30.

3.7K 96 10
                                    

Pagi, Kay memasak sarapan karena sejak subuh Kay terus mendengar Ning Dian yang muntah-muntah. Sampai pagi ini Azzam rela tidak berangkat ke kantor untuk menemani Ning Dian di rumah, "Kay?" panggil Azzam berusaha mencari sesuatu di dapur.

"Tolong buatkan Dian susu ibu hamil, kasihan dia" ucap Azzam, selera makan Kay tiba-tiba hilang mendengarnya. Azzam menatap Kay yang sudah kehilangan nafsu, wanita itu berdiri meletakkan piring makan nya ke wastafel padahal baru saja satu suap.

"Kau tidak keberatan kan?" tanya Azzam, Kay menatap suaminya lekat.

"Cepat Kay, kasihan Dian merasa mual daritadi" kini Umi Anna yang berucap yang baru saja datang. Tanpa menjawab Kay membuatkan permintaan Azzam dan menyerahkan segelas susu hangat pada Azzam.

"Terimakasih" ucapnya dan langsung menghampiri Ning Dian di kamar.

"Kau benar-benar tidak memperhatikan ku lagi Gus" batin Kay menatap sendu pintu kamar Ning Dian yang terbuka.

Tak lama Azzam keluar dari kamar membawa gelas kosong, ia tersenyum ke arah Kay. "Susu buatan mu sangat bermanfaat, Dian langsung merasa baikan" ucap Azzam seakan-akan berbicara pada orang lain.

"Aku tidak peduli" dingin Kay melewati Azzam untuk pergi ke kamarnya, laki-laki itu mengerutkan dahinya dan menatap punggung istri pertamanya.

"Kau kenapa Kay" tanyanya. Kay berbalik.

"Aku hanya sakit melihatmu begitu perhatian pada Ning Dian " jawab Kay jujur.

"Kenapa? Dian sedang Hamil dan membutuhkan ku" balas Azzam.

"Saat aku di posisinya waktu itu, kamu dimana?" tukas Kay.

"Kau yang pergi meninggalkan ku"

"Dan kau penyebab aku pergi" tekan Kay tak habis pikir.

"Sudahlah, jangan selalu bersifat egois Kay" ucap Azzam membuat hati Kay bagai tergores sembilu, begitu nyeri dan perih.

"Aku tidak salah dengar? Kalau begitu tolong ceraikan aku, biarkan aku memulai hidup baru tanpa ada kalian" pinta Kay.

"Kau bodoh? Kau tidak memikirkan bayi dalam kandungan mu?" sergah Azzam, bukankah ia yang tidak memikirkan posisi Kay saat ini.

"Ya aku yang bodoh, karena sudah mau menikah dengan mu" balas Kay sinis.

"Kay, aku hanya ingin kita hidup damai di rumah ini" lirih Azzam tatapan mata teduh.

"Aku usahakan " sahut Kay dan langsung keluar dari rumah, ia memilih berjalan-jalan sekitaran sana. Ternyata rumah mereka tak jauh dari taman kota yang terdapat banyak orang.

Kay mendudukkan diri di salah satu kursi taman, menyandarkan punggungnya dan menatap nanar pemandangan di depannya. "Kay"

Perempuan itu menoleh dan tersenyum lebar, dengan semangat Kay berdiri menghampiri Bunda Mira yang tengah tersenyum ke arahnya bersama Ayah Bilal.

"Kay kangen sama Bunda" ucap Kay, betapa rindunya ia dengan Bundanya ini.

"Maafkan Bunda nak, bunda sakit dan baru bisa temuin kamu sekarang" wanita itu menangkup kedua pipi putrinya yang semakin berisi, dikecupnya seluruh wajah Kay dengan lembut menyalurkan kasih sayang yang selama ini selalu Kay dapatkan dari sang Bunda.

"Bunda udah sehat?" Kay bergelayut manja pada Bunda Mira.

"Iyaa sayang, Bunda sehat" balas Bunda Mira tersenyum.

"Kenapa disini sendirian?" kini Ayah Bilal yang bertanya. Kay menatap pria itu sejenak sebelum menjawab, "Gus Azzam sibuk urus Ning Dian Ayah " jawab Kay jujur, ia tidak ingin membela Azzam dengan berbohong pada ayahnya.

"Mengapa begitu? Sibuk mengurus Dian, Azzam lupa dengan putri Ayah" tukas Ayah Bilal mengerutkan dahinya.

"Kay sudah pasrah dengan semuanya Ayah, Kay mau pulang ke Ayah Bunda" pinta Kay memeluk erat tubuh sang Bunda. Bilal tertegun, sepertinya memberi kesempatan kepada Azzam adalah sebuah kesalahan. Tanpa ia sadari telah menempatkan putrinya di posisi yang sangat sulit.

"Baik, Bunda langsung bawa Kay pulang ke rumah kita. Biar Ayah yang temui Azzam" ucap Bilal nada perintah, Bunda Mira patuh dan mengajak Kay ke mobil dan menunggu Ayah Bilal disana.

Sementara itu, Ayah Bilal langsung nyelonong masuk ke dalam rumah Azzam karena pintunya yang terbuka lebar. "Azzam" panggil Ayah Bilal pada laki-laki itu yang tengah menyuapi Ning Dian makan.

"Ayah? "

"Kay ikut pulang bersama Ayah, saya bakal urus perceraian kalian saat Kay sudah melahirkan. Jangan mencoba untuk menemui putri saya" sergah Ayah Bilal memasuki kamar yang ditempati oleh Kay, memasukkan semua baju putrinya ke dalam koper kemudian berlalu dari sana.

"Ayah! Tidak bisa seperti itu, Kay istri Azzam!" laki-laki itu mengejar Ayah mertuanya sampai ambang pintu.

"Tidak lama lagi" singkat Bilal.

"Ayah, Azzam tidak akan mau bercerai!" ucap Azzam setengah berteriak.

"Mas" panggil Ning Dian memegangi kepalanya, Azzam menoleh dan langsung mendekat dengan raut panik.

"Kenapa? Ada yang sakit?" Azzam mengelus puncak kepala Ning Dian yang memang benar-benar terasa sakit, perempuan itu menggeleng saja.

"Besok jadwal periksa kandungan kan? Biar saya temani" ujar Azzam, Ning Dian kembali menggelengkan kepalanya.

"Mas kan mau kerja, Dian bisa minta temani Umi" balas wanita itu.

"Yasudah kalau begitu" Azzam membantu Ning Dian kembali ke kamarnya untuk beristirahat, sekarang Azzam duduk termenung di dalam kamar yang Kay tempati. Laki-laki itu menengadah ke sekeliling kamar, setelah Ning Dian dinyatakan Hamil Azzam tidak tidur di kamar ini melainkan bersama Ning Dian.

"Aku membuat kesalahan lagi" gumamnya.

"Aku akan menjemputmu" sambung Azzam mengingat Kay di pikirannya.

"Semoga masih ada kesempatan untuk ku"

Disisi lain, Ayah Bilal sudah sampai di mobilnya. Memasukkan koper besar ke dalam bagasi kemudian masuk ke dalam mobil bagian kemudi, dilihatnya istri dan putrinya yang tengah tertidur sambil memeluk satu sama lain. Satu butir cairan bening terjatuh, Bilal merasa bersalah pada putrinya.

"Ayah gagal nak, maafkan Ayah karena sudah gagal menjadi Ayah yang baik" ucap Bilal menatap Putrinya sendu, bukannya memberi kebahagiaan tapi menikahkan anaknya dengan Azzam hanyalah memberi luka untuk Kay.

"Ayah akan cari laki-laki lain, yang baik untukmu" sambungnya.

"Dari sekarang Ayah akan prioritas kan kebahagiaan putri Ayah dengan cara Ayah sendiri, dan tidak berharap kepada seseorang untuk membahagiakan mu" tukas Ayah Bilal, menghapus air matanya.

Pria itu menjalankan mobilnya santai, agar tidak menganggu tidur kedua wanita tercintanya.













TBC.

Tim cerai?

Tim gak cerai?

See you next part!

Kay untuk Azzam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang