakasih sama kamu Viran " Dasa mengecup pipi Vanes gemas, sementara Viran berdehem saja.

"Kak Ivan mana, kak?" tanya Viran mendudukkan diri di sofa.

"Kak Ivan belum pulang dari kantor " jawab Dasa, mengambil duduk di samping Viran. Dan Vanes duduk di pangkuannya.

Viran menganggukkan kepalanya paham, "Kakak belum sempet masak, soalnya bahan dapur habis. Bisa temenin kakak ke supermarket?" Dasa berkata sambil bermain bersama Vanes sesekali melirik Viran di sebelahnya.

"Bisa, ayo"

Ketiganya pun berangkat ke supermarket untuk membeli bahan-bahan masakan.

Sesampainya disana, Viran bersama Vanes mengekori Dasa dari belakang dengan tangan kiri Viran menggandeng Vanes dan tangan kanannya mendorong keranjang belanja. Vanes yang notabene nya penasaran dengan apa yang ia lihat sepanjang jalan sesekali meminta Viran untuk berhenti tetapi uncle nya itu tidak mengindahkan perkataan nya.

"Viran, kakak ga bisa ambil itu" tunjuk Dasa pada rak paling atas tempat bagian Gula. Viran mengangguk, melepaskan tangan Vanes juga keranjang belanja lalu membantu Dasa mengambil tiga bungkus Gula ukuran sedang kemudian memasukkan nya ke dalam keranjang.

"Oh iya, minyak goreng juga Viran" seru Dasa, Viran mengikuti langkah kakak sepupunya itu dan mengambil semua yang Dasa katakan. Tiga puluh menit berlalu, dua keranjang sudah penuh dan kini Viran bersama Dasa sudah berada di kasir.

"Ada lagi mba?" tanya mba yang menghitung total belanjaannya, Dasa mengangguk.

"Vanes tidak ambil apa-apa kan? Kakak udah beli juga perlengkapan untuknya" Dasa menatap Viran, sedangkan laki-laki itu langsung celingak-celinguk mencari keberadaan Vanes.

"Vanes mana kak" ucap Viran, matanya berkeliling mencari.

"Eh? Bukannya sama kamu tadi" panik Dasa, Viran bergegas mengelilingi supermarket sampai ia ke depan supermarket, di pinggir supermarket terdapat tempat duduk namun terbuat dari semen. Viran melihat Vanes yang makan ice cream bersama seorang wanita berhijab, tetapi membelakangi dirinya.

"Vanes!" panggil Viran, gadis kecil itu melambaikan tangannya sambil tersenyum senang.

Viran mendekat, memegang tangan keponakannya. Melihat Viran datang, wanita itu sontak berdiri dan menghadap nya. Beberapa saat hening, kedua pasang mata itu saling tatap. "Kay?" gumam Viran.

"Maaf, Vanes jangan pergi sendirian kayak gini " ucap Viran melirik sang ponakan, sementara itu, Kay tak menyangka akan bertemu Viran disini.

"Lain kali lebih hati-hati, tadi Vanes mau ke jalan raya" kata Kay.

"Terimakasih, sudah jagain Vanes" Kay mengangguk sebagai jawaban, tak lama mobil hitam berhenti dan Kay langsung pamit pulang.

"Uncle! Kakak cantik itu, baik. Dia kasih Vanes ice cream" seru Vanes menunjukkan tangannya yang memegang satu kresek dengan berbagai macam rasa ice cream di dalamnya.

Sontak perkataan Vanes membuyarkan lamunan Viran, laki-laki itu menatap Vanes sebentar. "Kakak cantik tadi, mau punya Dede?" tanya Viran hati-hati. Vanes mengangguk mengiyakan.

"Secepat itu, kamu lupain aku" gumam Viran, ia membawa Vanes ke dalam tempat Dasa berada.

Sementara itu, Kay melamun saat sudah sampai di rumah. Tadi ia ke supermarket untuk membeli ice cream karena ngidam, dan bertemu Vanes. Ia bahkan bercerita banyak tentangnya dengan gadis kecil itu, bahkan tentang bayi yang ada di dalam kandungannya.

Sekarang Kay bertanya-tanya dalam hati, ada hubungan apa Vanes dan Viran. Sebenarnya ia membeli ice cream untuk memenuhi permintaan Ning Dian yang mengidam ingin makan ice cream, yah, Kay kembali lagi ke rumah suaminya karena Azzam yang menjemputnya.

"Ini" beri Kay, pada Ning Dian. Wanita itu menerimanya dengan mata berbinar, memakan ice cream nya dengan lahap seperti tidak pernah memakannya.

Kay menghela nafas pelan, ia mendudukkan diri di sofa sambil menonton televisi. Beberapa menit kemudian ternyata Ning Dian sudah menghabiskan tiga ice cream dan sekarang tengah memakan yang keempat.

Ceklek

Terlihat Azzam yang baru saja pulang dari kantor, Kay menyambutnya dengan menyalami sang suami serta mengambil jas laki-laki itu. Azzam tersenyum, "Gus ganti baju?" tanya Kay.

"Iya sayang, tadi saya gak sengaja menumpahkan kopi dan mengenai baju saya. Jadi saya pinjam baju Fahri" balas Azzam, Kay mengangguk mengerti. Ning Dian pun bergerak untuk Salim pada Gus Azzam.

"Mas udah mandi?" tanyanya.

"Sudah, sekalian saja dan pulang sudah keadaan wangi" balas Azzam.

"Ning udah masak?" tanya Kay, membuat Ning Dian mengerutkan dahinya.

"Bukannya kamu yang seharusnya memasak? Tadi aku kan ke supermarket beliin kamu ice cream" jawab Ning Dian.

Alis Kay hampir menyatu mendengarnya, "Beneran? Ga boleh banyak-banyak makan ice cream kalo siang" sahut Azzam menatap istri pertamanya.

"Iya Gus" jawab Kay pasrah.

Padahal tadi, Ning Dian yang meminta Kay pergi ke supermarket untuk membeli ice cream karena alasan mengidam. Dan berkata jika Ning Dian yang akan memasak selama Kay pergi ke supermarket.

"Yang bohong, bakal dapet karma" cetus Kay, berlalu dari dua jenis manusia itu.

Ia pergi ke dapur untuk memasak. jika bukan karena Azzam, Kay sangat ogah memasak makanan setelah mendengar ucapan Ning Dian. Sementara itu, Ning Dian enak-enakan berdua dengan Gus Azzam. Kay meradang mendengar keduanya saling bercanda, namun ia tahan.

Tiga puluh menit berkutat dengan alat-alat masak, makanan pun sudah siap di atas meja. Kay memanggil suaminya itu untuk makan siang, Gus Azzam terlihat sangat menikmati masakan sang istri.

"Istri saya memang terbaik" puji Azzam terkekeh kecil menatap Kay, Ning Dian tampak tak selera makan. Ia melirik suaminya dan memeluk lengan laki-laki itu.

"Mas, aku gamau makan ini. Mau muntah sama baunya, aku pesen aja ya?" Ning Dian memanyunkan bibirnya menatap Gus Azzam, Kay menatap dingin interaksi keduanya bahkan tidak menghiraukan perkataan Azzam yang sempat memujinya, ia tahu itu hanya akal-akalan Ning Dian saja padahal nyatanya wanita itu tidak tahu memasak sama sekali.

"Yasudah, biar makanannya saya sama Kay aja yang habiskan" sergah Azzam, melanjutkan acara makannya.

"Tapi, Mas. Aku ngidam nih, pengen makan berdua sama kamu"

Seketika itu, pergerakan Azzam terhenti. "Yaudah, pesen sana nanti kita makan bareng" balas Azzam, ingin melanjutkan makannya tapi dicegah oleh Ning Dian.

"Jangan dimakan lagi, nanti Mas kekenyangan loh"

Azzam menghela nafasnya perlahan, dan mengangguk saja. "Kay, kamu makan sendiri dulu ya. Saya ke kamar dulu" Gus Azzam menarik lembut pergelangan tangan Ning Dian dan membawanya ke kamar menunggu pesanan makanannya datang.

"Ck" decak Kay miris, menatap meja makan yang sudah lengkap dengan makanan.















TBC.

Azzam muncul lagi tuh sama kakak kalian (Ning Dian)

Wkwk

See you next part!

Kay untuk Azzam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang