35.

3.6K 87 12
                                    

Plak

"Mama, tenang" Davan menahan tangan sang Mama yang ingin menampar pipi Ning Dian untuk kedua kalinya.

"Dasar penjahat!! Pembunuh!!" maki Zaina, Mama nya Davan sekaligus Azza. Ning Dian yang ketakutan hanya menundukkan kepalanya sambil memegang pipinya yang memerah.

"Davan? Ada apa" tanya Gus Azzam bingung yang baru saja datang ke ruangan tempat Azza di rawat.

"Tanya sama istri kamu!" sentak Zaina, kening Azzam berkerut dengan wajah yang memandang ke arah Ning Dian dengan penuh tanya. Sedangkan Ning Dian masih tak berkutik karena perbuatannya selama ini sudah diketahui oleh Davan juga Zaina.

"Apa yang kamu lakukan Ning?" tanya Gus Azzam.

"Seharusnya Azza sudah membuka matanya sekarang.... gara-gara wanita itu putriku masih belum sadar sampai sekarang" ucap Zaina lemas dengan tubuh yang perlahan merosot ke bawah dan Davan menahan tubuh sang Mama agar tidak ambruk.

"Biar nanti saya yang jelaskan" ucap Davan yang sudah menggendong tubuh Mama nya yang sudah jatuh pingsan. Davan dengan segera membawa sang Mama untuk diperiksa oleh dokter kemudian ia kembali ke ruangan sang adik untuk menemui dua manusia tadi.

Davan duduk di sofa yang tersedia di ruangan, begitupun Gus Azzam juga Ning Dian. "Waktu itu, Mama minta buat temuin Azza untuk liat perkembangannya. Allah mungkin sudah memberikan kami jawaban karena Azza yang belum juga sadar, kami lihat Ning Dian ingin menyuntikkan sesuatu di dalam cairan infus milik Azza. Awalnya kami tidak curiga tapi dokter selalu bilang kondisi Azza semakin drop, Mama gak sengaja nemuin sebuah suntikan dan masih ada cairan di dalam nya dengan cepat Mama memanggil dokter dan bertanya obat apa yang sudah Ning Dian suntikan, dokter bilang, itu obat bius yang bisa membuat seseorang koma, lumpuh bahkan beresiko Kematian" jelas Davan tanpa kurang sedikitpun.

"Ning? Untuk apa kamu lakukan itu" Azzam menatap Ning Dian tatapan kecewa.

"Jadi selama ini kamu penyebab adik saya belum juga sadar" Davan kembali bersuara, tangannya terkepal kuat. Andai ia bukan perempuan maka sudah habis di tangannya.

"Maaf" cicit Ning Dian, atas desakan Umi nya lah yang membuat dirinya berani berbuat seperti itu. Ia hanya tidak ingin Azza sadar karena tidak ingin mendengar kesaksian Azza bahwa Kay sebenarnya tidak bersalah dan ia tidak ingin dirinya mendekam di penjara. Tetapi, Ning Dian sudah tidak menyuntikkan obat itu ketika sudah sekali tercyduk oleh salah satu perawat.

"Jelaskan semuanya sama saya" tegas Azzam.

"Dokter bilang, Azza akan sadar tidak lama lagi. Kita dengar sendiri dari Azza" sergah Davan menahan emosinya agar tidak meledak pada perempuan yang tengah hamil tujuh bulan itu.

"Aku minta maaf kepada kalian, aku tidak bermaksud" akhirnya Ning Dian membuka suara, namun dari nada nya ia seperti ketakutan.

"Ning--

"Maaf mas! Aku benar-benar minta maaf " Azzam sedikit terkejut, Ning Dian yang sudah berlutut di hadapannya sambil meminta maaf dan juga wajah yang sudah banjir air mata.

"Kamu tidak pantas dimaafkan! Dasar iblis!" mereka dikejutkan dengan kedatangan Ummi Anna, Ummi Santi dan juga Zaina serta beberapa orang lainnya.

Gertakan itu berasal dari mulut Zaina, wanita itu mendekat. Tangannya dengan geram mencengkeram rahang Ning Dian sehingga perempuan itu menatapnya.

Plak!

Bunyi tamparan itu terdengar jelas, kini impas karena dua pipi Ning Dian sudah ditampar oleh Zaina.

"Kenapa harus ada kamu! Wanita tak punya hati!" teriak Zaina, emosinya begitu tak terkontrol padahal tadi sempat pingsan.

Davan menahan Mama nya untuk tidak bertindak lebih jauh, begitupun Gus Azzam yang sudah menjauhkan istrinya dari Zaina yang statusnya adalah Tante nya sendiri.

Ceklek

Semuanya menoleh, Argan, suami Zaina sekaligus ayah nya Davan dan Azza. Laki-laki itu baru saja pulang dari kantor dan langsung kesini melihat chat dari anak sulungnya. Dan juga membawa suster Mia seperti yang Davan katakan padanya.

"Papa... perempuan itu yang udah jahat sama putri kita" Zaina mendekat pada suaminya dan menunjuk Ning Dian yang kini terdiam membeku.

"Tapi apa benar Ning Dian pelakunya?" tanya Ummi Santi.

"Dari caranya yang ketakutan, itu benar" balas Davan, ia jelas sekali melihat ketakutan pada wajah Ning Dian. Jika Ning Dian bukan pelakunya, mengapa harus takut?

"Ti..tidak! Bukan aku, aku hanya takut karena nada suara kalian" sangkal Ning Dian cepat.

"Benarkah? Kenapa harus takut jika bukan kamu" sahut Davan.

"Kamu tidak bisa berbohong karena suster Mia sudah mengatakan semuanya" lanjut Davan membuat wajah Ning Dian seketika pucat.

"Tidak! Bukan aku!" teriak Ning Dian membela diri.

"Kamu akan saya laporkan ke polisi" ucap Zaina.

"Bukan aku! Mas, aku bukan pelakunya" racau Ning Dian meminta pembelaan dari suaminya.

"Untuk apa meminta pembelaan dari Azzam? Jelas-jelas kamu yang salah" cela Zaina.

"Tidak! BUKAN AKU!!" suara Ning Dian meninggi beberapa oktaf.

"Suster Mia, ceritakan semuanya" ucap Davan. Dengan lengkap suster Mia menceritakan semuanya dari awal, dari Ning Dian yang meminta obat mematikan itu padanya dan mengancam agar tidak membocorkan kepada orang lain bahwa dirinya yang telah menyuntikkan obat itu hingga kondisi Azza tidak ada perkembangan.

"Ya Allah Dian" lirih Ummi Anna.

"Lihat, seberapa jahat menantu kesayangan mu ini Anna" sergah Zaina.

"Ummi, Dian tidak melakukan itu" bantah Ning Dian masih berusaha membela diri.

"Ada pergerakan!" suster Mia yang tadinya sudah mundur melihat pergerakan dari pasiennya, dengan semangat Devan memanggil dokter untuk memeriksa keadaan Azza.

"Azza? Kamu dengar saya?" ucap Dokter Gita, Azza mengangguk walaupun matanya masih terpejam. Zaina memeluk lengan suaminya terharu karena putrinya sudah sadar.

"Buka matanya pelan-pelan" Azza membuka matanya perlahan, meskipun terasa berat tetapi mata cantik itu kini sudah terbuka lebar dan bisa melihat semua objek di depannya.

"Papa, Mama" gumamnya.

"Ada yang sakit?" tanya dokter Gita, Azza menggeleng. Hanya saja tubuhnya terasa sedikit pegal, mungkin karena sudah berbulan-bulan tidak bergerak.

"Syukurlah, kamu hanya perlu waktu untuk pemulihan" ujar dokter Gita tersenyum. Semua yang ada disana mengucap syukur kecuali Ning Dian yang kini tengah dilanda kecemasan, perempuan itu memeluk erat tubuh sang Umi menyalurkan rasa takutnya.

"Terimakasih dokter" ucap Argan, Dokter Gita tersenyum kemudian berlalu dari ruangan itu.

"Mama.." panggil Azza, Zaina mendekat.

"Iya sayang"

"Haus"

Dengan sigap Argan mengambilkan air untuk putrinya minum, pertama-tama Azza bersandar pada bantal yang sudah ditumpuk agar tubuhnya sedikit tegak.

Azza mengedarkan pandangannya ke sekeliling, ia menatap Azzam cukup lama. "Bang? Kay mana"

Deg
















To be continued.

Tebak ada apalagi setelah ketauan kalo yang bikin Azza celaka itu sebenarnya Ning Dian.

See you next part!

Kay untuk Azzam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang