21.

3.8K 100 1
                                    

Desiran angin sore hari ini cukup kuat, sepertinya akan turun hujan. Suhu udara juga sangat dingin, terlihat anak-anak santri tengah mengantri untuk mandi. Azzam, laki-laki itu melamun menatap lurus ke depan. Serasa tidak ada kerjaan dirinya melangkahkan kaki menuju Ndalem.

Azzam masuk ke dalam kamarnya menghiraukan panggilan dari Abinya, laki-laki itu mengunci pintu kamar lalu duduk di tepi ranjang besar miliknya bersama istrinya.
Azzam mengeluarkan sebuah foto cart yang ia cetak berisi foto istrinya, Azzam tersenyum miris menatap foto itu.

Sampai kapan ia harus menumpuk rindu yang tak kunjung bertemu, Azzam menyeka air mata di sudut matanya. "Saya rindu kamu, jangan terlalu jauh" gumam Azzam meletakkan foto cart itu di dada tepat di bagian jantung. 

"Mas rindu kamu sayang" lirihnya.

"Assalamualaikum, Gus Azzam" Ning Dian mengetuk pintu sambil membawa nampan berisi makanan, Abi Hanan bilang Azzam belum makan siang jadi Ning Dian berinisiatif untuk membawakan makanan. Azzam tak berniat untuk menanggapi panggilan itu, ia benci semua orang yang telah membuat istrinya pergi.

Ceklek

Ning Dian masuk tanpa permisi, ia membuka pintu menggunakan kunci cadangan yang Abi Hanan berikan. Azzam menggertakan giginya menahan kesal, ia menyimpan kembali foto cart yang amat berharga baginya. Dirinya menatap datar Ning Dian yang kini berdiri di hadapannya.

"Gus, ini makan dulu. Kata Abi, Gus belum makan" perempuan itu tersenyum meletakkan nampan berisi makanan di samping Azzam duduk.

"Tidak perlu, keluar" usir Azzam, mati-matian dirinya menahan agar tidak meluapkan emosi. Ning Dian menggeleng kemudian menarik kursi di hadapan Azzam lalu duduk dihadapan laki-laki itu, "Saya suapi" kata Ning Dian memegang piring makan, menyendokan nasi dan lauk siap untuk masuk ke mulut namun ditepis kasar oleh Azzam.

"Saya sudah mencoba untuk tidak kasar, jangan pancing saya" geram Azzam menatap lekat Ning Dian, perempuan itu tidak menyerah begitu saja tangannya terulur memegang tangan Azzam saat laki-laki itu ingin pergi.

"Gus--

"SAYA BILANG TIDAK YA TIDAK!!"

Ning Dian tersentak kaget saat Azzam meneriaki nya, matanya berembun menatap Azzam. Perempuan itu meletakkan piring nya ke atas meja kemudian cepat-cepat pergi dari sana, Azzam mengacak rambutnya kasar. "ARGHHH!!" ia begitu frustasi menghadapi semua ini.

"Kay, cepat kembali. Bunda sakit karena merindukanmu, kamu juga ingin membuat saya sakit hm?" ucap Azzam terduduk di lantai menatap sedih bingkai foto pernikahan mereka, air matanya pun sudah mengalir deras.

Bunda Mira terbaring sakit di Brankar rumah sakit sejak Kay pergi, Umi Anna pun drop dan sekarang tengah dirawat di rumah sakit yang sama dengan Bunda Mira. Wanita itu penuh dengan rasa bersalah karena sudah membuat Kay pergi sehingga berakibat buruk pada kesehatan Bunda Mira, akhirnya kondisi badannya drop dan harus dirawat.

"Saya butuh kamu sayang, Bunda juga" gumam Azzam menyandarkan punggung dan kepalanya di tiang ranjang.

Diluar, Abi Hanan yang tengah duduk di sofa sambil meminum teh hangat buatan Ning Dian. Pria itu menatap bingung Ning Dian yang murung habis keluar dari kamar putranya, "Ada apa?" tanya Abi Hanan saat Ning Dian mendudukkan diri di samping nya.

"Gus Azzam tidak mau makan Abi, Gus malah bentak-bentak Dian" adunya, Abi Hanan menghela nafas gusar.

"Gapapa, ini terlalu cepat untuknya. Berusahalah agar Azzam bisa menerima kamu"

Ning Dian mengangguk, lampu hijau dari Abi Hanan akan dimanfaatkan sebaiknya oleh Ning Dian. Secepatnya Ning Dian berusaha untuk mendapatkan hati Gus Azzam, dalam hati Ning Dian tersenyum puas karena sudah berhasil menyingkirkan Kay walaupun Umi Anna harus dibuat sakit karenanya.

Kay untuk Azzam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang