5.

5.4K 151 0
                                    

Avin tersenyum bahagia, laki-laki itu menggenggam tangan Kay. "Kay, malam ini gue mau ngomong sesuatu" Avin mengambil buket bunga kemudian berjongkok di depan Kay, "Lo mau kan jadi pacar gue?" Kay terdiam, beberapa saat untuk berfikir.

"Tidak bisa! Kay calon istri saya" Kay dan Avin menoleh bersamaan, Avin mengernyitkan dahinya pasalnya siapa laki-laki ini.

"Apa maksud lo" sungut Avin, tangannya menggenggam erat kotak cincin yang sudah ia beli untuk Kay.

"Telinga anda masih berfungsi kan? Yang Anda dengar adalah kebenaran" balas Azzam.

"Kay? Benar yang dia katakan?" tanya Avin, laki-laki itu tertawa sumbang melihat respon Kay. "Gue terlambat ya? Udah lama gue pendam perasaan gue ini Kay, dan saat gue udah ungkapin semuanya lu malah kasih kejutan" mata laki-laki itu berkaca-kaca menatap Kay.

"Maaf Vin, tapi yang dia katakan itu benar. Dan besok pernikahannya" darah dalam diri Avin seakan berhenti mengalir mendengar ucapan Kay barusan, besok? Sebegitu terlambat nya dia.

"Tapi Kay, gue cinta sama lo" Avin menjatuhkan semua yang ia pegang dan menarik Kay untuk ia peluk, Azzam yang naik pitam melihatnya,  Persetan bukan muhrim Azzam menarik pergelangan tangan Kay dan melepaskan pelukan mereka, Azzam menggenggam erat tangan Kay sampai gadis itu tidak bisa melepaskannya. Toh mereka juga bakalan menikah besok.

"Jangan sentuh milik saya, ini sudah menjadi takdir. Saya yang akan menjadi suami Kay, tidak peduli kau terlambat menyatakan cinta jika Allah berkehendak lain tetap bukan kamu takdirnya" tegas Azzam, Avin memasang smirk tipis.

"Baik, tapi jangan harap gue lepasin Kay gitu aja" Avin menatap Kay cukup lama Avin memungut kembali buket bunga dan kotak cincin yang terjatuh tadi. "Hadiah dari gue, selamat untuk pernikahan kalian besok." Kay menerima pemberian laki-laki itu, Avin meninggalkan keduanya.

"Kenapa tidak memberontak dipeluk sama dia, kamu suka dipeluk dia?" tukas Azzam, tak sadar ia mengeratkan genggaman tangannya pada pergelangan tangan Kay.

"Apasih, lepasin tangan gue!" sentak Kay, tak memperdulikan ocehan Kay Azzam menarik Kay masuk ke dalam mobilnya. Azzam langsung menancap gas menuju rumah, Kay menggosok pergelangan tangannya yang memerah.

....

"Kay" panggil Bilal saat mereka sudah sampai di rumah, gadis itu mendekati ayahnya dan menyalimi punggung tangan ayahnya.

"Darimana nak" Bilal mengusap kepala Kay sayang.

Kay menggelengkan kepalanya, ia tidak menyangka bahwa Avin memiliki perasaan padanya tapi laki-laki itu sudah terlambat. "Kay gamau Ayah" Kay memeluk Ayahnya erat, gadis itu menenggelamkan wajahnya di dada sang Ayah menumpahkan air matanya disana. Bilal tertegun, apa ia sudah jahat memaksa Kay untuk menikah.

"Kay kenapa yah" tanya Mira, Bilal menggeleng. Bilal sudah tidak merasakan isakan Kay itu berarti anaknya itu sudah tidak menangis.

"Kay capek? Istirahat ke kamar ya, besok acara spesial kamu" ucap Bilal, Kay hanya mengangguk mengiyakan. Gadis itu pergi ke kamarnya, untuk besok biar urusan kedua orang tua Kay dan Azzam.

"Apa yang terjadi Zam?" Bilal menatap calon menantunya itu, "Laki-laki itu menyatakan perasaannya pada Kay Ayah" jawab Azzam.

"Terus bagaimana nak?" kaget Umi Anna.

"Tidak ada Umi, untung Azzam cepat menyusul. Jika tidak pasti Kay akan menerima laki-laki itu untuk membatalkan perjodohan ini" sergah Azzam.

