Sepanjang perjalanan menggunakan taksi online yang dipesannya beberapa menit lalu, Lingga hanya diam. Isi kepalanya mendadak ramai, pun juga dengan hatinya yang sejak tadi merasa tak tenang. Padahal, ia tidak melakukan apa pun hari ini dan tentu saja, dirinya sudah memiliki rencana untuk pulang menemui kedua orang tuanya yang sangat gengsi berucap rindu itu.
Lalu kenapa? Kenapa hatinya sejak tadi merasa tak nyaman? Seperti ada yang mengganjal dan hal itu cukup mengganggu baginya saat ini.
Lingga diam menatap jalanan lewat jendela mobil. Persis seperti pemeran utama sebuah drama yang sedang galau. Isi kepalanya berisik. Banyak sekali pertanyaan yang terlontar.
Kenapa tidak ditolong?
Kenapa tidak melakukan apa pun tadi?
Kenapa tidak mencoba untuk mengalihkan perhatian orang-orang yang berlari mengejar gadis itu tadi?
Ah. Lingga pusing. Seketika lelaki kelahiran Desember itu mengembuskan napas panjang. Lagian, ngapain gue pikirin? Emang cewek tadi siapa?
Sesekali, Lingga membenturkan kepalanya ke sisi mobil. Membuat sopir taksi yang ditumpanginya menatap kelakuan penumpangnya barusan dengan tatapan heran. "Masnya nggak apa-apa?" Begitu tanyanya.
Pertanyaan yang diajukan oleh sopir taksi tersebut, praktis membuat Lingga tersentak sebelum akhirnya berdeham dan membenarkan posisi duduk agar terlihat 'agak' berwibawa. "Nggak pa-pa, Pak. Pusing dikit," jawabnya asal. Setelahnya, tidak ada lagi yang bersuara di antara mereka hingga taksi online tersebut sampai ke tujuan.
Lihat. Bukannya langsung pulang ke kediaman orang tuanya, Lingga malah melipir dulu ke apartemen miliknya. Niatnya sih, ingin merebahkan diri sebentar, baru mandi setelahnya. Namun, siapa yang menyangka kalau lelaki jangkung itu malah ketiduran?
Kalau saja teleponnya tidak berdering terus-terusan dan mengganggu pendengaran, mungkin Lingga akan terus tidur hingga besok pagi. Masih dengan mata yang mengantuk luar biasa, terpaksa ia harus menjawab telepon dengan nada dering keramat---khusus untuk sang ibunda ratu tercinta. "Hm?"
Bisa-bisanya 'hm' adalah balasan pertama setelah menjawab telepon tersebut. Tidak sopan, bintang satu. Ini kalau sang ibu sedang dalam mood yang tidak baik, pasti Lingga sudah di-cut off dari kehidupan.
"Dek? Jadi pulang nggak kamu?"
Lingga menoleh ke arah jam dinding yang berada di sisi kiri kamarnya. Mampus, umpatnya dalam benak. Ternyata, dia telah tertidur selama hampir lima jam dan waktu sekarang menunjukkan pukul setengah delapan malam. Sudah lewat jam makan malam sesuai jadwal buatan sang ibu.
Sambil cengengesan, Lingga menyahut, "Jadi. Mandi dulu." Suaranya masih terdengar parau.
"Kenapa suara kamu? Sakit, tah?"
"Bangun tidur."
"Oke. Hati-hati nanti bawa mobilnya."
Lingga hanya membalas dengan dehaman singkat. Nyawanya masih belum terkumpul semua. Matanya pun masih mengantuk, sebenarnya. Ingin melanjutkan tidur, tetapi takut sang ibunda ratu mengamuk. Hingga beberapa saat kemudian, ia baru tersadar. "Tumben Mama nggak ngomel-ngomel?"
Ceritanya sih, lelaki itu masih belum menyadari panggilan yang diberikan oleh sang ibu tadi. Lupa diri dengan umurnya yang hampir kepala tiga.
Tidak mau membuat sang ibu menunggu lebih lama, Lingga memutuskan untuk segera bangkit dari tempat tidur dan membersihkan dirinya. Tak butuh waktu lama, lelaki itu sudah keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya yang basah. Mungkin karena kualitas tidurnya kurang baik, alhasil Lingga merasa kepalanya agak pusing sekarang. Akan tetapi, hal itu bukanlah masalah besar. Toh, mobilnya sedang ada di bengkel dan malam ini ia akan memesan taksi online saja untuk pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terombang-ambing Diriku Dalam Lautan Pesonamu
Roman d'amour16+ Jomlo adalah aib! Setidaknya, itulah yang dirasakan oleh Radesta Lingga Argantara selama kurang lebih lima tahun terakhir. Mentang-mentang dirinya pernah memiliki lebih dari satu kekasih, lalu ketika memutuskan untuk menjomlo, Lingga langsung ba...