9.

4.7K 133 0
                                    

"Kay... Nanggung loh" rengek Diva memeluk lengan Kay sambil memasang wajah melasnya.

"Gapapa, dari awal kan perjanjiannya kalo gue udah nikah harus ikut suami gue ke pesantren. Otomatis gue harus ngikut" jelas Kay pelan, takut Azzam mendengar. Mereka kini berada di halaman rumah Kay dan Diva rela tidak sekolah hanya untuk melihat Kay berangkat.

"Sudah siap semua? Ayo berangkat" ajak Azzam, masuk ke dalam mobil bagian kemudi.

"Jangan lupain gue ya" sendu Diva menatap Kay berkaca-kaca.

"Iya Diva, mau beda seragam juga kita tetap sahabat yang dipisahkan oleh jalur pendidikan yang berbeda, ga ada istilah beda seragam kita musuhan , ingat kita pernah di satu seragam dan merangkai kenangan bersama" ucap Kay tersenyum tipis kemudian memeluk sahabatnya itu erat, keduanya pasti akan saling merindukan tanpa komunikasi.

"Bye Kay, gue bakal rindu banget sama lo" kata diva disela-sela tangisannya.

"Gue juga, yaudah gue pamit ya. Dan juga, gue titip Avin" bisik Kay pelan, Diva mengangguk kemudian melepaskan pelukannya.

"Gue bakal liatin Avin kok, kalo dia nakal langsung gue hajar aja" Kay terkekeh sambil mengangguk.

"Hati-hati ya" ucap Diva.

"Iya, assalamualaikum"

"Waalaikumusalam"

Kay masuk ke dalam mobil di samping Azzam, sebelum berpamitan dengan Diva Kay lebih dulu berpamitan dengan kedua orang tuanya bahkan lebih memberikan kesan haru. Azzam langsung melajukan mobilnya menuju pondok pesantren Al-hanansyariy.

Kay menghela nafasnya perlahan sembari menyandarkan punggungnya, lalu membuka kaca mobilnya menghirup udara segar. Azzam menoleh dan tersenyum tipis kemudian kembali fokus ke jalanan.

"Nanti disana gimana Gus?" tanya Kay membuka suara.

"Tenang saja, kamu sebagai murid dan saya guru kamu" jawab Azzam, Kay menganggukkan kepalanya paham.

"Tapi, sesekali kamu juga harus tidur sama saya" Kay melototkan matanya dan reflek menoleh ke laki-laki itu. "Maksudnya gimana? Pastinya nanti Kay punya temen disana ntar ketahuan dong" protes Kay.

"Biar itu jadi urusan saya" singkat Azzam.

"Hm"

Tiga jam sudah perjalanan yang mereka tempuh, akhirnya keduanya sampai di pesantren sekitar jam sepuluh siang. Kay keluar dari mobil, meregangkan otot-otot tubuhnya yang sedikit pegal. Sedangkan Azzam mengeluarkan koper dan membawa barang mereka ke Ndalem sebelum Kay bergabung ke asrama.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumusalam" sahut Abi Hanan dari dalam Ndalem, Azzam dan Kay menyalami Abi Hanan bergantian.

"Istirahat dulu, nanti baru Kay ke asrama. Umi tadi kesini, dia udah siapin kamarnya" ujar Abi .

"Umi nya udah pulang Abi?" tanya Azzam diangguki oleh pria itu.

"Gus, Kay mau langsung ke asrama aja" pinta Kay.

"Gamau nanti saja nak? Istirahat di kamar dulu" ujar Abi.

"Enggak Abi, biar Kay cepet bersosialisasi di sini" kekeuh Kay.

"Baiklah, sebentar" Abi berjalan ke arah pintu dan melihat sekeliling.

"Rayan!" panggil Abi Hanan, yang dipanggil segera mendekat. Laki-laki bernama Rayan itu melirik sekilas Kay dan Azzam setelah itu kembali menatap Abi, "Ada apa Abi?" tanyanya.

"Tolong panggilkan Azza kemari" perintah Abi.

"Baik Abi " Rayan berjalan menuju asrama perempuan, laki-laki itu memanggil Azza sesuai perintah Abi Hanan. Perempuan memakai almamater ber nametag Azza Noura Zakira itu segera menghampiri Abi Hanan yang memanggilnya.

"Assalamualaikum Abi" salamnya, dijawab langsung oleh Abi Hanan.

"Azza, ajak Kay ke asrama. Bantu bawa barangnya juga" Azza menatap Kay begitupun sebaliknya.

"Kayna?" gumam Azza.

"Bagus jika kalian sudah kenal, kenalkan teman seasrama yang lain padanya" ucap Abi Hanan mendudukkan dirinya di kursi.

"Baik Abi, ayo Kay" Azza membantu membawakan sebagian barang yang Kay bawa, tadinya Azzam yang ingin membantu namun ditolak oleh Kay takut ada yang curiga dengan status mereka. Keduanya pun berpamitan untuk pergi ke asrama, Azza dan Kay bercerita tentang Azza yang bisa ada disini. Sebaliknya Azza sudah tahu tentang status Kay dan Azzam adalah suami istri.

"Jangan bilang-bilang ke siapa-siapa ya" peringat Kay, "Tenang aja, aman kok" balas Azza sambil mengacungkan jempol nya. Kay hanya percaya Azza dan berani menceritakan semuanya.

Tak berasa keduanya sudah sampai di asrama bahkan Azza juga membantu menata dan merapihkan barang milik Kay, beberapa menit kemudian beberapa santriwati masuk ke dalam asrama. "Eeh? Udah masuk ya" celetuk salah satu dari mereka.

"Kelamaan kita di masjid" sahut perempuan yang lain.

"Dia juga belum lama sampai kok" sergah Azza, mereka yang beranggotakan tiga orang itu memperkenalkan dirinya masing-masing sambil menjabat tangan Kay.

"Nama aku Aira Jenna Mehrunisa"

"Aku Chayra Syafazea"

"Nama aku Haura Fatharani, salam kenal ya" gadis itu tersenyum manis, gadis cantik berkulit putih diantara Aira Dan Chayra. Kay membalas senyumannya, "Nama aku Kayna Nafeeza Moara"

"MasyaAllah, semoga kita jadi teman baik ya" ujar Aira.

"Tentu"

"Sebelum makin rame antrian di masjid, kita cepet kesana aja yuk" ajak Chayra.

"Iya, siang ini juga kita ngaji sama ustadzah Sila" cemberut Aira.

"Males banget sih liat dia, coba aja kalo baik kayak Ning Dian. Pasti seru" lanjut Aira.

"Udah-udah, kalo kita gak buat ulah dia gaakan marah kok" lerai Azza yang sedari tadi diam, Haura mengangguk setuju. Kay pun hanya mengikuti keempat nya ke masjid, sebelumnya mereka sekalian membawa kitab suci milik mereka masing-masing.

"Eh tumben tu nenek lampir udah di masjid" bisik Chayra saat sudah sampai di masjid dan melihat ustadzah Sila sudah ada disana sambil membawa rotan di tangannya.

"Gatau is, Yaudah ayo antri ntar makin panjang" ucap Aira, kelimanya masuk ke dalam masjid dan meletakkan mukena dan kitabnya di meja ngaji mereka masing-masing. "Kay samping aku aja, cuman samping aku yang kosong" intrupsi Azza, Kay hanya menuruti karena dia belum tau apapun disini.

"Ayo cepetan" Azza menarik Kay ke dalam antrian dengan cepat melihat banyak santriwati yang baru datang, untung mereka tidak terlalu jauh dan hanya menghabiskan waktu sepuluh menit mengantri kelimanya sudah selesai mengambil wudhu.

"Alhamdulillah, yok siap-siap shalat Dzuhur" Haura berjalan mendahului dan teman-temannya mengikuti langkah gadis itu, tak lama kemudian adzan Dzuhur berkumandang. Sebelum shalat wajib mereka menyempatkan waktu untuk melaksanakan sholat sunah terlebih dahulu.

"Ehh Gus Azzam yang jadi imam" celetuk Aira saat sudah selesai shalat sunah.

"MasyaAllah calon imamku" gumam Chayra berbunga-bunga menatap Azzam dari Saf perempuan.

"Gaboleh loh liatin yang bukan muhrim, apalagi dia seorang Gus " ucap Kay, Chayra hanya cengengesan saja menanggapi. Kay mengerutkan dahinya, seperti ada yang aneh saat Chayra menatap Azzam seperti itu. Gus Azzam suamiku, pikir Kay.





TBC.

Kay udah ada benih-benih cinta kayaknya ya wkwk

See you next part!

Kay untuk Azzam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang