23. (Masih) Teka-teki Ajaib Lingga

45 12 1
                                    

Walaupun enggan, tetapi akhirnya Soraya tetap memenuhi permintaan sang atasan sebagaimana yang ditulis lewat sticky notes yang ia temukan tadi. Namun, ketimbang langsung melakukannya, gadis itu memilih mengulur-ulur waktu hingga akhirnya ia baru sampai di apartemen Lingga di jam lima sore.

Tadi sekalian cari makan dulu, makanya lama. Lumayan, dirinya tidak perlu terlalu berhemat sekarang. Selain karena sebentar lagi gajian, Lingga juga memberinya tunjangan berupa uang makan siang sebesar lima puluh ribu rupiah perhari. Sudah cukup besar untuk Soraya yang paling-paling menghabiskan dua puluh ribu untuk sekali makan. Sisanya masih bisa disimpan untuk cadangan uang. Mungkin, itu juga menjadi salah satu alasan kenapa ia masih bertahan di pekerjaannya yang sekarang?

Agak matrealistis sedikit, tidak masalah kan?

"Pak saya udah di apart Bapak," ujar Soraya dalam sebuah pesan suara yang ia kirimkan kepada sang atasan. Pasalnya, sudah tiga kali dirinya mencoba menelepon, tetapi Lingga tak juga menjawab panggilan itu. Bahkan nomornya sekarang tidak aktif. Tidak tahu jugalah ke mana atasannya itu pergi sekarang. Mungkin, sedang berjemur manja di pantai bersama para bule. Setidaknya, Soraya hanya tahu kalau di Bali itu tempatnya pelesirannya para bule dan identik dengan pantai, kan?

"Pak, saya izin masuk apart Bapak, ya." Soraya lagi-lagi mengirimkan pesan suara sebelum benar-benar memasuki apartemen milik atasannya itu. Sesuai yang Lingga katakan, ternyata password apartemennya memang sudah diganti. Beruntungnya Soraya sudah menghafalkan nomor yang berjumlah enam digit tersebut dengan baik hingga tak perlu lagi susah payah mengingat.

Jika ditanya kenapa Lingga dengan cuma-cuma memberikan password apartemennya kepada Soraya? Jawabannya tentu saja adalah karena setiap paginya, gadis itu harus menyambangi kediaman sang atasan untuk melakukan beberapa hal. Seperti menyiapkan sarapan--walaupun selama ini ia selalu membelinya dari luar karena tidak bisa memasak, menyiapkan pakaian yang akan dikenakan oleh atasannya itu dan lain-lain.

Tenang, Soraya tidak diminta untuk membersihkan rumah sekalian, kok. Pasalnya, setiap gadis itu bertandang ke kediaman sang atasan, tempat itu selalu bersih dan rapi. Soraya pikir awalnya, mungkin Lingga memiliki pembantu atau apa, tetapi setelah berminggu-minggu bekerja, ia belum pernah bertemu orang yang bertugas membersihkan apartemen atasannya itu. Entahlah, mungkin ada alat kebersihan berbentuk robot seperti yang biasa ia lihat di drama-drama asal negeri Tirai Bambu, tontonan favoritnya.

"Hadeh, capek banget." Soraya mengeluh seraya mendudukkan tubuhnya di atas sofa ruang tamu apartemen sang atasan. Punggungnya ia sandarkan dengan nyaman sambil menutup kedua mata.

Seharusnya, jam segini ia sudah bisa merebahkan diri dengan nyaman di kasur indekosnya, tetapi karena teka-teki yang diberikan oleh sang atasan, akhirnya Soraya mau tak mau harus berakhir di kediaman lelaki itu. Bisa saja, sih, ia lakukan keesokan harinya, hanya saja, Soraya tidak mau terus kepikiran sampai tak bisa tidur.

"Kak Lingga mana, sih? Kenapa chat gue belum direspons juga?" Gadis kelahiran Oktober itu bergumam, masih dengan mata tertutup sampai beberapa saat kemudian, barulah ia memeriksa ponselnya dan benar saja, belum ada balasan apa pun dari sang atasan. Soraya menghela napas panjang. Salah satu tangannya ia gunakan untuk memijat dahi yang berdenyut. "Minimal ngasih clue, kek, gue harus cari di mana? Nggak mungkin kan, gue harus ubek-ubek serumah-rumah?"

Soraya menegakkan tubuh. Ia menatap sekeliling ruangan sambil berpikir kira-kira di mana tempat yang mungkin bisa dijadikan Lingga sebagai lokasi menempelkan sticky notes seperti yang sudah-sudah. Sekali lagi, gadis itu mengembuskan napas lelah. "Nanti-nanti aja, deh, plis. Ngantuk banget gue."

Matanya mulai terasa berat, tetapi sempat-sempatnya gadis itu kembali bergumam, "Kak Lingga baliknya masih lusa, kan?"

Sebenarnya, sebentar lagi Soraya pasti terlelap, tetapi tiba-tiba saja ia merasa tersadar oleh sesuatu. Ia ingat ketika memasuki kediaman sang atasan tadi dan menyimpan sepatu miliknya, ada sesuatu yang tak sengaja tertangkap matanya pada rak sepatu. Tanpa membuang waktu, gadis itu segera bangkit dari duduknya dan berlari pelan menuju rak sepatu.

Terombang-ambing Diriku Dalam Lautan PesonamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang