37.

3.6K 100 7
                                    

"Kamu sudah tahu kalau aku pasti tidak akan mudah memaafkan mu, mengapa kau masih berani muncul di hadapan ku" balas Kay dingin.

"Karena kau istriku, apapun yang terjadi selama ini hatiku hanya untukmu Kay" jawab Azzam memegang kedua tangan Kay kemudian mengecup lembut telapak tangan perempuan itu.

"Ingat, Gus juga punya Ning Dian. Gus juga bilang kalau Gus nyaman dengannya"

"Hanya nyaman, bukan berarti cinta. Karena hati saya hanya ada kamu, lagipula... sekarang istri saya hanya kamu tidak ada yang lain" Kay diam sambil menatap wajah Azzam cukup lama.

"Pembohong"

Seuntai kata itu keluar dari mulut Kay setelah beberapa saat kemudian, Azzam tersenyum tipis.

"Tidak apa-apa jika kamu belum bisa memaafkan ku, saya akan menunggu" ucap Azzam.

"Lepaskan aku dan berbahagialah bersama Ning Dian"

Deg

Dada Azzam seperti terkena batu besar, bahkan ia dapat merasakan detak jantungnya yang berdetak lebih cepat dari sebelumnya.

"Tidak, kita akan terus bersama dan membesarkan anak kita bersama-sama" sergah Azzam membawa Kay ke dalam pelukannya, air matanya hampir menetes mendengar Kay meminta berpisah.

Selama Kay di penjara Bunda Mira yang membawa surat perceraian dari pengadilan tetapi Azzam tidak pernah menandatangani, bahkan surat itu di koyak sampai tak lagi berbentuk.

Kay merasakan sesuatu menetes ke tangannya, ia mendongak menatap wajah suaminya. "Gus kenapa?" tanyanya polos.

"Hati saya sakit" balas Azzam, meletakkan tangan Kay yang terdapat selang infus tepat di dadanya.

"Hati saya sakit mendengar kamu ingin berpisah dari saya" lanjut Azzam.

"Kenapa Gus? Bukannya selama ini Gus tidak peduli dengan keadaan ku, seharusnya Gus juga tidak peduli mau berpisah dengan ku"

"Semua sikap yang selama ini saya tunjukan, itu semua bohong. Kamu ingat betapa cintanya saya sama kamu? Hati saya sakit ketika saya harus berpura-pura menjauhi mu" ungkap Azzam, Kay mengerutkan keningnya tidak mengerti dengan apa yang Azzam ucapkan.

"Saya tidak bisa menjelaskan alasannya" ucap Azzam melihat istrinya yang bingung.

"Semuanya sudah terlalu jauh Gus, Kay ikhlas lepasin Gus buat Ning Dian" balas Kay.

"Tidak ada kata pisah diantara kita, pikirkan anak kita Kay" jawab Azzam, menghela nafasnya perlahan.

"Sebelum dia lahir, kamu bisa pergi. Lagipula Ning Dian selalu berusaha menjauhkan mu darinya kan, selama ini Gus juga tidak dekat dengan Dede bayinya, otomatis mempertipis ikatan batin antara kalian berdua" Azzam menggelengkan kepalanya tak suka dengan ucapan Kay barusan, bagaimana mungkin ia bisa melakukan itu semua.

"Maafkan saya" gumam Azzam membawa Kay ke dalam pelukannya. Jantung laki-laki itu berdetak tak karuan, begitupun Kay yang masih bingung dengan keputusannya.

"Maaf Gus, tapi keputusan saya sudah bulat" Kay berusaha melepaskan pelukan suaminya namun kecupan lembut yang mendarat di keningnya mampu membuat Kay terdiam.

"Baiklah jika kamu belum bisa memaafkan ku. Tapi tolong sayang, jangan minta untuk berpisah" nada suara Gus Azzam sedikit bergetar menahan air matanya agar tidak menetes.

"Atas semua yang kamu lakukan, aku sebagai istri sah merasa tidak adil Gus" balas Kay, matanya sudah terlihat air mata yang menggenang.

"Saya mohon Kay" ucap Gus Azzam lirih, ia menyatukan dahinya dengan kening Kay sampai nafas keduanya pun saling beradu.

Kay untuk Azzam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang