"Akhirnya kucing yang selama ini ngorek-ngorek sisa makanan di tong sampah ketemu juga! Gais! Liat, gais!"
Ruika Soraya Renata, sontak terdiam dengan tubuh kaku sesaat setelah suara barusan terdengar. Kalimat panjang tadi seketika membuat jantungnya berdebar dua kali lebih cepat dan perasaan takut langsung menyergapnya saat itu juga. Dengan cepat, ia membalik tubuhnya sambil membersihkan sisi bibirnya yang agak berminyak.
"M-Mbak, s-saya---" Gadis itu seketika tak mampu melanjutkan kata-katanya saat melihat jika ada dua dari lima orang yang berada di sana, tengah mengarahkan kamera ponsel mereka tepat ke arahnya. Sontak saja hal itu membuat gadis yang akrab disapa Soraya itu langsung menyembunyikan wajah dengan cara menunduk hingga rambut hitam panjang miliknya menjuntai ke bawah.
"Jorok banget sih, lo, please deh!"
"Kayak nggak ada makanan lain aja sampe bekas-bekas kek gitu dimakan juga."
"Maruk amat, sih!?"
"Lo nggak jijik? Nggak takut penyakit?"
"Berarti selama ini makanan sisa punya kita lo yang makan, dong? Pantes aja biasanya sisa makanan gue yang nggak habis mendadak kayak berkurang gitu isinya pas udah di tong sampah."
"Jorok."
"Geli banget, huweek!"
"Bekas-bekas pelanggan pasti lo makan juga, kan? Iyuh."
Tidak ada hal yang bisa dilakukan oleh Soraya kecuali diam. Ia tidak memiliki alasan apa pun untuk menghindar. Apalagi, posisi kelima orang itu tepat berada di pintu masuk dapur. Rasanya ingin menangis, tetapi seketika ingat yang namanya malu.
Apa yang kelima orang itu katakan memang benar. Akan tetapi, apakah hal tersebut harus dipermasalahkan sampai harus direkam segala? Soraya bahkan tak mampu untuk meminta mereka berhenti mengarahkan kamera kepadanya.
"Liat, deh. Zaman sekarang, masih ada aja orang yang celamitan kek gini. Sampe sisa-sisa makanan aja dimakan, anjir. Kalo pengin tuh beli! Atau minimal minta, kek. Kita-kita juga ngasih, kok, kalo lo emang mau nyicip," ujar salah satu yang sedang merekam menggunakan ponsel canggih yang biasa digunakan orang-orang untuk bergaya di sosial media.
"Geli banget, sih, anjir. Malu-maluin. Lo malah bikin kita keliatan jadi orang pelit, tau nggak!?"
"Sumpah, sih, ini kalo Bu Ratu tau, abis lo."
"Jangan-jangan selama ini lo, ya, yang makanin lauk-lauk sisa di wajan dapur?"
"Viralin aja! Cewek, tapi kelakuan kek monyet."
"Mending keluar aja deh, lo dari sini!"
"Miskin banget, apa? Terus gaji lo lari ke mana? Yakali setiap makan ngambil dari tong sampah terus. Keracunan mampus lo."
Setelah puas mengatainya ini dan itu, kelima orang tadi berlalu sambil terus membicarakan hal-hal yang membuat gadis dengan pakaian lusuh itu semakin malu. Rasa gengsi yang alami dimiliki semua manusia mendadak kembali. Seketika, ia merasa malu menunjukkan wajahnya di depan orang-orang.
Semua berawal dari dirinya yang melihat sepotong ayam goreng sisa, tergeletak begitu saja di atas styrofoam yang terbuka di tempat sampah. Karena merasa sayang dan perutnya pun terasa lapar sekali, alhasil Soraya mengambil potongan ayam tersebut. Mengambil bagian yang masih bisa dimakan dan memakannya dengan cepat. Pikirnya, lumayan untuk mengganjal perut seperti biasanya.
Namun, siapa sangka bahwa hal rutin yang ia selalu ia lakukan ketika menemukan sisa-sisa makanan, ternyata ketahuan oleh rekan-rekan tempatnya bekerja. Bukannya iba atau bagaimana, mereka malah menghujat layaknya Soraya baru saja memakan hasil curian. Padahal, barang yang sudah dibuang artinya tak memiliki pemilik lagi, kan? Lalu mengapa mereka menanggapi apa yang mereka lihat dengan begitu kejam seperti itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Terombang-ambing Diriku Dalam Lautan Pesonamu
Romansa16+ Jomlo adalah aib! Setidaknya, itulah yang dirasakan oleh Radesta Lingga Argantara selama kurang lebih lima tahun terakhir. Mentang-mentang dirinya pernah memiliki lebih dari satu kekasih, lalu ketika memutuskan untuk menjomlo, Lingga langsung ba...