"Berapa lama, Gus" Kay memasangkan dasi suaminya yang akan berangkat ke luar kota, sementara Ning Dian menyiapkan koper.
"Seminggu, saya sudah suruh Azza kesini buat temani kalian" ujar Gus Azzam. setelah dasinya terpasang, Azzam tak lupa mencium kening dan pipi bahkan seluruh wajah Kay. Itu semua tak luput dari perhatian Ning Dian, Kay tersenyum tipis mendapat perlakuan seperti itu.
Tak lama, Fahri sudah siap dengan mobilnya. Gus Azzam berpamitan pada kedua istrinya, mobil itu perlahan menjauh dari pekarangan rumah. Dan mobil berbeda jenis datang, ternyata itu mobil Davan yang mengantarkan adiknya yaitu Azza.
"Yang akur, dek" peringat Davan, Azza mengangguk. Karena ingin cepat pergi ke kampus Davan tak sempat untuk membawakan koper sang adik ke dalam rumah, alhasil Azza membawa kopernya sendiri bersama Kay juga Ning Dian.
"Azza mau sama Kay" tukas Azza, ketika Ning Dian sok baik padanya, menunjukkan kamar di lantai satu.
"Yaudah, ayo" Kay mengajak Azza ke kamarnya di lantai dua, tak jauh dari kamar Ning Dian.
"Sampai kapanpun, aku benci sama kamu!" tekan Ning Dian, saat Kay sudah tidak terlihat di depan matanya.
Malamnya, Kay kedatangan tamu. yakni Umi Santi. Wanita itu bilang rindu pada putrinya, sekarang Kay tengah memasak makanan untuk makan malam bersama.
Di lain sisi, Ning Dian mengobrol cukup serius pada Umi nya di dalam kamar. Azza yang sedari tadi berdiri di depan kamar itu hanya bersedekap dada, bukan berniat menguping tetapi ia hanya ingin lewat.
"AAAA!!! Umi ada kecoa!!!"
Azza mengerutkan dahinya mendengar jeritan Ning Dian. Persetan dengan kesopanan, Azza membuka pintu kamarnya kemudian masuk. "Apa sih, teriak-teriak" sergah Azza, menatap Ning Dian tak suka.
"Ada kecoa, za" jawab Ning Dian ketakutan, begitupun Umi Santi yang sudah berdiri di atas kasur.
"Azza! Itu kecoa nya" tunjuk Ning Dian heboh, Azza menatap kecoa itu berniat untuk ia tangkap.
"Cepet, tangkap za" Ning Dian membuntuti Azza.
"Diem! " Sentak Azza kesal, sangat merepotkan.
"Azza! Ke bawah lemari, cepat!"
Brak!!
"AAAAAAA!!!!!"
Ning Dian tak sadar mendorong Azza sampai gadis itu menabrak lemari sangat keras, hingga lemari itu terjatuh dan menimpa Azza. Gadis itu langsung tak sadarkan diri dengan kepala yang sudah berlumuran darah.
"Astaghfirullahalazim, Umi" gumam Ning Dian, badannya bergetar melihat keadaan Azza. Umi Santi memeluk putrinya dari samping, sama takutnya dengan anaknya itu.
"Ya Allah, AZZA!" Kay berlari ke arah gadis itu, mencoba untuk mengangkat lemarinya tetapi tidak berhasil. Tadi Kay ingin ke kamarnya tetapi malah mendengar jeritan Azza.
"Pembunuh! Dasar kamu pembunuh Kay!" sentak Ning Dian tiba-tiba, Kay tidak terlalu peduli dengan tuduhan itu sebelum nyawa Azza tertolong.
Kay menelfon Davan, mendengar ucapan Kay laki-laki itu bergegas menuju rumah. Sepuluh menit menunggu, Davan akhirnya datang. "Azza" gumamnya, dengan bergetar Davan menyingkirkan lemari yang sudah menimpa adiknya.
Davan terlebih dahulu mengecek denyut nadi Azza, ia masih merasakan kehidupan lalu segera mengangkat tubuh sang adik untuk ia bawa ke rumah sakit.
Di rumah sakit, Davan mondar-mandir di depan ruang UGD. Laki-laki itu meremas rambutnya khawatir, Davan melihat baju dan tangannya yang terkena noda darah. "Adek, bertahan" gumamnya.
Sementara itu, Kay dan Ning Dian menyusul ke rumah sakit bersama Abi Hanan dan Umi Anna juga ada Umi Santi.
"Davan" panggil Abi Hanan, laki-laki yang dipanggil itu tampak lesu masih dengan posisi berdiri. Rasanya hatinya tak tenang jika duduk, sedangkan Azza tengah bertaruh nyawa.