"Yasudah jangan dibahas lagi, pilih cincin kawin nya Zam" Abi Hanan menunjukkan beberapa model cincin pernikahan.

"Yang ini saja Abi, sederhana tapi elegan" pilih Azzam, pilihannya jatuh pada cincin yang polos tapi berbahan permata putih. Pasti sangat cantik jika dipasangkan pada jari manis Kay yang putih.

"Pilihan yang bagus, besok Abang kamu yang membawanya" ujar Abi Hanan.

"Abang datang Abi?"

"Tentu nak, Abang kamu sangat bersemangat pulang kesini dan dia bilang mau melanjutkan S2 nya disini saja" jelas Abi Hanan.

"Abang tidak bilang sama Azzam, Abi"

"Kejutan katanya"

"Hm"

"Bunda, Kay bakal suka tidak sama gaun yang Azzam pilihkan" tanya Azzam, Mira tersenyum dan mengangguk. "Pasti suka, tipe dan modelnya sangat sesuai dengan kriteria Kay" balas Mira.

"Alhamdulillah Bunda"

"Mir, Bilal. Kami pamit pulang dulu, besok tentu kita bertemu lagi " Abi Hanan bersalaman dengan Bilal, begitupun Azzam menyalami calon mertuanya.

....

Besoknya, mata Kay serasa enggan untuk terbuka tetapi panggilan suara Mira yang memanggilnya hampir menulikan telinganya. Kay berdecak pelan kemudian bangun dan membukakan pintu kamarnya,"Kenapa Bunda?" Kay menatap sang bunda dengan muka bantalnya.

"Ya Allah Kay, hari ini pernikahan kamu nak. Ayo cepat mandi, MUA nya udah dateng" sergah Mira, Kay mengangguk malas. Pintu kamar kembali tertutup, Kay segera mandi dan pergi ke kamar Bundanya.

"Ayo Kay" Mira memperlihatkan gadis itu pada gaun yang sudah disiapkan. Mata Kay berbinar melihat gaun pengantin yang cantik, "MasyaAllah Bunda, gaun nya cantik banget " senyum gadis itu mengembang menatap gaun itu.

"Alhamdulillah kalo kamu suka, ayo pakai dibantu mba MUA nya " Kay mengangguk. MUA itu membantu Kay memakai gaun pengantin nya dan memakaikan make up beserta hiasan lainnya, tak lupa hijab yang digunakan Kay dibentuk sedemikian rupa tetapi tidak sampai memperlihatkan aurat gadis itu.

"Kay cantik gak mbak?"

"Cantik banget nona, ntar pasti calon suami kamu terpesona deh"

"Bisa aja mbak hehehe " kekeh Kay, memang tak bisa dipungkiri kini gadis itu sangat cantik.

"Kay? MasyaAllah " Mira memegang kedua bahu anaknya dan menatap hangat anaknya itu, "Bunda yang pilihin gaun nya? Cantik banget Bun" ucap Kay tersenyum senang, walaupun ini pernikahan yang tidak ia inginkan tapi biarkan Kay menikmati acara hari ini.

"Bukan Bunda yang pilihin" jawab Mira sembari memakaikan mahkota di kepala Kay, wanita itu tersenyum melihat anaknya sebentar lagi akan menjadi istri orang.

"Terus siapa Bun?"

"Azzam"

Kay terdiam beberapa saat, kemudian mengangguk mengiyakan. "Bagus juga selera tuh cowok ngeselin" batin Kay.

"Ayah" panggil Kay, Bilal mendekat dan memeluk putri kecilnya. "Anak Ayah sudah besar, sebentar lagi akan menikah" Kay mengerucutkan bibirnya, ia jadi merasa sedih mendengar ucapan sang Ayah.

"Ayah bikin Kay sedih aja"

"Hehe, jangan sedih dong. Anak Ayah harus selalu bahagia" ucap Bilal menyemangati, jujur, Bilal merasa sedih campur bahagia. Hari ini anak semata wayangnya akan menikah namun Bilal sedikit sedih karena anak gadisnya akan meninggalkannya.

"Kay bakal kangen sama Ayah sama Bunda" gumam Kay.

"Kan nanti bisa berkunjung ke rumah sini sama Azzam" balas Mira menggenggam tangan putrinya.

"Iya Bunda"







Kay untuk Azzam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang