"Assalamualaikum"
"Waalaikumusalam"
Perempuan itu memakai hijab langsungan saat seseorang mengetuk pintunya. Pintu itu terbuka dan tampaklah seorang laki-laki yang tersenyum manis ke arahnya sambil membawa beberapa paper bag di tangannya.
"Farel? Kok bisa tau alamat aku" tanya Kay.
"Gak disuruh masuk nih?" ucap laki-laki itu memicingkan mata.
"Eh, iya masuk" laki-laki itu kembali tersenyum kemudian keduanya masuk ke dalam rumah dan duduk di lantai yang sudah terpasang karpet.
"Aku bawain oleh-oleh" sergah Farel membuka salah satu paper bag yang ia bawa.
"Handphone? Untuk apa" alis Kay berkerut menatap Farel.
"Untukmu, kemarin aku seharian cariin kamu. Aku khawatir Kay kenapa kamu gak masuk kerja, dan aku gabisa hubungi kamu" balas Farel memberikan handphone itu ke tangan Kay.
"Sebelumnya aku minta maaf karena gabisa hubungi kamu, tapi ini berlebihan" tolak Kay halus.
"Enggak, anggap aja bonus kerja dari aku" laki-laki itu menatap Kay tulus, lalu seuntai senyuman tipis terbit di bibirnya.
"Berarti nanti aku gak dapet gaji?" gumam Kay melirik handphone baru di tangannya bahkan segel kotaknya belum dibuka.
"Dapet Kay, kan aku bilang itu bonus bukan potong gaji" seloroh Farel meraih handphonenya kemudian membukanya, memasangkan nomor bahkan menyimpan nomor ponselnya di sana.
"Ini, sudah siap dipakai. Kalo ada apa-apa jangan ragu buat hubungi aku" Kay menerima pemberian Farel, ia tidak enak untuk menolak lagi.
"Terimakasih"
"Sama-sama"
"Btw, darimana kamu tau kalo aku disini?" tanya Kay.
"Dari Bu Lisna "
"Oh ya? Kamu ketemu Bu Lisna dimana" tanya Kay penasaran.
"Di Indomaret, aku beli banyak cemilan juga susu ibu hamil. Ketemu Bu Lisna akhirnya ngobrol " jelas Farel, Kay ber-oh saja sambil mengangguk.
"Kata Bu Lisna magh kamu kambuh kemarin?" Farel membuka paper bag nya satu per satu, berbagai macam cemilan juga makanan di dalam kotak makan buatan dirinya sendiri.
"Iyaa, untung ada Bu Lisna yang bawa aku ke dokter" balasnya.
"Syukurlah, gimana keadaan adek bayinya? Sehat kan?" laki-laki itu terus bertanya sembari mengeluarkan makanannya.
"Enggak terlalu baik, kata dokter Dede bayinya kurang nutrisi. Jadi perkembangannya juga sedikit lemah"
Seketika pergerakan Farel berhenti mendengar ucapan Kay barusan, ditatapnya mata perempuan itu yang sudah berkaca-kaca.
Cukup mendengar penjelasan dokter tentang perkembangan bayinya sangat membuat Kay terpuruk, saat di dalam saja ia tidak bisa memberikan nutrisi yang cukup. Kay takut tidak bisa membesarkan anaknya dengan baik setelah ia lahir.
Farel membawa perempuan itu ke dalam pelukannya, Kay menumpahkan air matanya disana dengan deras walau tangisannya tidak bersuara. "Aku ibu yang gak becus, anak aku lemah gara-gara aku sendiri" ucap Kay sendu.
"Enggak, kamu gak salah. Aku bakal berperan juga untuk anak kamu, aku janji" ujar Farel memberanikan diri untuk sekedar mengelus perut Kay yang sudah lumayan berbentuk.
"Seharusnya suami aku yang ada disini, Farel." balas Kay memejamkan matanya, bulu mata lentik itu semakin lentik dibuatnya karena air mata.
"Baik, aku yang akan menjadi ayahnya" tukas Farel serius.
"Apa maksud kamu rel, aku sudah punya suami. Ayah dari anak ini" ucap Kay menegakkan tubuhnya, alhasil pelukan mereka terlepas.
"Aku tahu, untuk sekarang aku yang akan menggantikan peranan dia. Anakmu butuh seorang Ayah" jawab Farel, dibalas gelengan kepala dari Kay.
"Jadi aku harus bagaimana?" bingung Farel, Kay pun tidak tahu harus berbuat apa.
"Atau ku bantu untuk mencari suamimu?" tawar Farel.
"Kalau begitu, tolong bantu aku cari orang tua ku. Aku ingin kembali ke Ayah Bunda ku" jawab Kay, dia tak akan mau kembali pada suaminya yang telah tega mempoligami dirinya.
"Kenapa tidak suamimu saja" tanya Farel memastikan.
"Aku punya alasan untuk tidak bertemu dengannya, aku hanya ingin kembali pada orang tua ku" tegas Kay, setelah berfikir panjang Kay mempersiapkan diri untuk menghapus semua rindu pada Azzam dan akan memulai kehidupan baru bersama calon bayinya saat sudah bertemu dengan kedua orang tuanya.
"Baik, katakan alamatnya aku akan mempersiapkan semuanya dan aku sendiri yang akan mengantarkan mu kesana sampai bertemu dengan keluarga mu " putus Farel tak ingin bertanya lebih lanjut, Kay mengangguk, bibirnya tergerak untuk mengatakan dimana alamat kedua orang tuanya.
"Aku butuh waktu, kau bisa menunggu satu bulan lagi?" Kay mengangguk semangat, ia bisa menunggu jika akhirnya ia akan kembali dengan kedua orang tuanya.
Farel tersenyum, mengusap perut Kay gemas. "Ini makanlah, biar cepat sembuh"
"Terlalu banyak" gumam Kay melirik makanan yang Farel bawa.
"Makan bersamaku, lainnya simpan saja untuk stok" ujar Farel diangguki oleh Kay, keduanya makan sesekali mengobrol.
....
"Gus--
"Diam!" sentak Azzam langsung membuat Ning Dian menangis tersedu-sedu di dalam pelukan Uminya.
"Azzam! Jaga nada bicaramu pada istrimu" tegur Abi Hanan.
"Istri? Hanya Kayna istri Azzam bi, kalian tega seperti ini pada Azzam " sergah laki-laki itu mati-matian menahan diri untuk tidak kelepasan.
"Azzam!" Abi Hanan menampar pipi Azzam ketika putranya itu meninggikan suaranya padanya.
"Cara kalian ini sangat salah Abi!" tekan Azzam, kilatan matanya penuh dengan amarah.
"Cukup dengan Abi yang paksa Azzam untuk poligami! Sekarang Abi berbuat seperti ini, Azzam kecewa bi" lirih laki-laki itu menatap ayahnya.
"Abi hanya ingin punya cucu, apa salahnya" balas Abi Hanan tanpa bersalah.
"Kembalikan istri Azzam, maka Azzam akan memberikan cucu untuk Abi" jawab Azzam mengusap kasar air matanya.
"Dian ada disini, untuk apa menunggu perempuan itu" ucap Abi Hanan. Azzam tertawa sumbang, begini cara Abi nya.
"Andai Abi bisa bersabar!!! Mungkin Kay tidak akan meninggalkan Azzam!" teriak Azzam lantang, air matanya lolos begitu saja. Abi Hanan pun yang sudah geram dengan putranya tak segan untuk menampar kembali wajah tampan itu.
"Kau menyalahkan Abi? Istrimu yang tidak berguna maka dari itu dia pergi, kau seperti ini pada Abi mu sendiri hanya untuk membela perempuan itu" balas Abi Hanan marah.
"Abi yang keterlaluan, demi wanita itu Abi meremehkan perempuan yang sudah menjadi istri sah Azzam. Abi menampar Azzam karena membela perempuan murahan yang mohon-mohon untuk disentuh " sergah Azzam mengusap sudut bibirnya yang berdarah akibat tamparan keras dari Abi Hanan.
"Azzam sudah berusaha untuk tidak membenci Abi, tapi sikap Abi kali ini Azzam tak bisa menahan diri lagi. Azzam kecewa sama Abi" final Azzam kemudian meninggalkan tiga manusia yang terdiam.
"Ini semua gara-gara kamu Kay" batin Ning Dian, matanya memerah dengan air mata yang mengalir. Ia rela menurunkan harga dirinya untuk disentuh oleh lelaki itu, tapi hanya air mata yang ia dapat.
Obat perangsang saja kalah dengan kekuatan Azzam untuk mempertahankan iman nya agar tidak tergoda, Azzam tersiksa menahan diri karena obat tadi yang sengaja Abi nya masukan ke dalam minumannya. Syukur, Azzam berhasil mengendalikan diri dan tidak kelepasan.
TBC.
Gimana part kali ini wkwk
Vote komen guys biar part-nya makin panjang:v
See you next part!
KAMU SEDANG MEMBACA
Kay untuk Azzam
General Fiction"Pulang, atau saya nikahin kamu sekarang juga." _Azzam ﹏ 。﹏ Azzam Afkara Syabil, laki-laki tampan berstatus sebagai Gus di sebuah pesantren ternama. Berawal dari pertemuan pertama dengan seorang gadis cantik di masjid, pertemuan pertama itu membuat...