"Kenapa Azza bisa seperti ini" Umi Anna mengusap bahu, Davan pelan.
"Davan gatau Umi, tadi Kay telfon dan bilang kalo Azza tertimpa lemari" jawab Davan, Umi Anna terlihat shock mendengar jawaban Davan barusan.
"Kenapa bisa" cemas Umi Anna, menatap kedua menantunya.
"Kay, Umi!" sahut Ning Dian, matanya mengeluarkan sorotan tajam ke arah Kay.
"Apa maksud kamu, Ning." sahut Kay.
"Gara-gara kamu Azza jadi begini! Tadi Dian lihat, Kay takut sama kecoa terus minta Azza buat tangkap kecoak nya tapi Kay malah mendorong Azza sampai tertimpa lemari " ungkap Ning Dian, Kay menggelengkan kepalanya tak terima.
"Kamu tidak berhak menuduhku seperti itu, Ning!" bantah Kay, tegas.
"Saya lihat dengan mata kepala saya sendiri, Umi" Ning Dian berkaca-kaca menatap Umi Anna.
"Demi Allah, saya tidak melakukan apapun" cela Kay.
"Jika kamu salah, jangan bawa-bawa Tuhan. Kay " sambung Abi Hanan.
"Kay melawan karena benar, Abi. Jika Kay salah maka Kay pasti akan diam" balas Kay, ia tidak menyangka akan dituduh dengan kesalahan yang sama sekali tidak dilakukannya.
"Jangan bohong, Kay! Pembunuh kamu" sentak Ning Dian, memeluk tubuh Umi nya.
"Kamu yang ada di kamar itu, Ning. Karena ketakutan kamu malah menyalahkan ku" tuding Kay, berhasil membuat Ning Dian berkeringat dingin.
"Tidak! Aku bersama Umi diluar tadi" elak Ning Dian membela diri.
"Benar Anna, saya dan Dian diluar dan Kay bersama Azza di dalam kamar" tambah Umi Santi.
"Jadi, siapa yang benar?" bingung Abi Hanan.
"Sudah, Abi. Tidak perlu ada yang disalahin, ini takdir Azza. Doakan saja Azza baik-baik saja" lerai Davan, melihat kondisi Davan akhirnya tidak ada lagi perdebatan di sana.
Lebih kurang satu jam menunggu, seorang dokter keluar dari ruang UGD. "Dengan keluarga pasien?"
Davan langsung mendekat,"Saya kakak kandungnya dokter" sahut Davan.
"Kondisi pasien sempat kritis, dan sekarang koma" terang dokter tersebut, Davan menahan air mata agar tidak terjatuh.
"Kapan, adik saya sadar dokter" Davan menatap penuh berharap kepada dokter di hadapannya ini.
Dokter perempuan itu menggeleng, "Belum bisa dipastikan, koma bisa memicu lima puluh persen kematian. Berdoa agar pasien bisa segera sadar dan selamat" Davan melemas mendengar ucapan dokter barusan.
"Lakukan yang terbaik dokter" kata Kay, sedih serta perasaan campur aduk.
"Pasti mba, kami akan memberikan yang terbaik untuk pasien" setelahnya dokter itu pamit pergi, sedangkan beberapa suster memindahkan Azza ke ruang inap VIP.
Davan mengikuti langkah suster itu, beserta yang lainnya. Laki-laki itu menggenggam tangan sang adik, tatapan matanya tersirat kesedihan di sana. "Sadar, Azza" gumam Davan.
"Ini tidak bisa dibiarkan Umi, kita harus tahu siapa yang buat Azza celaka dan melaporkan nya ke polisi" ucap Abi Hanan tiba-tiba.
"Masa depan Azza masih panjang Umi, betapa sedihnya kalau Mama nya Azza tau kondisi putrinya " tambah Abi Hanan melihat istrinya yang masih terdiam.
"Dian sudah bilang, Abi. Kay yang melakukannya" sela Ning Dian.
"Baik, Abi akan laporkan kamu ke polisi dan Dian sebagai saksi" tunjuk Abi Hanan pada Kay yang sudah terdiam membeku.
"Rasain kamu"
TBC.
Gimana nih guys?
Masih jadi pertanyaan nih, sad end atau happy end
See you next part!
Vote komen nya jangan lupa
KAMU SEDANG MEMBACA
Kay untuk Azzam
General Fiction"Pulang, atau saya nikahin kamu sekarang juga." _Azzam ﹏ 。﹏ Azzam Afkara Syabil, laki-laki tampan berstatus sebagai Gus di sebuah pesantren ternama. Berawal dari pertemuan pertama dengan seorang gadis cantik di masjid, pertemuan pertama itu membuat...