10. Dipikir-pikir Malah Kepikiran

64 10 7
                                    

"Tumben rajin, Pak Bos!"

Lingga berusaha keras untuk tidak mengumpat di pagi yang cerah ini hanya karena sambutan ramah yang diterimanya barusan. Lelaki dengan tinggi badan lebih dari 185 sentimeter itu hanya menghela napas pendek dan tersenyum samar. "Iya, nih," sahutnya. "Tumben kamu juga belum dipecat?"

Dibalas seperti itu, Enggar yang merupakan salah satu petugas kebersihan yang bertugas hari itu hanya tertawa tak nyaman. "Aduh, si Pak Bos. Kok tumben baperan. Lagi PMS kah, Pak?"

"Ya menurut lo aja, deh!" Lingga menyahut sewot. Namun, bukannya takut atau merasa segan, Enggar malah tertawa melihat kelakuan atasannya itu.

"Yang semangat dikit, Pak Bos. Biar cepet dapat jodoh." Setelahnya, lelaki yang sudah bekerja di Rads-fur selama setahun terakhir itu langsung ngibrit meninggalkan Lingga yang terlihat hampir melempar meja---bercanda.

Sebenarnya, Lingga tidak benar-benar marah, kok. Hanya bosan saja karena setiap ke kantor, ia selalu mendapat teguran seperti itu dari karyawan-karyawannya. Walaupun itu memang dikarenakan oleh kesalahannya sendiri sebab intensitasnya berangkat ke kantor terbilang sangat jarang. Benar-benar memanfaatkan kekuasaan orang dalam---sang kakak, maksudnya.

Contohnya saja setelah terakhir ia datang ke kantor beberapa hari lalu, Lingga baru kembali masuk kantor hari ini. Terhitung, ada kali lima hari dirinya tidak datang. Seharusnya yang cocok dipecat dari Rads-fur adalah ia sendiri, sih.

Saat sudah di kantor seperti sekarang, pun, Lingga malah terlihat layaknya orang gabut. Duduk bersandar di kursinya sambil memandang langit-langit ruang kerjanya. Sesekali, ia juga akan menggerakkan kursi yang bisa berputar 360 derajat itu ke kiri dan ke kanan. Benar-benar gabut seolah-olah tidak ada pekerjaan yang harus dikerjakannya.

Sungguh, Lingga ini memang minta selepet sekali-kali. Namun, beberapa detik kemudian, mendadak lelaki itu menegakkan tubuh. Meraih ponselnya, lalu membuka ruang obrolan dengan seseorang dan mengetikkan beberapa kata di sana. Kira-kira, isinya seperti, "Lit. Tolong kirimkan jadwal sif anak buah kamu ke saya. Kalau perlu, kirim ke saya setiap jadwalnya diperbarui. Sekarang."

Sementara itu, Lita yang mendapatkan pesan seperti itu dari sang atasan dibuat mengernyitkan dahi kebingungan. Sambil menggaruk belakang kepalanya yang mendadak gatal, wanita itu bergumam, "Ini orang kesambet apaan, sih? Perasaan dari kemaren-kemaren bawaannya aneh mulu."

Walaupun menggumam protes begitu, Lita tetap menuruti perintah atasannya itu demi kebaikan masa depannya di Rads-fur. Akan tetapi, ia tetap penasaran kira-kira apa yang membuat sang atasan sampai sebegitunya akhir-akhir ini?

Lita mengerutkan, seraya membuka email berisi CV dan surat lamaran seseorang yang baru saja diterima dan bekerja di Radsfur kurang lebih lima hari terakhir. "Kayaknya, antara Pak Lingga sama orang ini ada sesuatu, deh. Tapi apa? Nggak mungkin kalo temen atau apa gitu, tapi Pak Lingga ngasih posisi seremeh ini di sini? Minimal di divisi mana, kek. Iya, kan? Aneh."

Kembali lagi ke Lingga, sekarang lelaki itu sedang senyum-senyum gaje sambil memperhatikan layar ponsel. Pokoknya, Lingga itu kalau sedang naksir seseorang bisa-bisa terlihat seperti orang gila. Wajar saja sih, makanya beberapa tahun terakhir dirinya menyandang status jomlo. Alay, sih, kalau naksir orang.

Namun, terlepas dari semua itu, terkadang Lingga juga bertanya-tanya pada dirinya sendiri tentang apakah ia benar-benar jatuh hati kepada gadis itu atau hanya sekadar penasaran saja? Maklum-maklum, nih, Lingga juga sadar diri kalau ia agak-agak bangsat juga sebagai laki-laki. Sering kali penasaran pada seseorang, lalu setelah apa yang membuatnya penasaran habis, pasti siapa pun itu bakal langsung ditinggalkan. Kang Ghosting adalah julukannya saat SMA dulu. Makanya sekarang ia sedang menikmati karmanya.

Terombang-ambing Diriku Dalam Lautan PesonamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang