"Kak? Kak Lingga!"
Lingga tersentak, refleks mengerjap dua kali sebelum mengalihkan pandangannya ke sekeliling. Dahinya otomatis berkerut samar saat mendapati dirinya duduk bersandar di sofa dan langit-langit apartemen menjadi hal pertama yang ia lihat.
"Kak Lingga ngantuk banget, ya? Maaf udah ngagetin."
Lingga auto ngang-ngong. Ia langsung menegakkan tubuh, lalu beralih kepada Soraya yang terus menatap ke arahnya sejak tadi. Setelahnya, ia lantas memegang kedua bahu Soraya hingga membuat posisi keduanya saling berhadapan saat ini.
Sementara itu, Soraya jadi bingung sendiri dengan apa yang atasannya itu lakukan. Apakah karena efek kantuk yang masih terasa atau bagaimana, ia juga tidak tahu. Pasalnya, sekarang lelaki itu hanya diam menatapnya tepat di mata. Ditatap begitu, ya, jelas saja Soraya merasa berdebar. Bagaimana tidak? Sekarang, hanya ada mereka berdua di sana. Katanya, semisal ada yang sedang berdua-duaan, berarti orang ketiganya adalah setan. Hii, merinding!
"Kak Lingga kenapa, sih?" tanya Soraya takut-takut. Ya, siapa tahu kalau atasannya itu sedang kerasukan setan, kan? Ia juga seketika sadar kalau sekarang adalah malam Jumat. Waktunya merinding-merinding club!
Bukannya menjawab, Lingga malah balas bertanya. "Tadi saya tidur?"
"Loh? Emangnya nggak sadar?" Soraya lagi-lagi bertanya dengan dahi berkerut. "Coba liat jam."
Dibilang begitu, Lingga langsung menurut. Ia lantas mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja untuk melihat jam. Maklum, di apartemennya ini hanya memiliki satu jam digital yang berada di kamar tidur. Pukul sebelas lewat lima belas malam.
"Tadi saya ke sini jam berapa?" tanya lelaki itu kemudian. "Terus kita makan dari jam berapa sampe jam berapa?"
Walaupun dahinya masih berkerut kebingungan, tetapi Soraya tetap menjawab sembari mengingat-ingat. "Jam delapanan deh, kayaknya tadi. Terus kita selesai makan jam sembilan lewat berapa gitu, gak tau."
"Astaga ...." Lingga auto lemas. Kepalanya langsung menunduk dengan salah satu tangan yang menepuk dahi, merutuki diri sendiri dalam benak. Membiarkan Soraya tambah kebingungan dengan segala hal yang dilakukan oleh atasannya itu.
"Kenapa sih, Kak?" tanya gadis itu akhirnya. "Kak Lingga nggak lagi kerasukan, kan?"
Lingga lagi-lagi menegakkan tubuh, lantas menatap Soraya yang kebingungan sendiri karena tingkahnya yang memang terlihat aneh sejak tadi. "Aya," panggilnya kemudian. Soraya menaikkan kedua alisnya, tanda bahwa gadis itu mendengarkan apa yang akan dikatakan oleh sang atasan berikutnya. "Maafin saya."
"Hah?"
"Maaf banget, serius."
Tidak ada yang bisa dilakukan Soraya selain kebingungan sendiri. Ia bahkan tidak mengerti apa-apa, tetapi karena senang menebak-nebak, alhasil gadis itu berujar, "Oh, Kak Lingga udah ngantuk banget, kah? Nggak apa-apa kalo Kakak mau tidur di kamar, biar saya di sini aja."
"Bukan. Bukan itu."
"Lah, terus apaan dong?"
Tiba-tiba saja, Lingga mendekatkan tubuhnya dan menarik tubuh Soraya agar lebih dekat dengannya. Gadis itu sontak melebarkan kedua matanya karena terkejut dengan apa yang dilakukan oleh sang atasan. "Kayaknya saya makin nggak waras, deh."
"Hah?" Seperti biasa, respons pertama yang Soraya berikan pasti adalah 'hah-hoh' andalannya. Kali ini, diiringi dengan salah satu alias yang terangkat dan dahi yang berkerut tidak mengerti. "Maksudnya?"
"Tapi kamu janji harus maafin saya, ya?"
"Ya, apaan dulu?"
"Tadi ... kayaknya saya mimpi."
![](https://img.wattpad.com/cover/347124882-288-k354877.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Terombang-ambing Diriku Dalam Lautan Pesonamu
Romance16+ Jomlo adalah aib! Setidaknya, itulah yang dirasakan oleh Radesta Lingga Argantara selama kurang lebih lima tahun terakhir. Mentang-mentang dirinya pernah memiliki lebih dari satu kekasih, lalu ketika memutuskan untuk menjomlo, Lingga langsung ba...